"Everybody bow to me, because they know who is the most powerful in here."
Di sebuah tempat yang berada sangat jauh di dalam hutan, terdapat sebuah bangunan tua yang berdiri dengan gagahnya. Bangunan tua tersebut bisa juga disebut dengan istana.
Tempat itu sudah berdiri sejak 2000 tahun yang lalu dan dikelilingi oleh pohon-pohon dengan dedaunan yang lebat. Walaupun istana itu sudah lama, tidak ada yang berani untuk mengubah struktur bangunan tersebut semenjak dibangun, mulai dari atapnya sampai lantainya pun masih sama persis.
Tidak ada makhluk dari jenis apapun yang berniat untuk pergi ke tempat itu. Bahkan, mereka semua tidak memiliki nyali yang cukup besar. Semua makhluk di dunia ini sudah tahu, kalau tempat itu adalah kediaman milik kaum Dreta. Makhluk yang dikenal paling ganas di kehidupan ini. Makhluk yang bisa hidup hingga 500 tahun lamanya.
Di sana, hanya ada cahaya rembulan yang setiap hari dengan setia menerangi seluruh bagian luar istana itu. Tidak ada lampu yang dipasang di sekitarnya kecuali pada sisi kiri dan kanan bagian pagar depan, dan hal itu memang disengaja.
Tak lupa juga, ada pagar besar nan tajam yang memiliki tinggi sekitar 5 meter mengelilingi bangunan tua tersebut. Semua hal itu sudah cukup menambah suasana yang mengerikan, apalagi jika dilihat pada malam hari.
Dari lorong yang gelap gulita, tiba-tiba muncul sosok pria yang berbadan tegap dan tinggi sedang berjalan dengan wibawanya. Auranya muncul, membuat semua maid yang melewatinya otomatis menundukkan kepada mereka.
Itu adalah Yazel. Ketua dari kaum mereka. Salah satu Dreta yang paling kuat di dunia ini.
Kalau saja mereka berniat untuk tidak menghormatinya, para *maid* itu yakin, kepala mereka akan putus seketika saat itu juga.
Laki-laki itu segera menghentikan langkahnya ketika ia mendengar suara derap kaki yang lain. Ia tahu jelas itu bukan suara derap kaki milik maid yang berada di dalam kediamannya. Lantas, ia menyeringai, membuat wajah miliknya menjadi terlihat mengerikan. Ini yang selalu ditunggu-tunggunya.
Mata hitamnya yang pekat itu menatap lurus ke arah pagar depan, menyaksikan dua bawahannya yang sedang menyeret sebuah karung.
Ia cukup yakin itu adalah makhluk yang ia tunggu-tunggu untuk disiksa kembali.
"Berapa peri yang berhasil kalian tangkap malam ini?" tanyanya dengan dingin saat dua orang bawahannya sudah berhasil menyeret karung itu sampai di depan matanya.
Ya, peri, makhluk yang paling Yazel sukai. Melihat mereka kesakitan dan mengerang meminta tolong di bawah kakinya merupakan suatu kehiburan sendiri baginya. Menurutnya, tidak ada makhluk apapun di dunia ini yang dapat memuaskan rasa senangnya, kecuali makhluk satu ini. Entah kenapa, Yazel malah merasa bosan menyiksa makhluk lain, rasanya tidak ada hal yang menarik sama sekali dari mereka.
Memang bisa saja kalau Yazel sendiri yang memburu makhluk lemah yang bernama peri itu, namun ia tidak mau tangannya dikotori oleh makhluk tersebut. Yang Yazel mau hanyalah melihat peri-peri tersebut merasa kesakitan di bawah rantainya.
Mendengar itu, kedua bawahannya tersebut langsung menaruh karung itu di depan Yazel dengan sopan.
"Untuk malam ini, kami cuma menangkap satu, Tu--an," jawab salah satu pria itu tergagap. Kedua bawahannya itu seketika menundukkan kepalanya.
Wajah Yazel yang tadinya menyeringai, sontak berubah. Muka penuh amarah terpasang di wajahnya. Aura disekitarnya berubah menjadi gelap.
"APA? Bukankah tadi sudah kusuruh kalian untuk menangkap lima peri malam ini dan membawanya ke depanku sebelum tengah malam? Berani-beraninya kalian menantang perintahku!?"
Seperti yang telah diperkirakan oleh dua pria itu, Tuan mereka pasti akan merasa marah dan mungkin saja akan memenggal kepala mereka seketika.
"Maafkan kami, Tuan. Kami tidak mampu menemukan peri apapun lagi kecuali peri yang satu i--"
Belum sempat salah satu bawahannya selesai berbicara, Yazel langsung mengangkat tangannya, membuat pria itu tiba-tiba melayang ke atas. Panik, pria itu lantas berusaha melepaskan diri. *And, well*, itu merupakan suatu kesalahan yang fatal. Apalagi mengingat Yazel tidak pernah mau menerima alasan apapun.
Langsung saja, jari-jari Yazel sedikit ditekuk ke dalam secara perlahan-lahan, membuat pria itu dapat merasakan pernapasannya mulai sedikit sesak. Tuannya sedang mencekiknya secara tidak kasat mata.
Yazel menyeringai, menikmati pemandangan itu.
"Tuan," panggil bawahannya yang satu lagi. Pria itu memang tegap dan memiliki badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan Yazel. Namun, apa dayanya yang memiliki kekuatan yang jauh lebih lemah.
Merasa dipanggil, Yazel segera menoleh, lalu menatap bawahannya dengan tatapan yang langsung menghunus tajam.
"U--um, tapi untuk malam ini, kita mendapatkan peri yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang lalu," jelasnya dengan takut-takut. Dia merasa sedikit terintimidasi dengan tatapan Yazel. "Mungkin Tuan bisa merasa sedikit senang walaupun tangkapan kita hanya satu."
Yazel sedikit memiringkan kepalanya, lalu tersenyum mengerikan. Ia merasa tertarik dengan ucapan bawahannya barusan.
Yazel mengangkat satu tangannya lagi, sebelum mendorongnya sedikit ke arah depan. Hanya sedikit, namun mampu membuat pria yang ia buat melayang tadi terhempas jauh, sebelum tubuhnya langsung tertusuk pagar-pagar yang tajam.
Pria itu tampak langsung meringis kesakitan. Tiga pagar yang runcing itu menembus dari punggungnya, lalu bagian tajamnya terlihat keluar dari perutnya. Darah pun mulai bercucuran dari mulut serta perutnya.
"Baik, kau bernasib bagus hari ini. Semoga saja ucapanmu ada benarnya. Tapi, kalau ternyata kau hanya berbohong soal itu, akan kupastikan kepalamu tidak berada di tempatnya lagi." Yazel mengambil karung itu, lalu mengangkatnya dengan mudah.
Matanya kemudian sedikit melirik ke arah pria yang tergantung di sela-sela pagar tajamnya itu. Pria itu terlihat sudah sangat sekarat. "Terus, bersihkan darahnya yang menjijikan itu. Buang jasadnya ke dalam laut kalau ia meninggal. Jangan sampai besok pagi aku melihat semuanya masih berantakan."
\*\*\*
Dengan tidak berperasaan, Yazel melempar karung berukuran besar itu ke arah lantai yang berwarna merah tua. Sebenarnya, bukan hanya lantai tersebut, bahkan dinding ruangan itu diwarnai dengan merah. Di sudut ruangan bagian kiri, terdapat kandang jeruji berukuran 1 meter persegi dan rantai-rantai yang tergeletak begitu saja di dalamnya.
Sementara, di bagian kanan, terdapat rak-rak yang dipenuhi dengan berbagai alat tajam, seperti pisau, tombak, panah dan lain-lain.
Tanpa membuang-buang waktu, Yazel segera membuka karung besar itu. Tampaklah makhluk peri berjenis perempuan yang bersayap hitam sedang pingsan di sana. Yazel tersenyum mencemooh.
Pria itu menarik kaki makhluk itu tanpa belas kasihan, kemudian melemparkannya masuk ke dalam kandang jeruji berukuran sempit itu. Memang kandang kecil itu dibangun untuk menempatkan makhluk-makhluk seperti peri.
Tapi yang lebih parahnya lagi, ukuran kandang berbesi itu sengaja dibuat lebih kecil dari badan mereka. Mengapa? Karena Yazel ingin melihat bagaimana sesaknya makhluk itu nanti saat berada di dalamnya.
Seperti sekarang ini, akibat lemparan dari Yazel, kepala perempuan itu langsung terhantam besi, membuat siapapun yang melihatnya mungkin dapat merasakan ngilu yang tak tertahankan. Apalagi tenaga Yazel yang dikeluarkan tadi cukup kuat. Namun, perempuan itu masih saja tidak terbangun.
Pria itu segera menautkan kesepuluh jarinya, membuat rantai-rantai yang tadinya tergeletak begitu saja di atas lantai langsung membelit kedua kaki dan tangan peri yang pingsan tersebut.
Setelah selesai, Yazel segera menutup pintu kandang, lalu mulutnya menggumamkan sebuah kalimat.
"*Glas an cèidse seo*."
Tepat setelah itu, pintu kandangnya tekunci sendiri. Tidak ada siapapun yang dapat membuka kandang itu, kecuali Yazel sendiri yang mengucapkan kalimat sihir tersebut lagi.
Yazel beralih menatap saklar lampu, sebelum jari tangannya digoyangkan sedikit ke arah depan, membuat lampu di dalam ruangan tersebut lantas tiba-tiba nyala sendiri. Seketika, ruangan yang tadinya cuma diterangi dengan cahaya bulan yang menembus tirai berubah menjadi terang-temarang.
Yazel memutar kepalanya, kembali memandangi perempuan itu. Tanpa sadar, ia menelusuri wajah tersebut dengan teliti.
Karena ruangan tersebut sudah terang, Yazel dapat melihat dengan jelas jika perempuan itu memiliki kulit yang halus nan putih, hidung yang mancung, bentuk wajah yang kecil, dan memiliki mulut yang imut. Dia juga mempunyai rambut panjang sepunggung yang berwarna coklat.
Menurut Yazel, perempuan ini masih bisa dikategorikan dengan cantik.
Tiba-tiba saja, pria itu lantas tersenyum menyeringai.
*Sia-sia saja wajah perempuan itu cantik, karena tak lama kemudian, aku sendiri yang akan mengubah wajah cantik itu menjadi mengerikan*, batinnya sembari ketawa jahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
hua
semangatt
2021-07-25
1