RENCANA RETHA

Retha merasa menang atas keadaan yang Ricky alami. "Sebentar lagi kamu akan jadi milikku Beb." pikirnya

Retha sedang memakai make up tipis di wajah putihnya. Dia bersiap ke kampus dan menjalankan rencananya. Namun belum selesai merias wajahnya, handphonenya berbunyi.

'Halo Tha. Berangkat ke kampus bareng yuk.' tawar Firman

'Emm bentar ya aku tanya Ricky dulu. Dia bisa jemput aku atau enggak.' balas Retha sambil mematikan telepon

Retha mencari nomor hp Ricky dan menghubunginya. 'Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan hubungi beberapa saat lagi'

Retha mengulangnya sampai tiga kali namun jawabannya tetap sama. Suara sang operatorlah yang terdengar.

Retha yang kesal pun menghubungi Firman kembali. Tanpa dia harus memintanya, Firman sudah bersedia menjemputnya.

Retha meraih ransel cokelatnya. Dengan bandana cantik di rambutnya, Retha menghampiri papanya yang sedang sarapan.

"Pa, nanti begitu Retha chatt, papa langsung ke Hikaru ya. Biar sekalian pulang dari kampus kita lunch bareng sama calon menantunya papa." ujar Retha kegirangan

Papanya tersenyum. Merasa bahagia melihat anak semata wayangnya merasa begitu senang.

"O iya pa. Jangan lupa ajuin syarat ke Ricky buat tunangan sama Retha." ujar Retha lagi

"Iya putriku sayang. Pasti papa akan lakuin sesuai dengan permintaan kamu." balas papanya meyakinkan

Tak lama kemudian, suara klakson terdengar.

"Itu pasti Firman. Dah dulu ya pa. Retha mau berangkat." pamit Retha seraya mengecup pipi papanya

"Okey Nak, hati-hati di jalan ya." balas papanya tulus

Retha pun keluar rumah, menghampiri Firman dan mobil jerp putihnya. Firman menatap Retha dengan intens. Celana jeans sobek berwarna abu dipadukan T-shirt berwarna nude menambah kesan bersih pada diri Retha.

"Cantik." gumam Firman

"Jelaslah. Retha gitu loh." sombong Retha seraya masuk ke mobil Firman.

Firman melajukan mobilnya. Sesampainya di kampus Firman memarkirkan mobilnya di sebelah mobil merah milik Ricky. Ricky yang baru saja keluar, heran melihat mereka datang bersama.

"Ricky,bareng yuk ke kelasnya." hambur Retha sambil mengamit lengan Ricky

"Giliran udah ada Ricky aja, aku ditinggalin." protes Firman

"Ih, apaan sih Fir. Nggak jelas deh." balas Retha

Firman yang merasa kesal pun meninggalkan mereka berdua. Ricky menatap Retha sejenak sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Nggak usah kayak gini bisa nggak? Aku risih Tha." ujar Ricky berjalan mendahului Retha.

"Eh, tunggu Ricky. Aku mau ngomong penting." ujar Retha

"Apa lagi? Udah ya ngomongnya nanti aja. Kita udah telat nih." balas Ricky

"Tunggu dulu Ricky." pinta Retha sambil menarik tangan Ricky

Ricky menghela nafas, kemudian berbalik.

"Papa mau ketemu kamu pulang kuliah nanti. Papa mau bahas soal bisnis kamu. Papa udah setuju buat bantuin kamu." ujar Retha

Ricky terdiam sejenak.

"Kamu nanti mau kan ketemu papa?" tanya Retha

"Kenapa papa kamu mau bantuin aku?" tanya Ricky penasaran

"Emm.. ya karena kamu anaknya Om Wijaya. Kan papamu sama papaku sahabatan. Masak kamu lagi kesulitan papa nggak mau bantu." ujar Retha

"Beneran cuma itu alasannya?" selidik Ricky

"Ii.. Iya lah. Apalagi emangnya kalau bukan karena persahabatan papa kita. Kan nggak mungkin dong papa mau asal bantu orang kalau nggak benar-benar kenal dekat?" ujar Retha

Ricky menatap Retha sejenak.

"Okey deh. Ayo ke kelas." ajak Ricky

Retha tersenyum dan kembali memegang tangan Ricky. Mereka pun menuju kelas bersama.

***

Selepas kuliah, Ricky bersama Retha menuju restoran jepang yang sudah dijanjikan sebelumnya. Melewati toko gerabah tempat Chintya bekerja. Sekilas Ricky melirik Chintya yang sedang mengikat beberapa kardus di sebuah motor. Tanpa sadar Ricky tersenyum.

"Beb, kok senyum-senyum. Kamu nggak sabar ya ketemu papaku?" terka Retha

Ricky mengatupkan bibirnya. Kembali memasamkan wajahnya.

"Nggak usah sok cemberut gitulah. Aku tau kok kamu menginginkan hal yang sama kayak aku." Tukas Retha lagi

Ricky memutar matanya malas.

"Bisa nggak bahas yang lain aja?" ketus Ricky

"Ih, dingin banget sih. Kamu malu ya habis ketangkap basah senyum-senyum sendiri trus gengsi mengakui. Ya kan?" balas Retha.

Ricky mengerem mendadak. Sengaja agar Retha tidak bicara lagi.

"Sudah sampai Tha. Papamu sudah di dalam?" tanya Ricky sambil melepas sabuk pengamannya.

"Sudah dong. Dia sudah nunggu dari beberapa menit yang lalu." ujar Retha sambil membuka pintu mobil

Dengan manja Retha mengamit lengan Ricky. Spontan Ricky menepisnya pelan.

"Bisa nggak jalan sendiri-sendiri. Nggak enak dilihat orang." Ujar Ricky

Retha tersenyum nakal sambil memeluk ringan pinggang Ricky.

"Biarin. Biar semua tau kalau kita pasangan serasi." ujar Retha

Ricky mengernyit dan melepaskan tangan Retha tanpa sepatah kata pun.

Sesampainya di dalam. Pak Andrian memanggil mereka berdua. Setelah bersalaman dengan ayah Retha. Ricky pun duduk dan melihat buku menu.

"Ricky, yang paling recom disini tuh Osaka beefnya. Enak banget. Kamu harus coba." tawar Retha

"Ric, saya turut berduka cita ya. Atas meninggalnya kedua orang tua kamu." ujar Pak Andrian

"Iya Pak. Maaf karena kecelakaan itu saya baru bisa bertemu Bapak sekarang." balas Ricky

"Saya bisa mengerti Ricky. Pasti berat buat kamu hidup sendiri dan mengurus perusahaan sebesar itu." ucap Pak Andrian sembari melihat buku menu

"Waitress, mau pesan dong." panggil Retha pada seorang pemuda.

"Silahkan Kak." ujar pemuda itu ramah

"Aku mau Osaka Beefnya 2, Agedashi Tofunya 1, sama kamu mau apa Beb?" tanya Retha pada Ricky

Ricky melirik sekilas ke arah Retha.

"Snow white roll satu ya sama Ginger tea satu." balas Ricky singkat

"Sama Orange Squashnya dua ya" tanya Retha

"Kamu masih hafal sama kesukaan papa Tha. Kamu memang anak yang baik Tha." puji Pak Andrian

"Iya dong Pa. Oh, iya gimana soal kerja samanya?" balas Retha

"Hampir lupa saya. Nak Ricky, saya dengar dari Retha kamu butuh bantuan untuk mengelola perusahaan papa kamu. Ya saya tau kamu sedang kuliah jadi tidak mungkin punya cukup waktu buat handle semuanya kan." ujar Pak Andrian

"Iya Pak, sebenarnya saya juga lagi bingung mau minta tolong siapa. Karena kantor papa lagi sepi. Selain itu kakak sepupu saya sudah berani menggadaikan asset perusahaan untuk biaya operasional kantor. Saya.. Belum menemukan solusi yang tepat Pak untuk hal ini." ujar Ricky

"Papa mau bantuin kan? Kasih modal tambahan gitu atau mungkin papa mau mengoperasikan perusahaannya papa Ricky. Retha yakin pasti berkembang kayak dulu." Sela Retha

"Begini Ric, kalau kamu bersedia besok saya akan meninjau langsung kondisi perusahaan papa kamu. Saya akan bantu sampai perusahaan papa kamu pulih kembali. Tapi saya juga mau ajukan syarat untuk kamu. Ya tentunya dalam bisnis harus sama-sama menguntungkan kan?" kata Pak Andrian

Ricky menatap lekat Pak Andrian.

"Jika saya bantu kamu mengurus perusahaan papa kamu, maukah kamu menikah dengan putri tunggal saya?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!