Episode 20

"I will take care of her for the rest of my life."

\~\~\~\~\~\~

Blake sudah menunggu sekitar setengah jam di depan kediaman Yazel. Well, alasan ia datang kembali kesini adalah panggilan dari Phillip. Kata pria itu, ada satu hal penting yang ingin dia sampaikan untuk Blake.

Blake menggerutu. Ia mengetuk sebelah kakinya di atas tanah, mulai merasa sedikit bosan karena menunggu kedatangan Phillip. Di depan pagar ini, Blake hanya merasa seperti orang bodoh yang sedang menunggu.

Bahkan, dirinya mulai merasa malu karena dua bodyguard yang sedang berdiri di kedua sisi pagar tengah menatap ke arah dirinya sedari tadi.

Di detik selanjutnya, Blake akhirnya dapat melihat sosok Phillip. Ia kemudian menatap datar ke arah Phillip yang baru saja keluar dari kediaman Yazel, lalu mendengus.

Ternyata, tidak perlu waktu yang lama bagi Phillip untuk menyadari kehadiran Blake, sebelum pria itu menyapanya dengan senyuman yang hangat.

"Hey, buddy," seru Phillip dengan senyuman manisnya. Ia bergegas membuka pagar kediaman tersebut, lalu menepuk bahu Blake.

Blake membalas Phillip dengan tatapannya yang emosi. "Kau kemarin malam bilang jika Ariya berada kediaman Yazel, tetapi kenapa pria itu mengatakan hal yang sebaliknya?" tanya Blake to the point.

Ya, pada malam di mana dirinya sedang mencari Ariya, sosok yang muncul di tengah hutan tersebut adalah Phillip. Pria inilah yang memberitahu dirinya soal keberadaan Ariya.

Blake memang mempercayai perkataan Phillip karena pria tersebut tahu apa yang sedang dirinya cari. Namun, kejadian pagi tadi membuat Blake harus memikirkan perkataan Phillip dua kali.

Blake tidak tahu ia harus mempercayai siapa. Entah itu perkataan Phillip yang mengatakan jika Ariya diculik oleh Yazel, ataupun perkataan Yazel yang mengatakan jika dia tidak menculik perempuan yang dimaksud oleh Blake.

Pusing!

Kalau saja Blake bisa menyerobos masuk ke dalam kediaman Yazel, pasti sudah ia lakukan sejak tadi pagi. Tapi, Blake tidak mungkin bisa melakukannya. Kediaman ini dijaga oleh bodyguard dan dengan sihir yang ketat. Tadi, ketika ia mematahkan pagar Yazel saja sudah cukup menguras seluruh tenaganya.

"Kau belum menemukan perempuan yang kau maksud kemarin?" tanya Phillip berbasa-basi ketika ia menyadari jika Blake sedang tidak ingin membalas sapaannya itu.

Blake hanya mengangguk lemah. Ia menatap ke arah tanah, melamunkan sesuatu.

Ia tidak tahu lagi dimana dirinya harus mencari Ariya. Perempuan tersebut seakan-akan telah ditelan oleh bumi, tidak meninggalkan jejak apapun.

Para peri yang berada di kotanya juga hanya bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan Ariya. Mereka bukannya ikut panik, namun malah bersorak riang dan mengadakan pesta besar-besaran atas berita hilangnya Ariya.

"Perempuan tersebut pasti sangat penting bagimu, ya?" tanya Phillip yang menyadari raut muka kusam milik Blake.

Blake kembali mengangguk. "Iya. Entah kenapa aku merasa diriku harus menjaganya dengan segenap hatiku. Yah, walau para peri di kota kita malah merasa senang atas ketidakhadirannya," jelasnya dengan nada yang sedih.

Phillip tersenyum menenangkan. "Apa kau sudah masuk ke dalam kediaman Yazel tadi?"

Mendengar pertanyaan Phillip, Blake tersenyum hambar. "Kau kira dia akan membiarkanku masuk? Dia bahkan menyebutku sebagai seorang pengkhianat."

"Yah, kalian memang memiliki masa lalu yang kelam, sih," timpal Phillip langsung tanpa menyadari raut wajah Blake yang semakin keruh saja.

"Ya, aku tahu," balas Blake dan memutar kedua bola matanya. "Dan, sekarang, aku tidak tahu harus mempercayaimu ataupun si Yazel."

"Kau tidak akan menyesal jika kau memutuskan untuk memercayaiku, Blake," jelas Phillip dan terkekeh kecil.

"Kalian berdua sama-sama seorang Dreta," timpal Blake dengan ketus. "Dan, aku tahu para Dreta seperti kalian itu suka sekali menculik para peri."

Phillip mengangkat alisnya dengan heran. "Kau lupa jika kau merupakan seorang Dreta juga, Blake?"

Blake mendengus. Ia kemudian membalikkan badannya, lalu mulai berjalan menjauh. "Di tubuhku memang mengalir darah dari suku Dreta, namun, aku tidak sekejam para Dreta yang membunuh makhluk lain, Phillip. Aku malah menjaga mereka."

Mendengar perkataan Blake, Phillip menggelengkan kepalanya. "Tidak semua para Dreta seperti itu, Blake. Aku tidak seperti adikku, jadi tolong jangan samakan diriku dengan Yazel."

Blake seketika berhenti di tempat. Ia memutar kepalanya ke arah belakang, menatap Phillip dengan tatapan datarnya. "Sudahlah, hentikan omong kosongmu itu. Aku hanya ingin melanjutkan pencarianku. Lagipula, aku datang kesini karena katamu, ada hal penting yang ingin kau beritahukan padaku. Tapi, sepertinya aku menyesal karena telah mendengarkan perkataanmu itu."

Phillip melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau tidak perlu mencarinya, Blake. Ariya cuma berada di dalam kediaman Yazel. Aku tadi baru saja bertemu dengannya."

Blake mengerutkan dahinya. Ia menatap ke dalam bola mata Phillip dengan serius, mencari tahu apakah pria itu sedang berbohong kepadanya atau tidak.

Namun, apa yang ia temukan hanyalah binar keseriusan di kedua bola matanya yang berwarna hitam.

"Apa perempuan itu baik-baik saja?" tanya Blake masih berusaha untuk tetap santai. Tapi, di dalam hatinya, ia sudah mengutuk Yazel karena pria tersebut telah berbohong kepadanya tadi pagi.

Dasar bedebah itu! Apa Blake memang harus dipermainkan seperti ini? Dua kali datang ke kediaman Yazel padahal Ariya jelas-jelas berada di dalamnya.

"Iya, dan sepertinya ia dikurung di dalam kamar. Entah kenapa, adikku belum membunuhnya," ucap Phillip dan mengedikkan kedua bahunya.

Perkataan Phillip sontak membuat Blake sedikit menghembuskan napasnya dengan lega. Setidaknya, dari sini ia tahu jika Ariya masih hidup dan tidak menjadi mayat busuk yang dipikirkan Blake dari kemarin malam. Menurutnya, Phillip juga termasuk orang yang jujur, jadi mungkin untuk sementara ini, ia bisa mempercayai omongan pria tersebut.

"Kalau kau berbohong padaku, aku bersumpah akan langsung membunuhmu," seru Blake dengan tatapan yang berkobar-kobar.

"You can trust me, I swear," balas Phillip dan tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapi.

Blake menyipitkan matanya. Rasa tidak sukanya kepada Yazel semakin besar."Aku benar-benar akan membunuh Yazel sekarang juga."

"Memangnya kau bisa membunuhnya?"

Blake mengerjapkan matanya begitu mendengar pertanyaan Phillip yang mirip seperti mencemooh itu. "Hei, aku ini juga memiliki darah Dreta tahu, jangan menganggapku dengan remeh seperti itu."

Phillip kembali mengedikkan bahunya. "Oke, oke. Tapi setidaknya, kekuatanmu lebih kecil jika dibandingkan dengannya, mengingat adikku adalah seorang Dreta yang murni, bukan makhluk campuran sepertimu."

Blake seketika menggeram kesal. Memang sih, apa yang dikatakan oleh Phillip barusan benar adanya, namun tidak bisa dipungkiri jika dia merasa sangat sebal. Dirinya seolah-olah diejek secara habis-habisan.

"Aku pasti bisa mengalahkannya. Pasti!" ucap Blake membulatkan tekadnya.

"Ya, tapi untuk menghancurkan pagar di kediaman ini saja kau sudah menghabiskan hampir seluruh kekuatanmu itu."

Blake langsung saja menyepak Phillip dengan menggunakan sebelah sayapnya, membuat pria tersebut seketika mundur ke belakang dan nyaris terjengkang.

"Sorry, aku tidak tahu kau merasa tersindir dengan ucapanku," balas Phillip dengan kekehannya yang selalu mampu untuk membuat perempuan jatuh cinta dalam pandangan pertama.

"Tapi, ngomong-ngomong, aku rasa perempuanmu itu bukan makhluk yang biasa," lanjut Phillip lagi. "Maksudku, ada sesuatu yang tersembunyi di dalam dirinya, namun aku tidak tahu apa itu."

Blake mengangguk sekilas. Ia membetulkan perkataan Phillip sepenuhnya."Ya, dan karena itulah. Aku bersumpah akan menjaganya seumur hidupku dan tidak akan membiarkan makhluk seperti Yazel untuk merebut Ariya dariku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!