Episode 8

"I've never met a creature like you"

\~\~\~\~\~\~

Yazel berjalan dengan pelan menuju ke arah Ariya, sebelum ia berhenti tepat di depan perempuan tersebut. Matanya menatap lurus ke arah tubuh Ariya, memandangi darah yang terus bercucuran keluar. Gadis itu tampak terlentang tak berdaya, sementara gaun merah muda yang dipakainya itu sudah dikotori oleh cairan berwarna biru.

"Sekali lagi kau menyerangku seperti itu, aku akan menghukummu lebih buruk dari ini," ujar Yazel dengan datar. Sebelah tangannya terangkat, membuat gaun gadis itu menghilang dalam sekejap, menyisahkan dalaman yang sedang dipakainya.

Menyadari itu, Ariya masih berusaha untuk bangun dan berencana untuk menutupi tubuhnya, namun ia sama sekali tidak memiliki kekuatan lagi. Tubuhnya belum sembuh sepenuhnya, tapi tubuhnya sudah dibanting lagi seperti ini.

Memang betul kata orang-orang, Dreta itu adalah makhluk kejam, dingin, dan sama sekali tidak memiliki perasaan.

"Biarin saja seperti itu," titah Yazel dan tersenyum miring. Alisnya terangkat sebelah, sebelum tiba-tiba saja perutnya berbunyi, pertanda jika ia sudah lapar sekarang.

Tentu saja ia menjadi lapar, dan itu karena ia melihat darah yang terus mengucur keluar dari tubuh Ariya semakin banyak. Yazel seketika langsung terangsang untuk menghisap semua cairan kental berwarna biru itu.

Tanpa berpikir panjang lagi, Yazel langsung melompat ke atas meja, membuat Ariya seketika panik. Tapi, perempuan itu tidak bisa melakukan apapun, karena ia tidak mau luka di seluruh tubuhnya semakin parah.

Tampak banyak sekali bagian tubuh Ariya yang lecet-lecet, bahkan sampai ada serpihan piring yang menancap di betisnya, pahanya, perutnya dan di area tangannya. Yazel tidak bisa membayangkan rasa ngilu yang dialami oleh gadis tersebut.

Yazel kemudian jongkok, memandangi wajah Ariya yang terlihat sangat kacau. Dari kepala hingga kaki gadis itu terdapat makanan yang berserakan. Tanpa berperasaan, ia mendekatkan dirinya ke arah Ariya, membuat gadis itu tidak sadar melotot.

Yazel menahan beban tubuhnya dengan menggunakan kedua tangannya dan langsung saja menghisap darah yang keluar dari seluruh tubuh milik Ariya. Ia meminumnya dengan rakus, merasakan sensasi manis yang menyegarkan.

Ia bersumpah jika ia tidak pernah meminum darah yang seenak ini. Cairan biru tersebut sungguh nikmat dan Yazel yakin jika ia akan ketagihan lagi untuk seterusnya.

Yazel menelusuri lidahnya di luka yang tercipta di sekitar kulit perut milik Ariya. Ia menjilatinya, menghisapnya, dan malah menggigitnya dengan sengaja hingga membuka luka tersebut semakin menganga besar.

Akibat perbuatan dari Yazel, Ariya hanya bisa merintih sakit dan menerima nasibnya. Ia merasa jika ajalnya sudah semakin dekat saja.

***

"Taruh saja badannya ke dalam bathub yang telah diisi penuh oleh alkohol. Kemudian, biarin dia berada di sana selama beberapa menit," jelas Yazel kepada dua maid yang sedang berdiri di depannya.

"Baik, Tuan," ujar kedua maid tersebut pertanda mengerti. Mereka menganggukkan kepalanya.

"Dan setelah beberapa menit direndam, jangan pakaikan dia pakaian apapun. Biarin saja dia memakai pakaian dalam. Ingat, perempuan itu nanti sudah harus diletakkan di dalam kamarku karena aku ingin menghukumnya lagi. Mengerti?" tandas Yazel pada akhirnya. Setelah melihat kedua maidnya mengangguk mengerti, ia langsung menggunakan kekuatan sihirnya, dan seketika menghilang.

Tanpa sadar, salah satu maid spontan menghela napas lega begitu tuannya telah pergi. Ia menoleh ke arah temannya, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah meja makan. Setelahnya, ia langsung meringis ngilu, membayangkan bagaimana rasa sakit yang dialami oleh Ariya.

Apalagi sekarang tuannya menyuruh mereka untuk merendam tubuh Ariya yang penuh luka itu di dalam bathub yang berisi alkohol, rasanya pasti sakit sekali.

"Sebenarnya aku merasa sangat kasihan kepada perempuan itu," ujar salah satu maid. Ia menatap ke arah darah yang terus bercucuran dari tubuh Ariya. Bahkan sekarang darah itu sudah membasahi lantai-lantai. Berbagai bentuk serpihan piring masih menusuk di kulitnya itu. "Kurasa tuan kita menyiksanya terlalu keras tadi."

Salah satu maid tersebut seketika mengangguk tanda setuju. "Iya. Seharusnya perempuan itu tidak boleh bertindak keras kepala lagi, apalagi menyerang tuan seperti itu."

Ya, mereka berdua memang melihat kejadian tadi karena mereka cuma berdiri di sudut dinding. Namun, mereka hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Bahkan sampai perempuan itu mengap-mengap kehabisan oksigen hingga pingsan, tidak ada seorang pun yang berani menolongnya.

***

Yazel berjalan, lalu berhenti tepat di depan sebuah ruangan. Dalam pandangan pertama, semua orang langsung tahu jika pintu tersebut terbuat dari emas sungguhan. Pintunya memang cuma berwarna putih, namun corak-corak emas kecil yang menghiasinya itu membuat segalanya terlihat mewah.

Ia membuka pintu tersebut, dan tampaklah ruangan kerjanya yang tertata rapi. Ada lemari buku yang dipenuhi dengan buku-buku dan berbagai benda pajangan lainnya, lalu terdapat beberapa jendela yang dibuka untuk menghangatkan suasana. Keramik lantainya juga memiliki pola-pola hitam yang berbeda. Ada meja khusus bekerja, serta dua sofa yang diletakkan dekat jendela.

Ia langsung saja melangkah masuk dan menutup pintunya, lalu berjalan ke arah sofa. Yazel melemparkan tubuhnya ke atas benda empuk itu, kemudian memejamkan matanya sejenak.

Yazel bukannya tidak tahu jika kedua maidnya itu sedang menggosip tentang dirinya, tapi ia hanya sedang tidak ingin marah-marah kepada mereka. Rasanya capek saja. Apalagi ia sedang tidak memiliki mood yang bagus sekarang.

Setelah sepuluh menit menenangkan dirinya, Yazel kemudian berdiri. Ia lalu berjalan menuju ke satu foto yang dibingkai mewah dan dipajang di dinding. Yazel memandangi foto keluarganya itu dengan lama, sebelum akhirnya ia mengambil bingkai foto itu.

Yazel meletakkan bingkai foto itu di atas meja, lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah tombol yang tadinya tidak tampak karena disembunyikan di belakang foto.

Ia menekan tombol tersebut selama beberapa detik, lalu tiba-tiba saja lemari buku yang berada di dekatnya terbuka lebar, menampilkan sebuah tangga untuk ke bawah.

Yazel langsung berjalan ke arah tangga itu dan turun ke bawah, sebelum tiba-tiba saja pintu lemarinya yang berada di depan tertutup sendiri.

Tangga yang dipijak oleh Yazel itu sudah dipenuhi dengan lumut-lumut karena jarang di bersihkan. Cahaya dari lampu-lampu redup yang sudah lama tidak diganti itu menemani perjalanan Yazel hingga pria itu sampai di sebuah tempat yang berada di bawah tanah. Tempat rahasia yang sudah ada sejak seribu tahun yang lalu.

Dari tempat inilah, kegilaan Yazel untuk menyiksa makhluk hidup yang lain dimulai.

Yazel mengalihkan pandangannya ke sekeliling, memandangi seluruh botol-botol koleksinya yang dipajang di setiap rak.

Eits, itu semua bukanlah sembarang botol. Di dalam setiap botol kaca itu disimpan barang-barang unik yang berbeda. Setiap rak-rak itu juga diukir dengan berbagai tulisan, yaitu nama-nama dari hasil perburuannya selama ini.

Ada Rachel, Gritte, Edgar, Sebastian, Berliana, dan masih banyak lagi.

Yazel kemudian berjalan ke arah salah satu rak yang bertulisan Ariya dan mengambil sebuah botol kosong yang baru dari dalam saku celananya.

Ia memejamkan matanya, lalu menggigit bibir bawahnya sendiri hingga terluka. Yazel mengumpulkan darahnya di dalam mulut hingga penuh, sebelum ia membuka tutup botol itu dan membuang cairan berwarna biru itu ke dalam sana.

Setelah diisi penuh, Yazel menutup botolnya. Ia mengangkat sebelah tangannya, membuat sebuah tulisan terukir sendiri di atas penutup botol itu.

'Darah manis.'

Setelah dirasa selesai, Yazel meletakkan botol yang sudah penuh itu disebelah botol lainnya yang telah ia koleksi dari tubuh Ariya.

Total botol di rak yang bernama Ariya itu sekarang ada tiga. Yang pertama ditulis dengan 'sayap berubah warna', dan yang kedua adalah 'kekuatan yang masih belum diketahui'.

Di dalam botol pertama yang bertulisan sayap itu, terdapat sebuah sayap kecil yang lebih mirip ke mainan anak-anak terkurung di dalam botol sana. Kedua sayap itu mengepak-ngepak di dalamnya, seolah-olah ingin keluar dari botol tersebut dan kembali ke pemiliknya.

Sementara botol satunya lagi yang bertulisan kekuatan itu, terdapat sebuah cahaya kecil yang warnanya terus berubah.

Kekuatan itu tidak pernah dilihat oleh Yazel sebelumnya. Cahaya tersebut bisa berubah bentuk juga, seperti dari bola es yang berwarna biru menjadi tanah yang berwarna coklat. Dan masih banyak lagi.

Setahu Yazel, setiap bentuk-bentuk itu menunjukkan kekuatan apa saja yang dimiliki oleh pemiliknya. Jika cahayanya menunjukkan sebuah bentuk bola es berwarna biru, maka pemiliknya itu memiliki kekuatan dalam komponen es. Dan, begitu juga dengan bentuk-bentuk yang lain.

Tapi, untuk Ariya ini, Yazel dapat merasakan jika perempuan tersebut memiliki hal yang unik jika dibandingkan dengan peri-peri yang selama ini ia tangkap. Dari semua benda koleksinya, semua cahaya itu hanya memiliki kemampuan untuk menunjukkan satu elemen, bukan berbagai macam elemen seperti Ariya.

Dan, sudah pasti Yazel akan mencari tahu akan hal itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!