Mencoba

Jam menunjukkan pukul Tujuh, namun dua anak manusia itu belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari ruangan.

Damien yang tidak fokus bekerja hanya melihati Fredella saja sejak kejadian siang tadi,

Ia mencoba mengajaknya berbicara namun tidak disambut baik oleh Fredella

Ya, karena wanita itu menyibukkan diri dengan pekerjaan akibat dari rasa kesalnya

Damien seketika berdiri, melihat Fredella membereskan pekerjaan nya dan mematikan layar pada MacBook nya itu.

"Aku antar kau pulang, oke?" tawarnya,

"Terimakasih tawarannya, Tuan. Tapi aku sudah ada janji dengan seorang teman" jawab Fredella yang sambil berjalan keluar ruangan

"Teman? Siapa? Pria atau wanita?" Tanya Damien lagi

"Maaf, Tuan. Sepertinya itu bukan urusan anda" timpal Fredella lagi yang tak berhenti berjalan meninggalkan Damien.

"Baiklah, baiklah cukup Ava. Aku benar-benar meminta maaf untuk hal ini, aku belum menceritakan soal Selena padamu. Jadi, ku mohon berhentilah berjalan dan dengarkan penjelasanku"

Ucap Damien yang semakin frustasi tak karuan karena Fredella keras kepala sekali.

"Jelaskan" ucap Fredella yang langkahnya terhenti lalu berbalik badan menghadap Damien.

"Jangan disini, ayo kita pulang dulu. Kau ingin sesuatu untuk dimakan? Rasanya aku ingin sekali berbelanja ke supermarket bersamamu" ucap Damien

Kemudian ia melangkah maju sambil menggandeng tangan Fredella,

Namun Fredella sepertinya tidak cukup senang karena di belakang punggung Damien, ia memberikan ekspresi ejekan.

Alih-alih mengajak Fredella pulang, Damien malah menggunakan alasan itu lalu membawa Fredella ke restoran untuk membujuknya.

Ia membawanya untuk makan steak mahal agar Fredella tidak lagi marah padanya.

"Kau pandai sekali mengulur waktu ya, aku lelah aku ingin pulang dan beristirahat" ucap Fredella.

Mendengar itupun membuat Damien sedikit panik karena Fredella mengetahui niatnya.

Tanpa menunggu Damien menjawab, ia lalu meninggalkan pria itu dengan tegas dan tidak mendengarkan bujukannya sama sekali.

Damien masih saja gigih mengejar walaupun jelas sudah di tolak,

Fredella berjalan berusaha mencari taksi sambil merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

"Kau bodoh, Fredella",

"Seharusnya kau tahu",

"Devil sialan!"

"Lihat saja pembalasanku"

"Apakah tidak ada taksi? Aku sudah berjalan cukup jauh"

"Kau bodoh Fredella, benar-benar bodoh!"

"Sialan, apa aku harus berjalan sampai apartemen?"

"Aku menyesal terbujuk rayuannya". Begitulah kira-kira.

Setelah berjalan sekitar 3 menit, akhirnya Fredella menemukan taksi yang lewat

Lalu ia pun masuk ke dalam taksi tanpa memperdulikan pria yang berjalan mengejarnya.

"Shit..Shit..Shit" gerutu Damien yang melihat Fredella masuk ke dalam taksi,

Ia berbalik kembali berjalan menuju mobil yang ia tinggalkan di restoran untuk pulang ke apartemen dan kembali menghampiri Fredella tanpa menyerah.

Fredella yang baru saja masuk dan sedang meneguk segelas air pun terganggu oleh suara bel yang terdengar dari arah pintu masuk, ia sudah tahu itu pasti Damien.

Fredella sengaja mendiamkannya dan masuk ke dalam kamar untuk mandi.

Namun, pria yang bernama Damien itu benar-benar sangat menyebalkan.

Selama Fredella tidak membukakan pintu, selama itulah ia menekan tombol bel hingga membuat Fredella sangat kesal.

Dengan sekuat tenaga dan hatinya, Fredella mengabaikan suara bel itu tapi bukan Damien namanya jika memang tidak menyebalkan.

Ia menelpon Fredella berkali-kali tidak berhenti sembari menekan tombol bel dan itu cukup membuat Fredella sangat muak.

"Devil itu benar-benar kekanakkan" gerutu Fredella, d

Dengan rasa kesal yang memuncak ia pun mengangkat ponselnya yang sedari tadi berdering karena panggilan dari pria yang berada di depan pintu apartemennya itu.

"Aku tidak akan berhenti menekan bel dan tidak akan pergi sebelum kau membuka kan pintu, Ava" seketika ucap Damien yang mengetahui jika sambungan teleponnya sudah tersambung.

Tanpa ada jawaban apapun, sambungan telepon itu pun mati dan membuat Damien lagi-lagi menekan tombol bel pintu milik Fredella.

Saat pintu terbuka, ada siraman air yang melesat mulus ke tubuh dan wajah Damien.

"Karena saat ini bukan jam kerja dan bukan di kantor, aku tidak akan segan padamu. Pergi dari sini, kau benar-benar mengganggu, Jerk" Teriak Fredella yang kembali menutup pintu,

Fredella yang kesalnya sudah mencapai ubun-ubun itupun belum usai, namun kembali di ganggu lagi oleh bunyi bel dan dering telepon.

"Aku benar-benar akan membunuhmu, Devil sialan!" ucapnya yang berbalik kembali menghampiri pintu dan membukanya, ia memelototi melihat Damien yang masih berdiri di depan pintu

"Apa maumu?" ucapnya yang mengarah pada pria di depannya.

"Kau benar-benar seperti singa betina saat marah" ucap Damien yang tanpa ragu melengang masuk ke dalam apartemen Fredella.

Wanita itu semakin marah karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar

"Singa betina? Hei, jika aku singa lalu kau apa? Dasar buaya!" Teriak Fredella.

"Terserah, apapun menurutmu. Kau punya sesuatu di lemari pendingin? Kita belum makan malam kan, aku akan memasakkan sesuatu" Ucap Damien yang melangkah memasuki dapur dan membuka kulkas.

Melihat itu, Fredella hanya menganga dengan kekesalan yang semakin memuncak.

"Apa-apaan dia? Dia bersikap seolah tidak memiliki kesalahan" gumamnya.

"Kau mandilah dulu, aku jamin setelah kau selesai mandi makanan sudah siap tersedia" ucap Damien.

Fredella hanya dapat menahan amarahnya dan memasuki kamarnya untuk membersihkan diri.

Sekitar 45 menit Fredella menghabiskan waktu untuk mandi dan mengganti baju, ia pun duduk di depan meja riasnya untuk memakai rangkaian skincare yang biasa ia gunakan untuk merawat wajah dan tubuhnya.

Setelah selesai dengan itu semua, ia membaringkan tubuhnya di ranjang dan lalu memejamkan mata.

"Astaga aku sangat lapar" gerutu Fredella,

"Apakah pria itu benar-benar bisa memasak? Atau jangan-jangan dapurku sudah hancur dan akan terjadi kebakaran? Astaga mengesalkan sekali"

Saat Fredella berjalan menuju dapur, ia melihat pria seksi setengah telanjang sedang menuangkan red wine ke dalam gelas.

Fredella tak bisa mengedipkan matanya melihat pemandangan menggoda di depannya, walaupun ia masih virgin tapi ia tidak bodoh untuk menyia-nyiakan pahatan sempurna ciptaan tuhan itu.

Tubuh Damien yang atletis dengan six pack dan kulit tanpa cacat itu sungguh menggoda dan ia ingin sekali menyentuhnya.

"Astaga, tampan sekali" gumam Fredella dalam hati.

"Kemarilah, aku sudah menyiapkan makan malam. Isi kulkasmu lengkap dan membuatku menjadi mudah untuk memasak. Semoga sesuai dengan seleramu" Ucap Damien.

Pria itu duduk di kursi yang tersedia dan meminta Fredella untuk duduk juga.

Padahal itu apartemen milik Fredella namun seolah Fredella lah yang menjadi tamunya,

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Fredella

"Memasak, apa lagi?" Jawabnya,

"Tidak, maksudku mmm mengapa kau telanjang dada seperti itu?" tanyanya lagi,

"Oh ini, kau lupa?" timpal Damien yang menundukan kepala yang lalu melihat tubuhnya sendiri

"Kau menyiramku tadi. Jadi aku melepas bajuku karena basah" Ucapnya lagi sembari mengarahkan pandangannya pada jas dan kemeja yang ia gantung pada gantungan di sudut ruangan.

Mendengar jawaban itupun membuat Fredella berdiri meninggalkan meja makan "Kau mau kemana? Kau tidak akan memakannya?

"Apakah masakanku tidak sesuai dengan seleramu?" tanya Damien yang melihat Fredella melangkah meninggalkannya.

Sesaat kemudian, wanita itu kembali dengan sehelai kaus berlengan pendek kebesaran.

"Kaus pria? Bekas siapa ini?" Tanya Damien.

"Milikku, lagi pula itu bukan kaus pria tapi kaus wanita. Aku sengaja membeli ukuran besar karena aku memang nyaman menggunakan kaus longgar" jawab Fredella.

Penjelasan Fredella sedikit cukup bagi Damien untuk memakai kaus itu karena motif yang ada membuat Damien percaya jika jelas memang itu untuk wanita.

walaupun membuat Fredella sedikit kecewa karena tidak bisa berlama-lama memandangi tubuh seksinya itu.

"Makanlah, aku akan menjelaskan semuanya padamu setelah selesai makan. Dan jangan mencoba untuk mendiamkan ku lagi, mengerti?" Ucap Damien.

Setelah ritual makan malam selesai, Damien dan Fredella membereskan semuanya bersama.

Setelah selesai di dapur, Damien mengayunkan telapak tangannya agar Fredella genggam dan wanita itu menerimanya.

Mereka berjalan ke ruang tamu dengan bergandengan tangan dan duduk di satu sofa.

Damien mulai menjelaskan bagaimana hubungannya dengan Selena.

"Dia, seharusnya memang akan menjadi istriku? ucap Damien dengan menundukkan kepala dan suara lemah.

"Seharusnya? Lalu?" tanya Fredella

"Kami menjalin hubungan selama hampir 3 tahun dan berencana menikah bahkan aku sudah melamarnya"

"Tapi sepertinya keberuntungan tidak memihak padaku karena semakin banyak aku mencintainya, semakin banyak pula rasa sakit dan hal pahit yang aku dapat" jelas Damien,

ia seakan menahan sakit dengan suaranya yang memberat enggan mengingat kenangan indah bersama Selena.

"Kau baik saja?" tanya Fredella yang mulai mengusap pundak Damien mencoba menenangkan pria itu.

Walaupun Fredella belum pernah menjalani hubungan yang sangat serius dengan siapapun,

Namun ia paham rasanya bagaimana perasaan saat cinta tak terbalas.

"Aku hanya ingin mencoba bahagia dengan caraku tanpa harus mengingat Selena lagi" gumam Damien yang jelas terdengar oleh Fredella.

To Be Continue

Terpopuler

Comments

zsarul_

zsarul_

hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt yaa
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
baca juga cerita baru aku yang judulnya EVANESCENT!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks

2021-03-30

0

OP_PRO

OP_PRO

up terus yah Thor... salam kenal Menanti Cinta Prajurit

2020-11-28

1

❀ᴅeᷟwͣiᷜʕ •́؈•̀ ₎

❀ᴅeᷟwͣiᷜʕ •́؈•̀ ₎

awas aja ya kalau bohonggg gigit tuh paantattt

2020-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!