Episode 12

"Don't be evasive, Ariya."

\~\~\~\~\~\~

Langit yang tadinya terang sudah berubah menjadi gelap, menandakan bahwa hari sudah malam. Ariya termangu, menatap ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Setelah tadi ia makan pada jam lima, ia tidak memiliki kegiatan apapun lagi selain berbaring di atas ranjang dan meratapi nasibnya yang sepertinya cukup tidak beruntung.

Perutnya juga mulai keroncongan lagi, padahal baru beberapa jam yang lalu Ariya melahap makanan yang diberikan oleh Yazel. Masuk akal sih jika Ariya lapar kembali dengan cepat, mengingat ia sudah tidak makan selama dua hari berturut-turut ketika berada di dalam kediaman ini.

Secuil dari hatinya berharap jika ada seseorang yang bisa membawanya keluar dari sini. Mungkin saja Blake sedang kebetulan sedang terbang di atas langit, lalu tanpa sengaja melihat dirinya yang berada di dekat jendela.

Namun, setelah Ariya pikir kembali, tidak mungkin jika pria itu akan terbang di langit yang sudah gelap ini. Semua peri dari dulu telah memiliki peraturan yang melarang peri untuk keluar di atas jam enam, karena disitulah kebanyakan Dreta berkeliaran.

Yah, seperti yang Ariya alami kemarin malam itu. Nasib yang sungguh buruk, bukan?

Ariya mengalihkan pandangannya dari jendela, lalu menatap ke arah jam dinding yang berada di dekatnya. Pukul delapan malam, di mana artinya ia sudah menghabis waktu selama dua jam hanya untuk memandang ke arah luar jendela.

Ariya memangku tangannya, lalu memejamkan matanya dengan suntuk. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak bisa melarikan diri karena jendela kamar ini tidak bisa dibuka.

Apa Ariya harus memecahkan kacanya dan pergi keluar? Oh, itu adalah ide yang buruk, mengingat ukuran jendela tersebut terlampau kecil untuk ukuran tubuhnya.

"Selamat makan."

Suara bariton tiba-tiba terdengar, membuat Ariya langsung membuka matanya lebar-lebar. Ia menatap ke sekeliling, sebelum akhirnya Ariya mendapati seorang pria yang sedang duduk di atas kursi. Ada sebuah nampan yang berisi makanan diletakkan di atas meja.

Dan, uh?

Ariya langsung menutup hidungnya begitu ia mencium aroma seperti seafood. Gelas yang berisi cairan berwarna ungu juga terdapat di atas meja, membuat Ariya sontak mengalihkan pandangannya daripada ia melihat cairan menjijikan itu lagi.

Shit, bisakah dia jangan mengagetkanku terus? batin Ariya dengan dongkol. Setidaknya kalau muncul juga harus bilang, jangan berteleportasi seenak jidatnya saja.

"Oh, maaf kalau aku membuatku kaget," balas Yazel dan mulai melahap makanan yang berada di depannya. Seekor lobster besar itu tampak sangat mengunggah seleranya.

Ariya memutar kedua bola matanya malas. Jawaban Yazel terdengar sangat mengesalkan baginya. Bisakah pria itu jangan terus membaca pikirannya juga?

"Ah, maaf. Soalnya apa yang kau pikirkan dari tadi terus menerus muncul di depanku dan menghalangi pandanganku. You know, aku cuma membaca semua kalimat yang tertera di otakmu itu. Jadi, kalau kau tidak ingin aku membacanya, kau harus berhenti memikirkan soal apapun," jawab Yazel seraya mengunyah lobsternya dengan lezat.

Ariya tanpa sadar langsung mengerucutkan bibirnya kesal.

Mata Ariya sedikit melirik ke arah Yazel, sebelum tiba-tiba ia berpikir sejenak begitu melihat Yazel sedang memakan makanan seafood yang menurutnya sangat mengerikan itu. Ada satu hal yang melintasi pikirannya.

Pria ini terus makan seharian ini.

"Aku sudah melihatmu makan beberapa kali hari ini." Ariya berujar dengan nada heran. Dahinya berkerut, sementara jarinya terlihat seperti sedang menghitung sesuatu. "Kau tadi barusan makan, bukan?"

Yazel mengangguk mengiyakan. Ia menelan semua daging lobster itu, lalu mengalihkan pandangannya kepada Ariya. "Jadi, para Dreta sepertiku itu memang membutuhkan banyak energi. Kekuatan kita terlampau banyak dan sangat menguras tenaga. Karena itulah, kita juga membutuhkan pasokan vitamin yang melimpah."

Mendengar penjelasan Yazel, Ariya tanpa sadar menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia yang tadinya sedikit kelaparan, seketika kenyang ketika melihat lobster yang ditelan oleh Yazel.

Oh, ternyata mereka mempunyai kelemahan juga. Berarti kaum jelek seperti mereka itu akan sangat mudah untuk kelaparan. Mungkin Ariya bisa membuat Yazel mati kelaparan agar dirinya bisa memiliki kesempatan untuk kabur.

Ok, ok.

"Hei, jangan anggap itu sebagai kelemahan kita," protes Yazel yang kembali membaca pikiran Ariya.

Perempuan tersebut sontak membuyarkan lamunannya, lalu menggerutu. Mungkin lain kali ia harus berhati-hati saat sedang memikirkan sesuatu. Kalau Ariya harus kabur, ia harus selalu mengosongkan pikirannya agar tidak dapat dibaca oleh pria itu.

"Dan, jangan mencoba untuk kabur juga Ariya. Kediamanku ini dijaga ketat oleh beratus-ratus penjaga. Mereka semua juga mengenakan pengaman dan senjata. Jadi jangan macam-macam di dalam kediamanku, atau aku akan menghukummu kembali."

Ucapan Yazel yang panjang lebar itu membuat Ariya mengedipkan matanya. Ia tanpa sadar langsung berdiri dan berjalan ke arah jendela. Matanya melirik ke arah bawah jendela, dan betul seperti apa kata Yazel tadi.

Beberapa penjaga tampak sedang berdiri di sekitar pagar istana ini. Mereka semua memiliki peralatan yang lengkap di seluruh bagian tubuh mereka.

And, yah, melihat itu hanya membuat mood Ariya semakin jatuh saja. Itu artinya kesempatannya untuk kabur semakin menipis.

Kenapa Ariya tidak sadar kalau kabur dari seorang Dreta tidak semudah itu, yah? Dan, kenapa juga Ariya sedari tadi tidak tahu jika ada penjaga yang berada di sekitar gerbang itu padahal ia sudah melamun menatap ke arah luar jendela selama dua jam.

"Yah, memang tidak semua hal itu mudah Ariya."

Suara bariton milik Yazel terdengar, membuat Ariya spontan menghela napas lelah. Ingin rasanya ia mencabut seluruh kekuatan milik pria itu agar Yazel tidak bisa membaca pikirannya secara sembarangan lagi.

"Oh, kau tidak mungkin bisa melakukan hal itu, nona."

Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkar di sekitar perut rata milik Ariya. Perempuan itu seketika melotot, lalu membalikkan badannya. Pandangan Ariya langsung bertemu dengan badan Yazel yang kokoh. Ia kemudian menaikkan pandangannya pada wajah pria tersebut.

Hah? Pria ini sudah selesai makan? Tapi sejak kapan? 

"Jadi, mari kita tidur sekarang. Jangan berpikir untuk kabur ataupun membunuhku, sayang. Itu akan menjadi hal yang sia-sia saja."

Napas milik Yazel menyapa hidung Ariya, membuat gadis tersebut dapat mencium aroma seafood bercampur dengan cairan menjijikkan yang paling dibencinya itu. Mata hitam milik Ariya melirik ke arah meja, dan disana ia dapat menemukan gelas serta piring yang sudah kosong.

Ariya menghitung waktu, sebelum dirinya langsung menyadari jika pria ini bahkan tidak membutuhkan waktu lebih dari dua menit untuk menghabiskan makanannya!

"Yuk, tidur."

Ariya memekik kaget ketika Yazel mengangkat tubuhnya hanya dengan satu tangan, sebelum saja ia merasa dirinya melayang dan mendarat dengan sempurna di atas kasur. Tubuhnya langsung membentur tempat yang empuk itu.

"Sialan, kenapa kau terus melempariku!" gerutu Ariya dan segera bangkit dari tempat tidur. Ia menatap marah ke arah Yazel yang sedang terkekeh rendah. "Dan, siapa juga yang mau tidur denganmu!"

Ariya hendak melangkah menjauh, namun tiba-tiba saja pergerakkannya dicegat oleh sesuatu yang tak kasat mata. Ia menjerit panik ketika tubuhnya bergerak sendiri dan berbaring di atas kasur secara otomatis.

Ariya sontak memandangi Yazel dengan tatapan marah. Ia bisa melihat dengan jelas jika pria itu sedang mengangkat jari telunjuknya. Hanya satu jari, namun sihir yang mencegat tubuhnya ini sungguh luar biasa!

"Bisakah kau berhenti melakukan hal itu?" seru Ariya dengan jengkel.

"Ups, sayangnya tidak bisa, girl. Aku juga tidak pernah meminta persetujuanmu untuk tidur denganku atau tidak. Pokoknya kau hanya perlu mematuhi perintahku saja. Lagipula, kau juga sudah pernah tidur denganku satu kali."

Pipi Ariya entah kenapa langsung bersemu merah ketika mendengar ucapan Yazel. Pria itu mengatakan kalimat tersebut dengan mudahnya!

Yazel melangkah ke arah kasur, meraih selimut, lalu berbaring dan membawa tubuh Ariya ke dalam pelukannya. Ia kemudian menyelimuti badan mereka berdua.

Pipi Ariya seketika semakin memanas. Ia tidak pernah tidur dengan lelaki manapun. Yazel adalah lelaki pertama yang pernah tidur dengannya!

"Oh, aku tersanjung kalau aku adalah pria yang pertama kali tidur denganmu," ucap Yazel dan sedikit menyeringai.

"Diamlah."

Ariya yang melihat seringaian Yazel hendak bangkit dari kasur kembali, namun sihir laknat itu kembali mencegatnya.

"Tidurlah, jangan melawan terus," seru Yazel dengan tajam.

Tangan Yazel kemudian melingkar di perut Ariya, sementara perempuan itu hanya bisa menahan napasnya dengan gugup. Ia akhirnya pasrah. Semua usahanya untuk keluar dari sihir Yazel selalu gagal.

***

"Dimana kau Ariya?"

Suara bariton milik seorang pria terdengar. Dahinya tampak mengucurkan keringat, sementara kedua matanya itu terus mencari-cari ke sekitar. Ia sangat berharap jika dirinya bisa menemukan keberadaan Ariya secepatnya.

"Sialan, Ariya! Kenapa kau selalu membuatku panik begini," jerit Blake dengan kesal. Air matanya hampir tumpah ketika pikirannya mulai membayangkan hal-hal yang buruk. Mungkin saja Ariya sudah diculik atau dibunuh.

Semenjak malam itu, Blake tidak bisa menemukan kehadiran Ariya lagi di dalam kotanya. Hal tersebut membuatnya panik setengah mati dan tanpa berpikir panjang langsung pergi mencari keberadaan Ariya.

Seharusnya Blake tidak meninggalkan Ariya sendirian pada malam itu agar kejadian mengerikan seperti ini tidak terjadi.

Namun, penyesalan selalu datang belakangan bukan?

Blake sempat menanyai orang-orang mengenai keberadaan Ariya, namun apa yang ia dapatkan hanyalah sikap yang tidak peduli.

Yah, kenapa? Karena semua orang di negara peri ini sangat membenci Ariya. Blake benar-benar tidak habis pikir kenapa orang-orang seperti itu sangat kejam terhadap Ariya hanya karena perempuan itu berbeda dari yang lain.

Blake menyapu keringatnya yang terus mengucur itu. Sudah seharian ini ia mencari Ariya, namun hasilnya tetap nihil. Ariya seakan-akan telah ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak apapun.

Blake lelah. Ia sudah tidak mengisi perutnya sejak kemarin malam. Ia menjatuhkan dirinya di atas tanah, lalu memejamkan matanya sejenak. Cahaya bulan yang temaram itu menyinari tempatnya.

"Hmm, lihat siapa yang aku temukan di dalam pedalaman hutan ini."

Suara itu membuat Blake otomatis membuka matanya. Ia lalu menatap ke arah sekitarnya, sementara otaknya langsung berbunyi pertanda bahaya. Namun, Blake tidak bisa melihat apapun di dalam kegelapan. Semua yang berada di sekitarnya hanyalah batang pohon dengan dedaunan yang lebat.

"Siapa itu?"

Blake mulai mengeluarkan pedangnya dari belakang. Setahunya, tidak mungkin ada peri yang masih berkeliaran di malam hari. Jadi, sudah dapat dipastikan jika itu adalah makhluk lain yang berbahaya.

"Tenang, boy."

Suara itu semakin mendekat, sementara Blake masih belum bisa menangkap sinyal apapun. Ia hanya bisa berputar-putar di tempatnya seraya mengacungkan pedangnya ke arah depan.

"Aku tahu apa yang sedang kau cari."

Blake mendadak berhenti berputar ketika matanya menangkap sesuatu yang bergerak di balik sebuah batang pohon. Ia dapat melihat ada sosok makhluk yang sedang berdiri di belakang sana.

"Siapa kau?"

"Kau sudah tahu siapa aku, Blake."

Suara itu berujar dengan tenang, membuat Blake mengerutkan dahi. Ia tidak pernah mendengar suara itu sebelumnya.

"Aku dari kaum Dreta, Blake."

And, shit! Blake seketika merutuk dalam hati begitu sosok tersebut menjelaskan dirinya. Pikiran Blake langsung tertuju pada satu hal.

Ariya sedang berada dalam bahaya. Satu nama lelaki langsung meluncur indah di dalam pikirannya, membuat Blake seketika menggeram.

"Sialan! Si ******** itu yang menculik Ariya selama ini?!" seru Blake dengan marah. Ia berdiri tegak, sementara kedua matanya mulai memancarkan sinar merah.

Sosok tersebut terkekeh kecil, seolah menertawai reaksi Blake yang tampak lucu baginya. "Ya. Dan kau sudah terlambat untuk menyadarinya, Blake."

Terpopuler

Comments

Umi Yan

Umi Yan

Semangat menulis untuk karyanya yang luar biasa kak, sukses selalu😊💪🙏

2020-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!