"Tidak bisakah orang itu tidak membuat jantungku terus berdebar?" gumam Fredella.
Pening melanda, ia pun memijit kepalanya karena memikirkan orang yang selalu membuatnya kesal.
Tapi anehnya, ia sama sekali tidak bisa membencinya.
Ia merasa aneh semenjak obrolan absurdnya dengan Daddy nya waktu lalu,
Ucapan itu selalu melintas di pikirannya dan selalu berhasil membuat Fredella berharap.
Walaupun Damien selalu mengumbar kata cinta, tidak serta merta dapat membuat wanita cantik itu percaya begitu saja dan menerimanya.
Karena ia tidak melihat keseriusan dalam dirinya, namun mengapa Fredella begitu berharap?
"Ava?" panggil pria itu.
"Ada apa?" tanya Fredella yang mendongakkan kepala.
Dua pasang mata saling bertatapan, Damien yang menghening karena terpesona melihat kecantikan wanita bernama Fredella itu.
Juga dengan Fredella, ia menghening menunggu apapun yang akan Damien ucapkan padanya.
Sekian lama Damien menatap, tiba-tiba ia mengerjapkan matanya karena terlalu lama menatap Fredella.
Seakan lidahnya kelu, Damien juga seperti mengalami Blank di otaknya.
Ia lupa apa yang akan ia katakan pada sekretarisnya.
"Tidak, lanjutkan saja pekerjaanmu" ucap Damien yang berlalu masuk ke dalam kamar khusus miliknya meninggalkan Fredella yang masih terduduk bertanya-tanya.
"Ada apa dengan Devil gila itu?" gumamnya yang sembari menggelengkan kepala dan kembali menatap layar Macbook nya.
Fredella yang masih memfokuskan dirinya pada pekerjaan,
Dikejutkan oleh suara dering ponsel miliknya. Ia mengambil benda pipih tersebut lalu mengangkat sebuah panggilan dari Ludwig.
"Selamat siang, Tuan" sapanya
"Kau ada acara malam ini? Sepertinya aku merindukanmu" jawab pria di seberang sana
Fredella tersenyum karena seperti mendapatkan angin segar disaat ia merasa pengap selalu berdua dengan Damien di ruangan
"Sepertinya saya memang senggang malam ini, kebetulan sekali"
"Bisakah aku menjemput di rumahmu saja, biarkan aku juga yang mengantarkanmu pulang." ucap Ludwig
"Ya, tentu saja. Saya akan mengirimkan alamat tempat tinggal saya pada anda" balas Fredella
"Tapi, kemana anda akan mengajak saya?" tanya Fredella
"Rahasia" jawabnya sambil mematikan sambungan panggilan itu.
"Siap-siap saja kau" gumam Fredella yang tersenyum mengerikan sembari masih menatap layar ponselnya.
Sesaat Fredella memulai lagi pekerjaannya, ia mendengar Damien memanggil namanya dan ia pun menoleh ke arah asal suara
"Ava, temani aku makan malam" ucap Damien.
"Sepertinya tidak bisa, aku memiliki janji dengan orang lain" jawab Fredella, pria itu seketika melirik tajam pada wanita itu karena kesal sudah di tolak.
"Siapa? Dengan siapa kau keluar malam ini?" tanya Damien, mendengar pertanyaan itu,
Fredella pun memicingkan mata dan menangkat sebelah bibirnya dan berkata "bukan u-ru-san-mu"
Damien yang mendengar itu seakan tidak terima atas perlakuan Fredella lalu ia pun berkata
"Kau tidak ingat sedang aku pertimbangkan? Jangan membuat aku berpaling darimu dan mencari wanita lain"
"Sejak kapan aku meminta untuk kau pilih? Mengapa kau selalu bersikap menyebalkan, hah? Jangan kira aku bisa kalah darimu" ucap Fredella.
Damien tidak mengatakan apapun lagi, ia duduk di kursinya dan memandangi Fredella yang sedang sibuk bekerja.
Ia memikirkan sebuah rencana, tentunya. Agar Fredella tahu siapa pria yang ia hadapi sekarang.
"Baiklah, terserah kau saja" ucap Damien
"Aku memang tidak pernah meminta pendapatmu" timpal Fredella.
***
Tiba saat Fredella dan Ludwig bertemu, mereka menghadiri sebuah acara pembukaan pameran lukisan milik salah satu seorang pelukis ternama.
Mereka berjalan dengan segelas minuman di tangan melihat keindahan lukisan yang terpampang di setiap dinding ruangan.
"Kau datang?" suara berat pria yang menghampiri Ludwig dan Fredella. "Tentu saja, aku sudah berjanji padamu bukan?" ucap Ludwig pada pria tinggi juga tampan yang menggunakan setelan jas berwarna putih tanpa dalaman dan dengan dada bidang yang terekspos disana, pria itu pun berkata lagi
"Siapa wanita cantik ini? Kau sudah siap jatuh cinta lagi ternyata" dengan tepukan di pundak Ludwig, pria itu lalu menjabat tangan pada Fredella.
"Perkenalkan, aku Sean" ucapnya
"Tentu, Tuan Albert Sean. Siapa yang tidak mengenal anda di negeri ini. Aku Fredella, senang mengenal anda?" jelas Fredella yang membalas jabatan tangan pria tadi.
"Kau mengenalku, aku sangat tersanjung dengan itu. Baiklah, acara penyambutan akan dimulai. Aku antar kalian ke kursi yang sudah di siapkan".
Mereka berjalan bersama menuju tempat dimana ada podium dan banyak sekali meja berbentuk bundar tertata rapi disana.
Acara sambutan pun berjalan lancar, para orang yang hadir terlihat dari kalangan atas karena mereka di perkenalkan satu persatu oleh Ludwig pada Fredella.
Sebelum acara berakhir, mereka sudah dahulu pergi meninggalkan gedung tempat pameran di selenggarakan.
Ludwig membawa Fredella ke sebuah tempat dimana hanya sedikit orang berlalu lalang.
"Apa kau keberatan jika aku mengajakmu ke kedai kecil ujung sana?" tanya Ludwig pada Fredella, wanita itupun menoleh dan mengangguk tanda setuju.
Sebelum melanjutkan langkah, Fredella melepaskan sepasang heelsnya dan berjalan bertelanjang kaki di pasir pantai, Ludwig menawarkan untuk membawakan heels itu dan ia pun tidak sungkan lagi.
"Pakailah, kau akan kedinginan dengan gaun itu" ucap Ludwig yang memakaikan jasnya ke pundak Fredella
"Terimakasih" ucapnya dengan senyum yang sangat cantik bagi Ludwig.
Setelah tidak lama berjalan, langkah kaki mereka terhenti di sebuah kedai yang terdapat di pesisir pantai.
Mereka langsung duduk di sebuah kursi kayu dengan payung berwarna putih sebagai atap.
Dari arah samping kanan datanglah seorang pria dengan rambut panjang lurus berwarna hitam menghampiri Ludwig dan Fredella.
"Hai Bro, siapa bidadari cantik ini. Kau berkenan memperkenalkan nya padaku?" ucap pria tadi yang langsung mengarahkan pandangannya pada Fredella.
"Hallo, aku Hendrick kau bisa memanggilku dengan nama Hen" pria itu mengayunkan tangannya bersiap menerima uluran tangan Fredella.
Fredella tak enggan menerimanya, telapak tangan mereka saling bertautan dan pria itu mencium punggung tangan milik Fredella.
"Fredella, senang berkenalan denganmu" Balas Fredella dengan senyuman yang mengarah pada pria bernama Hendrick itu.
"Kau ingin sesuatu?" tanya pria itu pada kepada dua orang di depannya.
"Adakah yang kau inginkan, Fredella?" tanya Ludwig
"Segelas Cocktail, please" jawab Fredella dengan menganggukan kepalanya.
"Baiklah, aku akan membuatkan sebuah mahakarya ku dan ini sebuah eksperimen terbaru. Kalian tunggulah sebentar" ucap Hendrick yang berlalu meninggalkan Ludwig dan Fredella.
Angin bertiup kencang di pantai itu dan berhasil menerbangkan rambut panjang Fredella tepat ke wajahnya.
Fredella mengedarkan pandangannya tanda tertarik dengan apa yang ia lihat.
"Nice place" Ucap Fredella
"Kau belum pernah kesini sebelumnya?" tanya Ludwig
"Aku selalu ke pantai ini, tapi aku menyesal tidak berjalan sedikit jauh jika tahu ada tempat sebagus ini" jawabnya
"Hendrick pemilik tempat ini, dia mendedikasikan waktunya disini untuk hasil kerja kerasnya"
"Bahkan dia tidak pulang ke rumah karena sangat bangga dengan apa yang dia lakukan" jelas Ludwig
Fredella yang menganggukan kepala mengartikan paham apa yang Ludwig ucapkan itupun berkata
"Hasil kerja yang bagus".
Ludwig memandangi wajah Fredella yang sedang mengarahkan pandangannya pada beberapa pasang muda mudi saling memadu kasih di pesisir pantai,
Terlihat disana betapa bahagianya mereka seakan tidak peduli dengan sekitarnya dan Fredella pun menggerakkan bibirnya untuk tersenyum.
"Mereka semua tampak sedang berbahagia" ucap Ludwig
"Benar, masa muda memang menyenangkan" timpalnya
"Bolehkah aku bertanya?" Ludwig berucap pada Fredella
"Mengapa tidak?" balasnya
"Kau memiliki hubungan dengan Tuan Damien?"
Pertanyaan itu tidak membuat Fredella terkejut karena pria gila itu urat malunya seakan sudah putus,
Karena selama ini ia selalu memperlihatkan perlakuan tak biasa padanya.
"Hubungan? Dengan pria gila itu? Yang benar saja" jelas Fredella,
Namun pria di hadapannya seolah tak mengerti karena ia merasakan hal berbeda dari partner kerjanya itu.
"Benarkah? Tapi mengapa aku merasakan hal berbeda di matanya saat menatapmu? Aku pria dan jelas aku tahu itu" ucap Ludwig.
Mendengar yang Ludwig ucapkan membuat Fredella menggeleng tak setuju atas apa yang Ludwig jabarkan.
"Hei, asal kau tahu. Jika aku tidak tergiur dengan gaji yang Damien tawarkan, aku sungguh tidak ingin berdekatan dengan pria tidak waras macam dia" geram Fredella yang melotot
Seakan kesal karena mengingat bagaimana Damien selalu berperilaku mengesalkan.
Ludwig terkekeh mendengar ocehan wanita di hadapannya itu karena baru kali ini ada orang yang berani mencaci seorang Damien Ekchart Meshach bahkan tidak ragu menyebutnya pria gila.
"Jadi? Apakah aku bisa menganggap pertemuan kita kali ini sebagai kencan?" tanya Ludwig
Fredella menyeringai karena ia merasa ikan buruannya sudah masuk ke dalam perangkap, tentu saja dengan senang hati ia tidak akan menolak.
"Tentu saja, malam malam selanjutnya pun boleh jika kau mau" balas Fredella.
"Terimalah aku sebagai kekasihmu, Fredella" ucap Ludwig
"Aku terima" Anggukan Fredella disambut bahagia oleh pria itu dan ia pun mulai mengecup lembut kening Fredella lalu tersenyum bahagia.
To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Wiwit🌹GWT🌹❤️
waduhhhh gampang bener talk.terima cinta ,gak.nyesel tuhhh ntar 🙄🤔🤔🤔
2020-12-02
0
cAY
semangat terus thorrr 👍👍
2020-12-02
1