Episode 18

"Do I like her?"

\~\~\~\~\~\~

Yazel berjalan ke arah pria tersebut, lalu tersenyum datar. Ia bisa merasakan jika Ariya sedang terpaku pada tempatnya.

Aish, perempuan itu.

"Ke kantorku saja," kata Yazel yang membuat pria tersebut langsung mengangkat alisnya.

"Ke kantormu? Jadi bagaimana dengan gadis cantik ini?"

Pria dengan mata yang berwarna hitam pekat seperti Yazel itu menoleh ke arah Ariya, sebelum ia tiba- tiba tersenyum manis. Ariya yang melihat itu semakin merasakan jantungnya berdegup dengan cepat.

Yazel yang melihat hal tersebut mendadak merasa kesal. Ia langsung menepuk bahu pria tersebut dengan kuat hingga membuatnya sedikit terkejut pada tempatnya.

"Hentikan," ujar Yazel dengan dingin, membuat pria tersebut seketika memajukan bibirnya dengan cemberut. Pria itu memutuskan kontak matanya dengan Ariya.

Beberapa detik kemudian, Ariya mengerjap. Ia sedikit terhuyung di tempatnya, sementara bola matanya bergulir dengan bingung.

Apa yang terjadi denganku? batin Ariya dan memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sedikit pusing. Mata hitamnya terus bergerak, sebelum menyadari ada sosok lain yang berada di dalam ruangan ini.

"Hentikan tatapanmu yang dapat membuat perempuan jatuh cinta itu," ujar Yazel dengan kesal dan menyenggol bahu pria yang berada di depannya.

Yang di senggol hanya terkekeh kecil. "Haha, maaf. Soalnya dia terlalu cantik, sih," balas pria tersebut dengan senyuman kecilnya. Berbeda dengan Yazel, ia hanya menatap kakaknya dengan tatapan datar.

"Ah, jangan menatapku seperti itu, Dik. Memang aku juga yang terlalu tampan, kok. Jadi aku minta maaf kalau aku telah menyakiti perasaanmu karena telah menggodanya."

Yazel langsung saja menggeram kesal. Sumpah, dirinya ingin sekali mencabut sihir menggoda milik kakaknya, namun tidak bisa.

Geez, sebenarnya ia cukup iri dengan kekuatan kakaknya yang mampu membuat seorang perempuan tunduk dalam sekali tatapan. Ya, memang para makhluk Dreta sepertinya diciptakan dengan kekuatan yang berbeda-beda pada setiap individu, dan hal itulah yang membuat mereka tidak seperti makhluk hidup pada umumnya.

Yazel melirik ke arah Ariya yang masih saja kebingungan, lalu berjalan ke arah perempuan tersebut. Ia mengangkat tubuhnya dengan satu tangan, membuat Ariya langsung memekik kaget.

"Apa yang kau lakukan! Turunkan aku! Sialan!" umpat Ariya dan memberontak. Ia yang tadinya sudah sedikit pusing merasa lebih pusing lagi karena pria itu membopongnya layaknya sebuah karung beras. Kepalanya menghadap ke arah bawah, membuat semua hal yang dilihatnya menjadi terbalik.

"Diam!"

Seolah-olah menutup pendengarannya, Yazel berteleportasi. Hanya sepersekian detik, sebelum tiba-tiba saja mereka berdua sudah tiba di sebuah kamar.

Yazel melempar tubuh Ariya ke arah kasur dengan tidak senang, membuat gadis tersebut langsung mengaduh dan menatap tajam ke arah Yazel.

"Apa masalahmu, sih!" ucap Ariya dengan marah. Untung saja pria itu tidak melempar tubuhnya ke lantai. Namun jika memang pria tersebut sekejam itu, Ariya yakin jika tulang-tulang tubuhnya pasti seketika remuk.

"Masalahku?" Yazel tertawa sinis. "Kau yang seharusnya bertanya pada dirimu sendiri, bodoh. Kenapa kau menggoda kakakku, hah!" bentak Yazel dengan keras, membuat Ariya sedikit terkaget pada tempatnya. Perempuan itu meneguk ludahnya dengan susah.

"Kakakmu?" tanya Ariya sedikit tidak mengerti. "Memangnya apa yang aku lakukan? Dan, siapa pula kakakmu? Pria tampan tadi?"

Pertanyaan Ariya yang beruntun itu membuat kepala Yazel seketika panas.

Entah kenapa, ia merasa hati terdalamnya terbakar karena Ariya. Jantungnya terasa ditusuk oleh beribu-ribu paku, membuatnya merasakan rasa menyesakkan yang tidak pernah ia alami.

Yazel mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan dirinya belakangan ini? Kenapa ia selalu mengalami hal menyesakkan seperti ini saat berada di dekat Ariya?

Padahal Yazel sendiri jelas-jelas sudah tahu kenapa Ariya kebingungan dan langsung jatuh cinta pada kakaknya. Hal tersebut terjadi karena kakaknya memperoleh sejenis kekuatan yang disebut oleh kakaknya sebagai

'Tatapan untuk menarik perhatian para betina.'

Well, setiap perempuan yang dibuat jatuh cinta oleh kakaknya pasti tidak akan sadarkan diri sampai kakaknya sendiri yang mencabut sihirnya. Seperti contohnya, Ariya tadi. Perempuan itu tidak sadar jika dirinya telah mengucapkan kata-kata semacam itu kepada kakaknya.

Yap, ia pasti akan membunuh kakaknya sebentar lagi.

Yazel mengepalkan tangannya hingga menampakkan urat-urat birunya. Ia merasa sangat kesal sekarang. Kepalanya panas, seakan-akan mengeluarkan asap yang sangat tidak baik.

"Kau jangan kemana-mana dan tetap berada disini!" titah Yazel dan mendadak menghilang dari kamar itu, membuat Ariya hanya mengerjapkan kedua matanya dengan bingung.

***

Yazel masuk ke dalam kantornya, dan di sana, ia dapat menemukan sosok tidak asing yang sedang duduk di atas sofa nyamannya. Ia melemparkan tatapan datarnya ketika pria tersebut menoleh dan tersenyum ke arahnya.

Tanpa bisa menahan rasa kesalnya, Yazel langsung berjalan dengan cepat ke arah kakaknya.

"Apa masalahmu denganku, hah!"

Yazel mengeluarkan bentakannya dan tanpa sadar meraih kerah pakaian milik kakaknya. Sementara itu, pria yang bernama Phillip tersebut hanya terkekeh geli.

"Jangan marah begitu, Dik. Duduk dulu. Kita sudah lama tidak bertemu."

Phillip memegangi tangan Yazel yang sedang meraih kerahnya, lalu melepaskan kedua tangan itu dengan mudah.

"Persetanan. Lebih baik jika aku tidak bertemu denganmu selama-lamanya," dengus Yazel dan memberikan tatapan tidak sukanya ke arah Phillip.

"Ok, ok. Aku tidak tahu ternyata adikku bisa berubah menjadi seperti ini hanya karena seorang perempuan," tukas Phillip dan mengeluarkan tatapan 'woah'nya.

God, Yazel menekan hasratnya yang sebenarnya ingin memberikan bogeman kepada Phillip dengan dalam-dalam. Ia memicingkan matanya, sebelum membalikkan badannya.

Yazel menjatuhkan dirinya di atas sofa yang berada di depan Phillip, lalu mendengus. "Jangan bercanda, kak. Aku tidak mungkin seperti ini hanya karena seorang perempuan," ujar Yazel dengan sinis.

"Oh, benarkah? Aku tidak yakin dengan hal tersebut."

Di detik selanjutnya, seolah-olah dihantam oleh batu yang besar, Yazel kembali memikirkan kalimat Phillip.

Tunggu dulu, dirinya berubah hanya karena seorang perempuan?

Yazel seketika menegakkan tubuhnya. Dahinya berkerut, sementara otaknya memutar dengan cepat.

Iya yah, belakangan ini Yazel merasa jika dirinya selalu merasakan perasaan aneh ketika berada di dekat Ariya. Perasaan yang tidak bisa ia deskripsikan melalui kata-kata.

"Kau suka padanya, Yazel," ujar Phillip mengeluarkan pendapatnya. Yazel mengarahkan pandangannya ke arah pria tersebut, kemudian mencebik.

"Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu, Kak. Aku tidak pernah mencintai perempuan mana pun," dengus Yazel dan menyugar rambutnya dengan kelima jari.

"Aku bisa melihatnya dengan jelas, Yazel. Jangan remehkan inderaku ini," balas Phillip dan terkekeh.

"Tidak, aku tidak percaya," elak Yazel yang masih saja bersikukuh.

"Oh, kalau begitu, apa kau bisa menejelaskan kenapa dirimu sangat marah ketika aku menggodanya?"

Pertanyaan Phillip membuat Yazel tanpa sadar kembali memutar otaknya. Ia berpikir dengan keras. Memikirkan saat Ariya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Phillip membuat otaknya kembali merasa panas.

Jesus Christ, bahkan sekarang ia tidak tahu kenapa dirinya bisa merasakan rasa tidak suka itu.

"Aku tidak tahu. Jangan bertanya padaku," ketus Yazel dan menghela napas kesal.

"So cute. Ternyata adikku sudah dewasa sekarang." Phillip tersenyum, memamerkan deretan giginya yang putih itu. "Bisa merasakan rasa cemburu dan rasa kehilangan pada seseorang adalah hal yang paling susah dikontrol, kid."

Perkataan Phillip membuat Yazel sedikit kebingungan.

Phillip beranjak dari sofa, kemudian mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Yazel yang entah kenapa menegang di tempatnya. "Selamat atas perasaan pertamamu itu."

"Perasaan apaan?" Yazel ikut berdiri, kemudian memandangi Phillip dengan tatapan yang aneh.

"Tidak usah berpura-pura lagi, Yazel. Atau aku akan membuat perempuan tersebut jatuh cinta padaku lagi," goda Phillip dan menjulurkan lidahnya.

Perkataan Phillip membuat Yazel langsung merasakan emosi. Hatinya tergoyang, sebelum tatapannya berubah menjadi tatapan amarah.

"APA KAU BILANG!" jerit Yazel dan menggeram emosi.

Phillip seketika tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Eh, lupakan saja soal perkataanku tadi. Bye-bye."

Phillip lekas beranjak keluar dari kantor Yazel, menghindari adiknya yang bisa saja akan membunuhnya nanti. Dalam hati, ia tersenyum, kemudian mengeleng-gelengkan kepalanya dengan heran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!