Bodoh

Sepasang kekasih itu berjalan sangat mesra di lobby apartemen.

Mereka mulai memasuki lift dan menekan tombol yang menuju ke apartemen milik Fredella, sesampainya mereka di depan pintu terjadilah perbincangan.

"Kau ingin masuk dulu?" tanya Fredella pada Ludwig

"Ini sudah malam, beristirahatlah" jawab Ludwig dengan belaian lembut di kepala Fredella, sekejap mengecup lembut kening Fredella, pria itu melangkah pergi meninggalkan kekasihnya.

Fredella membuka pintu dan bersendar sejenak lalu melihat pergelangan tangannya yang di hiasi jam tangan mewah bermerk pemberian dari Ludwig

"Lagi? Kali ini Hublot. Baiklah kita lihat sampai mana kau akan menahan diri, Ludwig" ucap Fredella yang melenggang memasuki kamar untuk beristirahat.

***

Dering ponsel Fredella berbunyi saat makan siang, tertera nama Ludwig di layar ponselnya.

Ia mengangkat panggilan itu dengan senyum mengembang tanda senang.

"Kau sudah makan siang?" tanya Ludwig dalam telepon

"Aku sedang makan siang, bagaimana denganmu?" ucap Fredella.

"Akupun. Aku merindukanmu, tapi aku harus ke London selama tiga hari. Aku berangkat malam ini"

"London? Mengapa? Mendadak sekali" tanya Fredella lagi yang menghentikan gerakannya pada sendok di tangannya.

"Tidak mendadak, ini hanya perjalanan bisnis dan aku akan kembali saat pertemuan acara amal dengan Tuan Damien" jelas Ludwig pada Fredella

"Baiklah, kabari aku sebisa mu. Jaga kesehatanmu" ucap Fredella yang sepertinya sangat menyayangi sang kekasih.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Fredella"

"Jangan mencoba untuk melupakanku" ancamnya

"Bagaimana bisa, baiklah lanjutkan makan siangmu. I Love You Fredella" ucap Ludwig

"Me Too" balasnya dan menutup sambungan telepon itu.

Diseberang tempat duduknya, ada Damien yang mengerutkan kening dan juga menunjukan wajah penuh bertanya-tanya.

"Kau ingin bertanya? Dia Ludwig, kami sudah berpacaran sejak semalam"

"Dia akan pergi ke London untuk melakukan perjalanan bisnis dan dia menelponku untuk memberikan kabar, puas?" ocehan Fredella membuat Damien membuka lebar mulutnya

karena sama sekali ia belum bertanya pada Fredella namun sudah dikejutkan oleh penjelasannya

Yang mana mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

"Kau sengaja melakukannya?" tanya Damien

"Jelas, dia menyukaiku dan aku menyukainya. Mengapa tidak?" timpal Fredella.

"Hei, aku lebih kaya dan lebih tampan darinya tapi mengapa kau sangat jelas menolakku?"

"Siapa yang mau dengan pria absurd macam dirimu? Menjadi sekretarismu saja sudah membuatku darah tinggi, apalagi menjadi kekasihmu" ucap Fredella yang sedikit menusuk.

"Lihat saja, kau akan jatuh dengan sendirinya ke pelukanku" ucap Damien dengan menunjukkan sebuah garpu ke arah Fredella lalu kembali memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Dalam mimpimu" timpal Fredella.

"Bagaimana ya rasanya merebut wanita milik orang lain?" gumam Damien yang mengarahkan pandangannya pada wanita di seberangnya.

Fredella mendengar apa yang diucapkan Damien pun mengangkat kepala lalu mengendikkan bahu.

"Terserah, lakukan saja apapun yang kau inginkan" ucap Fredella.

Seusai makan, mereka berjalan keluar pintu restoran.

Damien melemparkan kunci mobil pada Fredella dan wanita itu sigap menangkapnya, Fredella terheran mengapa Damien memintanya untuk membawa mobil.

Mereka masuk ke dalam mobil untuk kembali ke kantor, sesampainya di Basement parkir, Damien keluar terlebih dahulu lalu berjalan membuka kan pintu untuk Fredella.

Fredella semakin mengerutkan kening melihat yang Damien lakukan.

Ia pun keluar, sesaat Fredella menutup pintu tiba-tiba Damien mengunci posisi Fredella dengan memegang pinggangnya dan menyentuh wajah Fredella.

Fredella yang terkejut seketika melawan dengan meletakkan tangannya pada dada Damien karena jarak wajah mereka yang sangat dekat.

Damien menyeringai dan mulai mendekatkan wajahnya ke telinga Fredella lalu membisikkan sebuah kalimat

"Aku akan memulai merebut dirimu dari Ludwig mulai saat ini, berhati-hatilah" disambung dengan kecupan singkat di bawah telinga Fredella.

Wanita itu seketika menegang dengan perlakuan Damien, tidak menyangka jika ucapannya bukan main-main.

Bukannya senang, namun Fredella tiba-tiba melepaskan heelsnya lalu melemparkan pada Damien yang terlebih dahulu berjalan

meninggalkannya dan lemparan itu tepat mendarat di kepala Damien.

Pria yang menerima sebuah heels terbang itu seketika membalikkan badan dan melihat Fredella sudah berjalan mendekat dan mengambil kembali heelsnya.

Fredella memelototi Damien dengan tangan yang lancar kembali memakaikan heels, lalu Fredella berbicara dengan sedikit tawa

"Haha dasar kau pria gila, kau yang patah hati karena Selena mengapa harus aku yang susah untuk menyembuhkannya. Sialan!" lalu Fredella berjalan meninggalkan Damien yang berdiri mematung sambil mengusap kepala belakangnya.

"Dia benar-benar mengerikan ketika marah" gumam Damien, iapun berjalan menyusul Fredella yang sedang melangkah cepat di depannya.

***

Fredella melangkahkan kaki di lobby karena sudah waktunya untuk pulang setelah bekerja,

namun langkah kakinya tiba-tiba terhenti karena melihat sosok yang ia kenal sedang berjalan mendekatinya.

"Kau kemari?" tanya Fredella yang tiba-tiba menyambar Ludwig lalu melingkarkan lengan di pinggang kekasihnya.

"Aku mampir sebentar untuk melihatmu, masih baik kau belum meninggalkan kantor hingga aku masih bisa menemuimu" ucap Ludwig

Ia mengusap puncak kepala Fredella membelai rambut panjangnya perlahan.

"Kau bisa menelponku" timpal Fredella

"Aku hanya takut mengganggumu"

Fredella mengerucutkan bibirnya seolah bersikap manja dan membuat pria itupun terkekeh gemas.

"Kau membawa mobil?" tanya Ludwig

"Ya aku membawa mobil, mengapa?" Fredella balik bertanya pada Ludwig.

"Apakah kau keberatan jika mengantarku ke bandara?" pinta Ludwig.

Fredella terdiam sejenak dan tidak lama ia pun menyetujui permintaan kekasihnya itu.

Ludwig yang juga sedang menunggu jawaban Fredella pun tersenyum mengembang tanda bahagia dan ia mulai menggandeng tangan kekasihnya dan berjalan memasuki lift menuju basement dimana mobil Fredella terparkir.

Romansa indah nan romantis itu tertangkap oleh mata Damien, pria itu menyilangkan lengan di dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Sungguh indah sekali, sayangnya aku tidak tersentuh dan tidak akan mengubah keinginanku untuk membuat Ava berpaling padaku" gumamnya dengan seringai licik karena ia pasti akan menggunakan trik agar Fredella luluh padanya.

Fredella telah selesai mengantarkan kepergian Ludwig dari bandara

Wanita itu mengantarkan Ludwig sampai ke tempat landas karena pria itu pergi menggunakan Jet pribadi.

Ia duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya lalu melepas heels yang masih melekat di kaki indahnya.

"Mengapa Ludwig masih belum menunjukan sikap buayanya?" gumam Fredella yang mengerutkan kening mengingat jika tadi Ludwig hanya mengecup keningnya sebagai salam perpisahan.

Wanita itu menggelengkan kepala mencoba berhenti memikirkan pria itu, ia membawa tasnya dan berjalan memasuki kamar untuk membersihkan diri lalu tidur.

***

Matahari mulai menampakkan diri, Fredella yang sudah usai berolahraga pun pergi meninggalkan Jogging Track untuk bersiap-siap berangkat bekerja.

Diekori oleh Damien, pria itu merangkulkan lengannya pada leher Fredella dan perlakuannya itu tidak membuatnya terkejut karena sedari tadi pria itu bersikap seolah memulai aksinya untuk membuat Fredella jatuh cinta padanya.

"Jangan membawa mobil, aku akan ke apartemenmu untuk menjemputmu dan mari berangkat kerja bersama" ucap Damien. Fredella hanya memutar bola matanya malas mendengar yang Damien katakan, ia mencoba tak peduli dengan pria di sampingnya ini.

Ketika mereka berjalan, seorang wanita datang menghampiri dengan senyuman dan menatap kedua orang didepannya.

"Damien, bisa kita bicara sebentar?" ya, itu Selena. Dia datang sangat pagi untuk menemui Damien. Ia tersenyum karena mengetahui jika kehamilan Fredella tentunya palsu

Fredella tidak akan berlari lima putaran jika sedang mengandung, bukan? Setidaknya itu yang Selena pikirkan melihat kedua orang didepannya menghabiskan waktu berolahraga bersama.

"Sebentar saja" pinta Selena lagi.

Damien melirik pada Fredella dan belum melepaskan rangkulannya, wanita itu hanya mengendikkan bahu karena tidak mau meladeni kedua orang itu.

Walaupun sorot mata Damien seolah meminta pertolongan agar di jauhkan dari Selena, sepertinya Fredella tidak peduli.

Namun sepertinya Damien memang benar-benar membutuhkan pertolongan mengingat bagaimana rapuhnya Damien kala itu bercerita perihal Selena. Akhirnya, Fredella pun mulai bertindak.

"Selamat pagi, Nona Selena" sapa Fredella. Sapaan itu tidak berakhir baik karena tiba-tiba Selena mengayunkan lengannya hendak menampar Fredella, namun dengan pengalaman bela dirinya Fredella pun dengan mudah menghentikan itu.

"Wow, terburu-buru sekali" ucap Fredella.

"Wanita jal*ng. Belum lama kau mengatakan jika kau hamil, namun sekarang aku melihatmu berlari lima putaran. Apakah kau takut ketahuan jika bayi di dalam kandunganmu bukan darah daging Damien" teriak wanita itu yang sontak membuat orang di sekitar menggerakkan kepala ingin melihat ada sebuah keributan.

"Jelas saja itu palsu, kami masih ingin menikmati hari-hari yang hangat berdua. Ada masalah dengan itu?" tanya Fredella.

"Damien, jangan percaya siluman rubah ini. Aku, aku punya bukti jika dia tidak hanya tidur denganmu" ucap Selena yang memberikan sebuah video pada Damien.

Lengan kekar itu menerima sebuah video yang dimana di dalamnya ada Samuel rekannya yang sedang melakukan kegiatan ena-ena bersama seorang wanita. Selena yakin itu Fredella karena bermodalkan ucapan Samuel dan suara dalam video tersebut.

Damien tiba-tiba melirik pada Fredella, ia mengingat bahkan melihat sendiri yang wanita di sampingnya ini lakukan. Selena mencoba menahan rasa bahagianya karena berhasil membuat Damien marah dan mungkin akan kembali padanya.

"Bagaimana kau menjelaskan ini, Honey?" tanya Damien pada Fredella.

Fredella pun menyeringai karena ia akan memberikan jawaban yang tidak akan terpikirkan oleh Selena.

"Mengapa kau bertanya? Bukankah kau yang memegangi kamera itu?" jawab Fredella

Mendengar itu, membuat Damien melotot terkejut mencoba menahan menahan tawanya dengan jawaban Fredella.

"Wanita ini memang gila" gumam Damien dalam hati.

Selena hanya menganga tak percaya dengan apapun yang ia dengar. Ia menggelengkan kepala mencoba mencerna apa yang Fredella katakan.

"Apapun yang kau pikirkan, pikirkanlah. Aku tak peduli. Karena Damien sudah memilihku, berhentilah mengganggunya. Karena, dia tidak akan berpaling dari lubang buaya milikku" ucap Fredella lalu berjalan meninggalkan Selena yang marah karena ia kalah lagi dari Fredella.

"Tidak, tidak mungkin! Damien bahkan tidak pernah menyentuhku, bagaimana dia bisa melakukan hal itu denganmu" teriak Selena yang membuat Fredella menghentikan langkah kaki. Fakta baru, ternyata Damien masih perjaka.

"Jangan samakan aku dengan dirimu, Nona Selena. Damien tahu sarang mana yang tepat baginya" balas Fredella yang kembali berjalan dengan Damien yang masih merangkulnya, Damien kehilangan kata-kata melihat wanita dalam rangkulannya ini.

Bagaimana bisa ia dengan mudahnya mengatakan hal vulgar tanpa rasa canggung.

Mereka memasuki lift, setelah pintu lift tertutup Fredella tertawa terbahak-bahak dan membuat Damien seketika menghindar mundur selangkah karena terkejut.

"Kau masih perjaka rupanya. Kini aku tahu alasan wanita itu menghianatimu, pria bodoh" ucapnya dengan tawa yang belum berhenti.

To Be Continue

Terpopuler

Comments

Cik Syita

Cik Syita

semngat upnya

2020-12-06

0

Rahmalia Maricar

Rahmalia Maricar

Alhamdulillah udah mampir ya like komen rate bintang 5

2020-12-03

1

R⃟ Novie 𝚆⃠🐛🍆

R⃟ Novie 𝚆⃠🐛🍆

semangat ya

2020-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!