Kabar Buruk

Ricky terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Saya perlu waktu untuk memikirkannya Om."

Makan siang itu berlangsung canggung. Retha yang terus menempel pada Ricky membuatnya risih.

"Kalian ini cocok sekali." Puji Pak Andrian

"Iya dong pa. Kan kita memang serasi. Ya kan Ric?" balas Retha

Ricky hanya tersenyum paksa. Meski di dalam hatinya mengumpat.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering.

"Halo, Pak. Ada apa?"tanya Ricky

"Maaf mas Ricky. Saya minta tolong mas Ricky segera ke kantor sekarang. Ini kondisi darurat." ujar Pak Herman

"Iya saya akan kesana dalam 15 menit Pak." Balas Ricky sambil menutup telepon

"Ada apa Beb?" tanya Retha

"Aku harus segera ke kantor, ada hal penting yang harus aku urus. Saya permisi dulu Om." pamit Ricky sopan

"Papa, coba kita ikuti Ricky. Siapa tahu ini kesempatan emas buat kita." bisik Retha pada papanya

"Papa bayar dulu billnya. Kamu tunggu di mobil saja." tukas Pak Andrian Sembari menuju ke kasir

Retha pun mengamati Ricky yang berlari menuju mobilnya.

"Semoga dengan ini bisa mempersatukan aku sama kamu." gumam Retha dengan senyum kemenangan

Ricky mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tepat di lampu merah tempat Chintya bekerja, Ricky berhenti. Kembali Ricky menatap ke arah gadis yang tengah merapikan tumpukan ember.

"Setelah menyelesaikan semua masalah ini, aku akan menemuimu Chintya." Ricky menekan pedal gasnya.

Di kantor beberapa mobil terparkir di halaman. Tampak Pak Herman Sedang menunggu di teras kantor. Ricky pun keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri Pak Herman

"Pak Herman Ada apa ini?" tanya Ricky kebingungan melihat banyak orang berkerumun

"Mari kita bicara di ruang meeting Mas Ricky." ajak Pak Herman

Ricky, Pak Herman dan beberapa staff masuk ke dalam kantor. Sementara di luar, Retha dan papanya sedang mengamati keadaan.

"Sebaiknya kita ikut masuk Nak." saran Pak Andrian

"Retha setuju pa. Ayo." Balas Retha sambil membuka pintu mobilnya

Pak Herman Membukakan pintu untuk Ricky. Di dalam ruang meeting sudah ada beberapa investor yang tampak marah.

"Mas Ricky, kami dengar perusahaan ini akan bangkrut." Seloroh Pak Bayu

"Benar Mas Ricky, bahkan kami juga dengar bahwa beberapa aset perusahaan sudah digadaikan." Imbuh Pak Fikri

"Tunggu sebentar bapak-bapak. Darimana bapak mendengar informasi itu?" tanya Ricky

"Consultan Mas Ricky sendiri yang memberitahu kami. Dia juga menawarkan kerjasama di perusahaan advertisingnya." Balas Pak Yudha

"Consultan Mas Ricky juga bilang. Dia akan memberikan keuntungan 30% lebih banyak dari yang kita dapatkan disini." Tukas Pak Fikri

"Maaf Pak, Consultan siapa yang Bapak maksud?" tanya Ricky heran

"Namanya Ryan Dia mengundang kami untuk makan malam bersama tempo hari. Dia juga mengatakan bahwa perusahaan ini, tinggal cangkangnya saja. Sebentar lagi akan mengalami Collapse " ujur Pak Dika

'Ternyata Kak Ryan Pelakunya. Bisa-bisanya dia memanfaatkan kondisiku yang seperti ini ' batin Ricky

"Kami minta pengembalian dana segera Mas Ricky. Kami akan menarik saham kami sebelum mendapatkan kerugian yang lebih besar." Ujar Pak Riko dan diiyakan oleh para investor lainnya.

"Saya mohon maaf Pak atas ketidakmampuan saya dalam hal ini. Tapi beri saya waktu. Untuk menyelesaikan masalah ini. Beri saya satu bulan." balas Ricky

"Terlalu lama Mas Ricky. Saya bisa mengerti Mas Ricky butuh waktu untuk bangkit dari keterpurukan ini. Tapi untuk waktu satu bulan saya keberatan." Protes Pak Fikri

"Satu minggu Mas Ricky. Jika Mas Ricky tidak bisa mengembalikan harga saham seperti dulu. Kami akan memutuskan kerja sama ini." Ujar Pak Bayu lantang

Ricky memejamkan mata dan menghela nafas berat. Ditatapnya satu per satu wajah para investor di hadapannya.

"Baik Pak akan saya usahakan." Balas Ricky lirih

"Kalau begitu kami permisi Pak Ricky." Pamit Pak Anton yang diikuti oleh yang lain.

Sementara di luar ruangan Retha dan Pak Andrian Sedang menguping pembicaraan mereka. Mereka saling pandang dan melempar senyum. Seolah merencanakan sesuatu atas kejadian ini.

Ricky duduk di salah satu kursi ruang meeting.

"Mas Ricky, maaf kalau boleh saya ingin menyarankan sesuatu." ujar Pak Herman

"Apa Pak?" tanya Ricky

"Bagaimana jika kita berikan kesempatan bagi perusahaan advertising lain untuk mengakuisisi kantor ini untuk sementara waktu. Sambil kita coba mencari jalan keluar untuk mengembalikan asset." Ujar Pak Herman

"Saya hanya bingung bagaimana caranya Pak?Saya bahkan tidak mengenal satu pun dari rekan bisnis papa saya." keluh Ricky

"Mungkin bapak bisa bekerja sama dengan Flawess Company, atau Blues Advertising. Saya dengar mereka biasa membantu perusahaan kecil untuk berkembang." tawar Pak Herman

"Saya akan pikirkan lagi itu nanti. Sekarang saya harus mencari tahu dulu, apa yang sebenarnya terjadi Pak Herman" Balas Ricky lesu

"Baik Mas. Kapan pun Mas ingin berdiskusi, Mas bisa hubungi saya." Ujar Pak Herman ramah

Ricky tersenyum getir. Dia pun pamit. Kepalanya terasa pening. Belum hilang dukanya sekarang masalah terus saja bertambah. Ricky pun keluar ruangan meeting.

Sesampainya di lobi, Ricky melihat Retha dan papanya sedang duduk di ruang tunggu.

"Retha, Om Andrian. Kok kalian bisa ada disini?" tanya Ricky heran

"Tadi Om hanya khawatir karena kamu langsung pergi gitu aja. Makanya Om sama Retha ikutin kamu kesini ya siapa tahu Om bisa bantu." ujar Pak Andrian

"Saya belum bisa mengambil keputusan apapun untuk saat ini Om. Mungkin saya akan menghubungi Om kembali jika saya memerlukan bantuan." ujar Ricky

"Kamu yakin Beb? Papaku siap bantuin kamu loh?" ujar Retha

"Aku yakin. Saya permisi dulu Om." Pamit Ricky kemudian berlalu pergi.

Tanpa dia sadari Pak Herman dan Pak Andrian sedang membuat kesepakatan di belakangnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!