Episode 6

"I'm trying not to be afraid."

\~\~\~\~\~\~

Setelah merasa cukup lama berciuman, Yazel mengangkat wajahnya. Ia memandangi Ariya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tampak perempuan itu sedang menghirup udara sebanyak-banyaknya, seakan-akan sedari tadi Ariya tidak menghirup oksigen saat sedang berciuman.

Atau, apa mungkin benar?

Yazel kemudian bergerak untuk duduk di atas kasur, membiarkan Ariya yang tergeletak di atas kasur. Setelah melihat Yazel sedikit menjauh, Ariya spontan mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya yang masih memakai pakaian hitam. Ia harus sedikit berjaga-jaga. Ariya masih berusaha menyesuaikan napasnya yang terputus-putus.

"Tenang saja, aku tidak akan menerkammu," ujar Yazel dan memutar kedua bola matanya.

Ariya menggeleng tidak setuju dan lantas bergerak mundur hingga ke tepi ranjang. Entah kenapa, perkataan Yazel malah semakin membuat dirinya takut. Bagaimana tidak? Pria itu baru saja menciuminya dengan brutal tadi. "Untuk berjaga-jaga saja."

Yazel menyipitkan matanya.

"Dan, jangan membuka selimutku!" pekik Ariya panik saat ia melihat pria itu mengangkat satu tangannya. Ariya spontan mencengkram erat selimutnya. Ia bisa merasakan jika pria itu ingin mengeluarkan sihirnya lagi. Hmm, sihir? Ariya sebenarnya belum tahu jelas kekuatan milik Yazel, namun sepertinya itu memang adalah sihir.

Yazel hanya tersenyum smirk. Ia menghentikan tangannya. "Tapi itu selimutku, Nona."

Setelah perkataan Yazel, entah kenapa Ariya baru mencium ada aroma maskulin yang sedikit menguar dari selimut itu. Bukan hanya itu, seluruh ruangan ini beraroma maskulin, dan ia baru saja menyadarinya sekarang. "Aku berada di kamarmu?!" pekiknya histeris, lalu segera membuang selimut itu ke lantai.

Ariya bangkit berdiri, kemudian meraba-raba tubuhnya sendiri untuk sekedar mengecek. Melihat itu hanya membuat Yazel kembali memutar bola matanya.

"Aku tadi sudah mengatakannya padamu jika kamar ini adalah kamarku," tukas Yazel santai dan melipat kedua kakinya ke atas ranjang. "Dan kau baru menyadarinya sekarang."

Ariya melotot, lalu menatap tajam ke arah Yazel yang tengah menatapnya dengan tatapan polos. Ariya kemudian menghela napas, pikirannya sedang berkecambuk sekarang.

"Kenapa kau membawaku ke kamarmu?" tanya Ariya. Jantungnya tiba-tiba saja berdegup cepat saat ia terpikir sesuatu.

"Kau mau memperkosaku? Seperti yang dikatakan oleh orang-orang tentang kaum kalian?"

Yazel melipat kedua tangannya. Alisnya terangkat sebelah. "Terserah kau. Kalau kau ingin aku melakukannya, aku dengan senang hati akan melakukannya."

"Tentu tidak!" seru Ariya dan langsung bergidik ngeri. Ariya sontak bergerak mundur ketika ia melihat Yazel bangkit dari ranjangnya. Otaknya berbunyi, mengantarkan sinyal berbahaya ke seluruh tubuhnya.

Yazel berjalan ke arahnya, membuat Ariya semakin menghimpit ke belakang, sebelum tubuhnya menabrak dinding. Pria itu menghentikan langkahnya ketika jarak mereka tersisa sejengkal. Ariya dapat merasakan hembusan napas dari pria tersebut, membuatnya gugup di tempat.

Ariya tidak tahu perasaan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Tapi, mungkin saja kegugupan itu terjadi karena ia sudah tahu jika di depannya ini adalah makhluk dari kaum Dreta, atau mungkin karena di depannya adalah seorang pria tampan?

Cukup sudah, Ariya merasa jantungnya telah bekerja dengan keras belakangan ini. Suara degupan jantungnya yang memompa dengan cepat bahkan terdengar dengan jelas sekarang.

"Kau ingin makan atau tidak?" tanya Yazel sembari menatap ke arah Ariya secara terang-terangan. Ia sedikit menjauh, memberi ruang untuk Ariya bernapas.

"Makan?" Ariya mengerjap, melongo dengan pertanyaan pria tersebut. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang menjijikan.

Dreta adalah makhluk pemakan daging dan meminum darah, tidak seperti dirinya yang hanya memakan buah-buahan dan meminum air putih. Ariya seketika bergidik horor ketika menyadari sesuatu.

Apa pria ini sedang menawarinya daging? Oh, hell, Ariya sama sekali tidak pernah memakan makanan seperti itu. Bahkan melihatnya saja Ariya tidak sanggup.

"Kurasa tidak per--"

Ucapan Ariya terpotong kala pria itu melontarkan perkataannya. "Tenang saja, kita juga memakan buah-buahan. Daging bukanlah menu utama kami. Kaum dreta bisa memakan semuanya."

Yazel kemudian berjalan menjauh, menuju ke arah pintu kamar, meninggalkan Ariya yang masih mematung di tempat. Sebuah tanda tanya yang cukup besar tercipta di dalam kepalanya.

Sudah beberapa kali pertanyaan di dalam otaknya itu dijawab oleh Yazel, dan itu membuat Ariya segera menyimpulkan sesuatu.

Apa pria itu bisa membaca pikiran? batin Ariya dalam hati.

Yazel seketika berbalik, lalu tatapannya langsung menghunus ke arah Ariya, membuat perempuan itu semakin menegang.

"Mungkin kau bisa menyebutnya seperti itu juga," balas pria itu dengan tenang. "Dan, akan kuberi kau waktu dua puluh menit untuk membersihkan diri. Kamar mandi ada di sebelah sana, dan pakaianmu sudah kusiapkan di dalam lemari."

Ariya terkejut mendengar perkataan dari Yazel yang seolah-olah menjawab pertanyaan yang berada di dalam otaknya.

Pandangannya kemudian mengikuti tempat yang ditunjuk oleh pria itu. Sesuai dengan perkataannya, Ariya sudah dapat melihat ada kamar mandi dan sebuah lemari yang terletak tak jauh darinya. Ariya kembali mengerjap.

Apa mungkin ia bisa kabur melalui kamar mandi? Mungkin saja di dalam sana ada jendela yang cukup besar untuk dilewatinya.

"Akan kutunggu kau di atas. Jangan mencoba-coba untuk kabur atau aku akan membuatmu menjadi santapan malamku hari ini. Kau seharusnya sudah bersyukur karena aku sudah membiarkanmu hidup selama sehari," ujar Yazel lagi, membuat Ariya langsung membuyarkan seluruh rencananya.

Ia menoleh ke arah tempat pria itu, namun ia tidak bisa menemukan siapapun lagi di dalam sana. Sepertinya pria itu baru saja berteleportasi.

***

Baiklah, tidak ada yang perlu Ariya takutkan. Ia hanya perlu keluar dari kamar ini dan berjalan ke atas, bukan? Seperti yang dikatakan oleh Yazel tadi.

Ariya menatap pantulannya di depan cermin. Ia baru saja selesai mandi. Jujur saja, sekujur tubuh Ariya sangat sakit ketika kulitnya yang penuh luka itu menyentuh air dingin yang mengalir tadi. Tapi, rasa sakit itu juga tidak bisa menghentikan keinginan Ariya untuk mandi karena ia juga merasa sedikit mual ketika mencium bau badannya sendiri.

Yazel...

Nama itu kembali melintasi pikirannya. Jujur saja, Ariya masih saja tidak percaya jika dirinya sekarang sedang terjebak di dalam kediaman seorang Dreta. Satu-satunya makhluk yang selalu berhasil membuat jantungnya berdegup dengan cepat. Ariya merasa jika dirinya mungkin saja bisa terkena serangan jantung dalam waktu dekat ini.

Dari pantulan cermin, Ariya dapat melihat dengan jelas jika dirinya sedang memakai gaun berwarna merah muda yang tidak berlengan dan panjangnya berada di atas lutut. Di bagian bawahnya terdapat renda-renda putih yang menghiasi.

Ariya menghela napas, lalu memutar tubuhnya, membuat bawahan gaun itu sedikit mengembang karena terhembus angin. Ini masih terlalu seksi.

Ariya menggeleng, lalu mengetuk jarinya di dagu, berusaha untuk berpikir. Ia kemudian membuka lemari tua berwarna hitam yang disebutkan oleh Yazel tadi, kembali memilah-milah pakaian yang cocok.

Di detik selanjutnya, helaan napas kembali terdengar. Ariya menggerutu, tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Semua pakaian yang terisi di dalam sana adalah lingerie, dalaman, pakaian pendek tanpa berlengan, hingga sampai celana pendek.

Tidak ada yang tidak seksi di dalam sini.

Ariya memutuskan untuk kembali bercemin, meratapi dirinya yang sedang memakai gaun yang sebenarnya cukup seksi, namun itu lebih baik daripada ia memakai pakaian yang berada di dalam lemari tersebut. Yah, satu-satunya pakaian paling tertutup yang dapat ia temukan hanyalah gaun ini.

Entah kenapa, Ariya juga merasa jika gaun ini melekat dengan pas di tubuhnya, seakan-akan gaun ini memang dibuat khusus untuknya.

Sebenarnya, Ariya mulai merasa sangat aneh dengan pria itu. Ya, pria yang ia tahu dengan nama Yazel itu. Banyak pertanyaan yang masih berkecambuk di batinnya sedari tadi.

Kenapa ia tidak dibunuh? Bukankah Dreta adalah pemakan peri? Mereka tidak akan pernah membiarkan peri seperti dirinya untuk lolos bukan? Dan, kenapa si Yazel itu malah menyuruhnya untuk berpakaian seperti ini? Apa ia akan dibuat sebagai santapan nantinya?

"Kau terlalu banyak berpikir, Ariya." Sebuah suara bariton tiba-tiba saja terdengar, membuat Ariya tersentak kaget atas lamunannya sendiri. Ia menoleh ke sekitar, namun ia tidak melihat adanya kehadiran pria itu. Seketika, Ariya mengerjap takut.

Apa tadi itu hanyalah halusinasinya?

"Kau tidak sedang berhalusinasi Ariya. Sekarang cepat keluar dari kamarku dan pergilah ke ruang makan yang terletak di lantai atas. Aku tidak menerima penolakan apapun darimu." Suara bariton itu kembali terdengar, seperti orang yang sedang tidak sabaran. "Aku tidak akan menyantapmu selagi kau menjadi anak yang baik untukku."

Ariya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa penglihatannya tidak salah. Tidak ada siapapun yang berada di dalam ruangan ini, tetapi kenapa Ariya merasa ada seseorang yang mengawasinya dan terus berbicara kepadanya? Apa ini merupakan kekuatan lain dari seorang Dreta lagi?

Astaga, sebenarnya ada berapa kekuatan yang dimiliki oleh kaum mereka? Pantas saja mereka merupakan makhluk terkuat di dunia ini.

"Baik, baik. Aku akan segera ke atas," ucap Ariya entah kepada siapa, namun ia yakin pemilik suara itu sedang mendengarnya.

"Ya, memang seharusnya begitu. Atau, aku tidak akan mengembalikan sayapmu lagi padamu," ancam suara itu. Ariya seketika mengerutkan dahinya, seakan-akan teringat akan sesuatu.

"Kau mengambil sayapku?" ujar Ariya membeo, merasa tidak percaya.

Bagaimana bisa lelaki itu mengambil sayapnya yang jelas-jelas sudah tertanam di dalam tubuhnya sejak lahir? Pantas saja ia tidak bisa mengeluarkan sayapnya tadi.

Makhluk sialan itu, rutuknya dalam hati. Kalau saja Ariya memiliki kesempatan untuk menghancurkan wajah milik pria itu, ia pasti akan melakukannya dengan senang hati.

"Hati-hati dengan ucapanmu, Nona. Ucapanmu adalah harimaumu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!