"Ini sudah 3 hari, bagaimana kondisi kakinya saat ini?" Gumam Damien yang sedang duduk di kursinya sambil memegang Hand Phone,
ia sangat ingin menghubungi wanita itu namun ia pula merasa enggan karena tidak ingin terlihat memaksa agar Fredella dapat kembali bekerja.
"Greg, siapkan satu buket bunga dan buah-buahan untukku" Ucapnya pada Greg yang sedang duduk di sofa ruang kerjanya,
"Baik, Tuan" Timpal Greg.
Greg berlalu keluar pergi menyiapkan apa yang tuannya pinta.
Sementara Greg pergi, Damien melangkah ke kamar yang ada di dalam ruangannya itu untuk sekedar mandi dan mengganti baju.
Ia memakai setelan kaos lengan pendek berkerah dan celana jeans panjang, setelah Damien bersiap datanglah Greg dengan barang bawaan permintaannya tadi.
"Pulanglah, terimakasih atas bantuanmu"
Ketika Greg menawarkan untuk jadi supir mengantarkan ke manapun tujuannya pergi namun di tolak oleh Damien karena ia pun berencana menginap di Apartemennya.
10 menit Damien menyetir karena sudah malam dan jalanan sedikit lengang ia dapat sampai lebih cepat dari biasanya
Damien masuk ke basement memarkirkan mobil dan berjalan ke lobby lalu masuk ke lift dan menekan tombol lantai 14 dan unit milik Fredella adalah 1404.
Apartemen ini bisa menandakan bagaimana kekayaan pemiliknya melalui tingkatan unitnya.
Kawasan apartemen ini adalah kawasan elite yang memiliki 10 menara apartemen lain di sekelilingnya, dan setiap menara apartemen ini memiliki 20 lantai yang masing-masing lantai di unitnya pun berbeda.
Semakin tinggi unitnya semakin kaya pula pemiliknya, Unit milik Damien berada di paling atas.
Yang 1 lantai itu hanya ada 2 unit type 4BR dengan masing-masing unit memiliki indoor pool dan kisaran harga sewanya pun mencapai Jutaan Dollar pertahunnya.
Fredella menempati lantai 14 yang harga sewanya tentu sangat menguras kantong pertahunnya dengan type 2BR
Harga itu tentu sepadan dengan fasilitas terbaik yang di berikan oleh apartemen seperti taman hijau, arena bermain anak, sky pool, sky lounge, gym, theatre, jogging track, sauna, club lounge, meditation plaza, hingga rooftop garden.
Sesampainya Damien ke tempat tujuan, ia menekan bel pada sisi pintu yang terdapat kamera pengawas
Tidak lama ia menunggu pintu pun terbuka dan terlihat wanita paruh baya yang tidak ia kenali.
"Maaf, anda siapa? anda mengenal puteri kami?" ucap wanita paruh baya itu, ia adalah Dorothi ibu dari Fredella yang entah sejak kapan telah berada di apartemen anaknya itu.
"Selamat malam, Nyonya. Saya Damien rekan kerja Ava, ah maaf Fredella. Apakah Fredella sudah lebih baik? Bagaimana keadaannya?" Ucap Damien,
Dorothi membalasnya dengan anggukan dan dengan senyum manis lalu mempersilahkan Damien untuk masuk menjenguk langsung dan melihat bagaimana kondisi Fredella.
"Nak, duduklah sebentar aku akan mengambilkan minum untukmu dan memanggil Fredella untuk menemuimu" Ucap Dorothi.
Namun sebelum Dorothi berjalan menuju dapur, Fredella sudah berjalan menghampiri ibunya yang terdengar sedang berbincang dengan seseorang.
"Siapa yang datang, Mom?" Ucap Fredella yang muncul dari balik pintu kamar dan dua pasang mata itu pun saling bertatap
"Hei, kau kemari?" Tanya Fredella. Sebelum Damien menjawab, Dorothi pun berkata
"Kalian berbincanglah sebentar, Mommy akan menyiapkan sesuatu untuk camilan" ucapnya.
"Terima kasih, Nyonya. Anda tidak perlu repot-repot" Timpal Damien dan hanya dibalas senyuman oleh Dorothi
"Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau sudah bisa menendang lagi seperti yang kau lakukan pada pria di basement hotel tempo lalu" Ucap Damien
"Aku sudah merasa sangat sehat dan sebenarnya sedari tadi aku mencoba menghubungimu namun tidak ada jawaban sedikitpun. Apakah kau meninggalkan Handphone mu?" Timpal Fredella.
Dan tanpa aba-aba Damien pun merogoh saku celananya untuk melihat Handphone tersebut
Yang ternyata sedang bermode senyap "Sorry" Ucapnya ia lalu memperlihatkan layar Handphone itu pada Fredella dan terlihat ada 2 Panggilan Tak Terjawab.
"Aku bisa bekerja besok, karena ini sudah 3 hari aku beristirahat. Lagipula, kau bisa lihat orang tuaku bahkan datang untuk merawatku" Jelasnya dan dibalas anggukan oleh Damien.
Sesaat mereka menghening datanglah Ibunda Fredella yang membawa nampan berisikan jus buah dan beberapa potong buah untuk disajikan kepada Damien.
"Silahkan, Siapa namamu nak?" Tanya Dorothi yang mengarah pada Damien yang sedang meneguk jus jeruk dihadapannya yang disajikan oleh wanita paruh baya tadi.
"Saya Damien, Nyonya. Senang bertemu dengan anda" Jawab Damien
"Aku Dorothi, Terimakasih sudah menjenguk anak kami. Ngomong-ngomong sudah berapa lama kau mengencanin anak kami, Nak?" Seketika terdengar ucapan itupun membuat Fredella yang sedang meneguk jus jeruk menjadi tersedak karena terkejut dengan apa yang barusan ia dengar.
"Mommy? Dia atasanku" Tegas Fredella
"Benarkah? Astaga aku minta maaf, Tuan. Aku telah salah paham kepada Anda" Ucap Dorothi yang terlihat menyesal sudah asal bicara.
Damien menegang dan sedikit terkejut juga dengan apa yang ia dengar tadi, sebentar ia menghening dan lalu menjawab ucapan ibu dari Fredella itu
"Tidak apa-apa, Nyonya. Dan jangan berbicara formal padaku karena itu membuatku sendikit tidak nyaman, aku senang dengan panggilan yang anda berikan tadi" Balas Damien
"Saya sangat berterimakasih atas kunjungan anda, Tuan. Ternyata banyak sekali yang menyayangi Fredella disini. Saya sedikit lega karena selama ini saya sudah menghawatirkan yang tidak terjadi" Ucap Dorothi
"Nyonya, jangan segan padaku. Aku adalah teman Fredella di luar jam kerja, jadi aku sangat tidak nyaman dengan sikap segan anda tadi. Aku benar-benar sangat menyukai perlakuan keibuan anda padaku" Timpal Damien.
"Baiklah, kalau begitu aku juga akan memperlakukanmu seperti anakku sendiri. Tunggu sebentar lagi, kau belum bertemu dengan ayah Fredella yang entah apa yang ia lakukan sedari tadi di dalam sana" Ucap Dorothi yang pandangannya mengarah ke ruangan yang di tempati oleh mereka untuk tidur.
Tidak lama setelah Dorothi masuk ke kamar tersebut datanglah pria paruh baya yang ikut keluar dari balik pintu.
Ia adalah, Raymond Dominic Elvarette. Ayah dari Fredella yang di usianya saat ini ia masih terlihat sangat segar dan muda,
Seketika Damien berdiri memberikan salam padanya dan duduk kembali setelah Raymond persilahkan duduk "Anak yang sopan" gumam Raymond
"Jadi? Apa pekerjaanmu?" Tanya Raymond tanpa basa-basi pada Damien
"Saya, memimpin sebuah perusahaan dan memiliki beberapa usaha di bidang lain" jawab Damien.
"Hmmmm berapa usiamu sekarang?" Tanyanya lagi
"33 Tahun" Jawabnya lagi
Setelah beberapa pertanyaan yang Raymon lontarkan dan Damien jawab dengan jujur, satu lagi pertanyaan yang membuat Fredella kembali terkejut.
"Apakah kau sungguh mencintai puteriku? Kapan kau akan berencana untuk melamarnya? Kau tahu kan, dia bukan perempuan yang mengecewakan karena dia sangat cantik dan pintar" Ucapnya
"Kalian sangatlah cocok" Timpal Dorothi
"Daddy, kau ini apa-apaan? Mommy? Kau juga? Dia atasanku, dia bukan kekasihku dan aku tidak mencintainya. Apakah kalian benar-benar tidak sabar untuk aku menikah?" Kesal Fredella
Melihat interaksi di depannya membuat Damien sedikit ingin berbuat usil pada Fredella karena wanita itu terlihat menggemaskan saat sedang kesal.
"Ternyata aku sudah mendapat 'Lampu Hijau' dari kedua orang tuamu. Bagaimana kita akan mendiskusikan ini, Sayang?" Ucap Damien yang menyeringai
Itu memang cukup membuat Fredella seketika melotot tidak percaya karena Devil itu sengaja mengompori kekesalannya.
"K-kau? Pergilah sekarang! Kau benar-benar membuatku kesal. Kau berencana membuat orang tuaku percaya padamu? Hah!" Usir Fredella pada Damien.
Damien yang berdiri itu pun kembali berkata "Bagaimana jika malam ini aku memberitahu kedua orang tuaku agar mempercepat acara lamaran kita?" Balas Damien yang membuat Fredella semakin kesal karena perbuatan Pria itu.
"Kalau begitu saya pamit dan segera memberi kabar baik selanjutnya pada kalian berdua" Ucap Damien
"Hahahaha baiklah baik. Segeralah pulang dan beritahu orang tuamu jika kau sudah mendapat izinku" Jawab Raymond
Fredella yang semakin tidak mengerti jalan pikiran kedua pria ini pun melongo dan semakin kesal karena tidak ada yang mendengarkannya.
"Terserah, aku tidak peduli" Decak Fredella yang menghentakkan kaki ke lantai dan berlalu meninggalkan 3 orang di ruang tamu tadi.
Dan disaat bersamaan, Damien yang sudah berada di apartemennya dan Fredella yang sedang berguling di kasurnya.
Seperti ada magnet yang menyatukan pikiran mereka dan dengan pikiran yang sama mereka pun bergumam "Sial, mengapa aku berharap padanya?"
To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
❀ᴅeᷟwͣiᷜʕ •́؈•̀ ₎
cieee cieeeee kutub Utara dan Selatan bisa bersatu g yaaaa hayoooo
2020-11-27
1
jenny
prikitew...
mudah2an bunga2 cinta hadir di antara mereka. . 😉😉😉
2020-11-27
1