Episode 9

"What did this girl do to me?"

\~\~\~\~\~\~

Yazel berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia dapat melihat jika kedua maidnya itu sedang sibuk membersihkan Ariya dan meletakkan gadis tersebut di tempat tidurnya.

Yazel melangkah ke arah lemarinya, lalu mengambi sebuahl kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam. Ia kemudian pergi ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya yang sudah kotor tersebut.

Ya, mengingat setelah kejadian Ariya yang mengotori pakaiannya, Yazel masih belum sempat untuk membersihkan dirinya. Bahkan sekarang ia rasa seluruh tubuhnya sudah berbau salad yang tak sedap.

Yazel menghidupkan shower kamar mandinya, lalu membersihkan diri secepat mungkin.

Seiring dengan air yang mulai mengalir membasahi tubuhnya sendiri, otaknya kembali kepikiran soal Ariya. Yazel mengerutkan dahinya samar. Kejadian dimana ia melempar tubuh Ariya dengan mudahnya ke atas meja makan membuat dirinya sedikit bertanya-tanya di dalam hati. Apalagi tadi Yazel sempat menghisap darah Ariya dengan rakus tanpa mempedulikan perempuan tersebut yang terus-terusan meringis kesakitan akibat perbuatannya.

Apa tadi aku terlalu kasar padanya? batin Yazel di dalam hati.

Namun di detik selanjutnya, Yazel segera menggelengkan kepalanya dengan cepat begitu menyadari apa yang sedang dirinya pikirkan. Sejak kapan Yazel peduli dengan perempuan tersebut?

Selama ini, Yazel tidak pernah merasa kasihan kepada makhluk peri sedikit pun. Mereka hanyalah makhluk lemah yang akan menjadi santapan Dreta.

Yazel memukul kepalanya sendiri. Mungkin dirinya sudah mulai gila karena kelamaan hidup di dunia ini, dan kehadiran Ariya di dalam kediamannya hanya membuat kegilaannya semakin menjadi-jadi saja. Namun, hal tersebut malah membuat Yazel semakin tidak ingin melepaskan perempuan tersebut. Tidak akan pernah! Keunikan Ariya cukup menarik perhatian di dalam dirinya.

Setelah sepuluh menit berada di dalam kamar mandi, Yazel kemudian keluar dengan handuk yang digantung di sekitar lehernya. Ia berjalan sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Di tempat tidur, Yazel dapat melihat jika kedua maid tadi sudah tidak ada di kamarnya. Mungkin saja pekerjaan mereka yang disuruh Yazel sudah selesai.

Yazel menatap lurus ke arah kasurnya yang besar itu, lalu sepasang matanya langsung mendapati jika Ariya sedang tertidur pulas di dalam sana dengan selimut yang menyelimuti tubuh setengah telanjangnya.

Jujur saja, Yazel waktu itu bukan hanya merasa lapar, tetapi ia juga merasa nafsu jahat itu mendekati dirinya. Ya, memang sih itu hal yang tergolong biasa saja mengingat dia adalah seorang lelaki dewasa jika melihat seorang gadis yang sedang setengah telanjang.

Namun, entah kenapa, Yazel tidak berniat untuk mengotori gadis tersebut. Ia merasa dirinya tiba-tiba saja memiliki rasa kasihan yang selama ini ia tidak pernah merasakannya. Memang sih, Yazel tidak pernah juga berhubungan intim dengan perempuan manapun, tapi bersama dengan Ariya benar-benar membuat Yazel sedikit berbeda dan hanya membuat nafsunya benar-benar melonjak tinggi layaknya sedang menaiki sebuah roller coster.

Aneh.

Bisa saja suatu saat Yazel akan lepas kendali terhadap nafsunya dan malah memerkosa Ariya hingga pingsan. Tidak ada yang mustahil kan di dunia ini.

Yazel akhirnya memutuskan untuk mengangkat bahunya tidak peduli. Ia berjalan menuju ke arah kursi yang tersedia di kamarnya dan duduk di sana.

Yazel menjentikkan jari satu kali, dan tak perlu memerlukan waktu yang lama, satu maid langsung masuk ke dalam kamarnya.

Gadis dengan pakaian pembantu itu berdiri di depan Yazel dan otomatis menundukkan kepalanya pertanda hormat.

"Apa yang Anda perlukan, Tuan?" tanya gadis itu. Terdapat tag yang bertulisan nama Elisa terjahit di sisi kiri pakaiannya.

Ya, Yazel memang memberikan tag nama kepada setiap maidnya agar ia bisa mengingat semua nama mereka. Oh, jangan salahkan Yazel yang pelupa, karena memang pada dasarnya orang yang ia pekerjakan di istana ini terlampau banyak.

"Aku mau Finca El Injerto Coffee seperti biasa. Jangan lupakan tambahkan sedikit gula."

"Baik, Tuan."

Gadis yang sepertinya hanya berumur sekitar 90 tahun itu langsung bergegas keluar dari kamar Yazel.

Pria itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, lalu memejamkan kedua matanya sejenak.

Tak butuh waktu yang lama, maid tadi kembali ke kamar Yazel dengan sebuah cangkir kopi yang diletakkan di atas nampan. Gadis itu menaruh secangkir kopi yang masih panas itu di atas meja, lalu sedikit menunduk hormat ke arah Yazel yang hanya memejamkan mata.

Oh, jangan salah jika kalian pikir Yazel tidak tahu kalau maidnya sedang menunduk hormat kepadanya. Ia bisa merasakan semua itu, dan apabila jika ia merasakan ada salah satu dari seribu maidnya yang tidak berniat untuk menghormatinya, maka bisa dipastikan nyawa mereka akan langsung melayang.

"Kau boleh keluar sekarang," ujar Yazel dengan kedua matanya yang masih tertutup.

Hebat, bukan? Bahkan dalam mata tertutup saja para makhluk Dreta sepertinya sudah bisa merasakan kejadian yang terjadi di sekitarnya.

Yazel membuka matanya, lalu tangannya meraih cangkir itu. Asap tampak mengepul dari kopi tersebut. Yazel menegakkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke arah cangkir itu, membuat aroma kopi yang menenangkan tersebut langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

Oh, Yazel memang merupakan seorang pecandu kopi. Minuman favoritnya adalah secangkir kopi, karena hanya dengan minuman itu, Yazel bisa berhasil menenangkan batin dan raganya yang sedang bergejolak.

Namun, tidak semua kopi yang Yazel sukai. Yang ia cintai itu hanyalah satu, yaitu Finca El Injerto Coffee.

Menurut Yazel, selain rasanya yang enak, harganya pun tergolong yang paling mahal karena diolah dari biji kopi yang jarang ada, kaya rasa, dan kecil. Kualitasnya ditingkatkan dengan mencucinya dalam satu saluran dan memecahnya dua kali.

Yazel tidak akan bisa untuk tidak meminum kopi ini setiap harinya. Rasanya itu sudah seperti suatu kewajibannya untuk meminum cairan pekat yang memabukkan ini.

"Kau adalah seorang pecandu kopi?"

Suara seorang gadis tiba-tiba terdengar, membuat Yazel yang tadinya sedang menikmati kopinya secara perlahan langsung tersedak. Ia terbatuk-batuk untuk sesaat, sebelum matanya bergulir, lalu menyorot tajam ke arah Ariya yang sudah terduduk di atas kasur.

Rambut gadis itu tampak berantakan, sementara kedua matanya yang berwarna hitam itu terlihat memandangi Yazel dengan tatapan polos.

Yazel meletakkan cangkirnya ke atas meja, membatalkan niatnya untuk menyesap kopi yang masih hangat itu. Matanya kembali beralih menatap ke arah Ariya.

"Sejak kapan kau terbangun?" tanya Yazel, seolah lupa dengan pertanyaan Ariya barusan.

"Hmm.. Dua menit yang lalu," balas Ariya dan melipat kedua kakinya ke atas kasur. Setelahnya, ia langsung menutup tubuhnya dengan menggunakan selimut ketika menyadari dirinya hanya memakai dalaman.

Yazel hanya bergumam. Ia sedikit mengerutkan dahinya.

Okay, sebenarnya ini cukup aneh. Apa Yazel tadi kehilangan kekuatannya untuk sejenak? Bagaimana bisa ia tidak menyadari Ariya sudah bangun sedari tadi?

Hmm, mungkin saja tadi ia sedang membayangkan kopinya sehingga membuatnya menjadi tidak begitu konsentrasi terhadap keadaan sekitarnya.

Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, Yazel tidak pernah lalai dalam hal ini.

"Ini kopi apa?"

Yazel seketika mengenyahkan pikirannya. Matanya melotot ketika ia baru menyadari Ariya sudah duduk di depan mejanya. Gadis itu tampak memandangi cangkir kopinya dengan tatapan yang penasaran.

"Kenapa?" Yazel berusaha menetralkan jantungnya yang tiba-tiba saja berdetak cepat.

Okay, shit! Apa yang baru saja terjadi padanya? Selama hidupnya, Yazel tidak pernah merasakan sensasi aneh seperti ini, bahkan ia sudah sempat merasa jika dirinya memang ditakdirkan untuk tidak memiliki jantung sejak lahir.

Jujur saja, Yazel tidak pernah merasakan detakan seperti ini.

Apa yang baru saja gadis ini bangunkan dari dalam dirinya?

"Apa aku menyuruhmu untuk memakai pakaian?" tanya Yazel kembali ke topiknya. Pria itu menatap Ariya dengan tatapan datar. Ia kemudian menunjuk ke arah pakaian yang sedang dipakai oleh perempuan tersebut.

Itu adalah kaos miliknya. Apa Ariya masih saja tidak memiliki rasa takut apapun terhadap dirinyaw? Padahal Yazel baru saja menghantam tubuh mungil Ariya ke atas meja makan beberapa waktu yang lalu.

"Aku tidak berpakaian tadi," balas Ariya dan menatap ke arah pakaian yang tadi ia ambil dari lemari. "Terus, tadi aku tanpa sengaja menemukan pakaian ini di dalam lemari berwarna abu-abu itu. Aneh sekali, padahal sebelum aku pergi ke ruangan makan tadi, aku yakin sekali aku tidak menemukan pakaian tertutup jenis apapun."

Yazel seketika menghela napas. Berani-beraninya perempuan ini mengobrak-abrik isi lemarinya.

"Ya, aku tahu kau tidak berpakaian, tapi pakaian yang kau pakai itu adalah baju milikku," ucap Yazel dengan dingin. Ia melipat kakinya dengan angkuh. "Dan, perlu kau ketahui, Nona. Aku memang tidak ingin melihat kau berpakaian."

Ariya mengerjap, membuat bulu lentiknya bergoyang gemas. "Apa aku tidak boleh berpakaian?"

"Ya, tentu saja. Luka di seluruh tubuhmu belum sembuh," balas Yazel. "Tadi aku sudah menceburi tubuhmu di dalam alkohol agar lukamu cepat reda."

Oh, entah kenapa Yazel kembali merasa peduli dengan gadis ini. Sepertinya Yazel akan menjadi gila sebentar lagi.

"Luka?" Ariya langsung mengecek seluruh tubuhnya, lalu kembali memandangi Yazel.

"Ya, well, aku memiliki sistem regenerasi yang cukup cepat di dalam diriku. Jadi, luka yang kau buat tadi itu sudah lumayan sembuh, walau masih terasa sakit."

Ariya sengaja menekan nadanya pada kata 'luka' dan 'sakit', membuat Yazel merasa sedikit tersindir.

Pria itu berusaha mengontrol emosinya yang kembali memuncak. Perempuan ini kembali menantangnya. Perlu diketahui jika Yazel adalah seorang pria yang memiliki temperamen buruk dan gila hormat. Jadi, kalau ada siapapun yang berani menindasnya sedikit saja, maka Yazel pasti akan membuat orang tersebut merasakan akibatnya.

Namun, dari kalimat yang baru saja Ariya ucapkan, Yazel kembali mengetahui sesuatu. Gadis ini memiliki sistem pertumbuhan yang berbeda dari makhluk lain. Oh, pantas saja Ariya tidak takut padanya sekarang. Punya sistem regenerasi yang cepat, huh? Sombong sekali.

Yazel spontan berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arah Ariya. Ia menaruh kedua tangannya di sisi kiri dan kanan Ariya, membuat gadis itu terkurung di dalamnya.

Yazel meraih dagu Ariya dengan perlahan, lalu senyuman smirk terbentuk di wajahnya yang tampan. Yazel dapat merasakan jika perempuan itu seketika gugup di tempatnya.

"Kau seharusnya tidak pernah mengakui hal tersebut, Nona. Karena kau baru saja membuat dirimu kembali dalam bahaya."

Yazel lalu menurunkan pandangannya pada pakaian yang sedang dipakai oleh Ariya. "Dan, kau dengan lantangnya memakai pakaianku tanpa seizinku juga."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!