"Aw...." ucapan Al terhenti ketika seseorang menyela ucapannya.
"Ciee... Udah-udah tatap-tatapannya, apa semalam belum puas, hm?" ucap Farhan sambil mengedip-ngedipkan sebelah matanya. Entah kenapa dia bisa masuk kamar dan mereka berdua tidak menyadarinya.
Icha langsung lari menghampiri kakaknya. Selemat-selamat pikirnya.
"Makasih Kak," bisik Icha pada Farhan saat dia sudah sampai disamping Kakaknya. Setelah itu Icha langsung keluar tanpa permisi. Farhan hanya menaikkan sebelah alisnya. Makasih kenapa pikirnya. Saat mau ditanyakan ke Icha ternyata dia sudah tak terlihat.
"Ayo turun Al, udah ditunggu yang lain buat sarapan. Maaf ya tadi ganggu," ucap Farhan dengan tersenyum menggoda.
Al tersenyum miring saat mendengar godaan Kakak iparnya itu.
"Kak Farhan duluan aja, nanti aku nyusul," ucap Al.
"Baiklah, jangan lama-lama," ucap Farhan lalu dia pergi meninggalkan Al.
Setelah sampai diruang makan, Farhan duduk di sebelah Icha.
"Gimana malam pertamanya?" bisik Farhan pada Icha yang tentunya hanya didengar oleh Icha.
Bugh
Icha sontak langsung memukul lengan Kakaknya, dan kegiatan itu membuat yang lain memperhatikan keduanya.
"Kenapa Cha?" tanya Mamanya.
"Kak Farhan tuh Ma," ucap Icha lalu menunjuk Farhan dengan ekor matanya.
"Kalian itu kebiasaan, yang satu udah nikah, dan yang satu lagi sebentar lagi juga akan nikah, tapi kelakuannya masih sama seperti anak kecil," ucap Mamanya geleng-geleng kepala.
"Al kamu maklumin ya, Icha itu begitu suka jail seperti Farhan. Mungkin kamu tau Icha pendiam kalo disekolah, tapi sebenarnya kalo dirumah sikapnya bisa berubah drastis, sampai Nayla aja heran melihat Icha dirumah," ucap Sinta pada Al, karena Al memang sudah berada disana saat Sinta mengomeli kakak beradik itu.
"Iya Tan," timpal Al.
"Kok Tan sih Al, Mama dong, Tante dan Om kan orang tua Icha, dan sekarang juga jadi orang tua kamu," ucap Sinta membenarkan.
"Iya Ma," ucap Al sedikit kaku, karena belum terbiasa.
"Sekarang kita sarapan dulu ya," ajak Bayu.
Mereka pun sarapan dalam keheningan, hanya terdengar dentingan sendok yang beradu.
Setelah menyelesaikan ritual sarapannya, mereka berkumpul di ruang keluarga sedangkan Icha dan Mamanya terlihat membereskan piring-piring kotor bekas sarapan tadi.
"Cha, sekarang kan kamu udah nikah, jadilah istri yang sholihah buat suamimu ya, turuti apa perkataan suamimu selagi itu tidak bertentangan dengan agama dan jangan membantah ucapannya. Layani suamimu dengan baik ya Cha, kalau ada masalah bicarakan dengan baik, jangan mengambil keputusan saat sedang emosi. Mama tau kalian itu masih sangat muda, pikiran juga pasti masih berubah-ubah. Mama juga tau kalian belum bisa menerima pernikahan ini, tapi Mama yakin suatu saat kalian akan menerimanya dan saling mencintai satu sama lain," Sinta menasehati putrinya panjang lebar.
"Terus kamu harus ikutin kemanapun suamimu pergi, maksudnya kamu harus ikut di mana suamimu ingin tinggal. Kalau dia mau disini Mama si senang sekali, tapi sepertinya tidak mungkin," tambahnya lagi.
"Iya Ma, tadi Al nyuruh aku ngemasin pakaianku dan kita akan kerumah Tan ... eh maksudku Mama Dina hari ini, mungkin aku akan tinggal di sana," ucap Icha.
"Iya enggak apa-apa, besok juga mertuamu akan dibawa ke Singapur, Mama sama Papa sepertinya ikut, dan Mama akan tinggal beberapa hari di sana buat nemenin mertuamu. Sekalian Papa ada kerjaan katanya di sana," terang Mama Sinta.
"Iya Ma, aku ngerti. Semoga Mama Dina cepat sembuh dari penyakitnya ya," ucap Icha.
Mereka berdua mengobrol sambil mencuci perlengkapan makan dan masak, karena memang sudah jadi kebiasaan Sinta ketika waktu senggang, ketika Sinta sibuk barulah pembantunya yang mengerjakan.
Setelah selesai, mereka pun menyusul yang lain ke ruang keluarga.
Saat keduanya sudah duduk Al pun bersuara.
"Pa, Ma, sekarang kita mau ke rumah orang tuaku ya, Mama sama Papaku sudah nunggu di rumah. Enggak apa-apa kan aku ajak Icha tinggal di rumahku Pa?" ucap Al dengan sopan.
"Iya kalian pulanglah. Besok Mamamu juga akan pergi, mungkin Icha bisa bantu-bantu mempersiapkan semuanya," Bayu menjeda kalimatnya.
"Memang seharusnya, seorang istri ikut kemanapun suaminya tinggal, dia sekarang tanggung jawab kamu, bukannya saya melepaskan begitu saja, tapi memang sekarang kamu lebih berhak atas putri saya Icha. Saya titip Icha ya Al, jaga dia dan bimbing dia, ingatkan jika dia salah. Jika kamu sudah tak sanggup jangan sakiti dia, tapi kembalikan ke saya secara baik-baik. Saya percaya kamu tidak akan menyakiti putri saya," ucap Bayu panjang lebar.
Deg
Ada rasa bersalah di dalam hati kecil Al, mengingat dia sudah menikah tapi masih memiliki kekasih. Tapi rasa itu segera ditepis olehnya.
"Iya Pa, aku akan jaga Icha semampuku," ucap Al akhirnya.
"Yaudah sana ambil barang-barang kalian. Bantuin adikmu bawa koper Han," ucap Bayu
Mereka bertiga mengambil barang-barang yang akan dibawa, hanya ada satu koper kecil milik Al, satu koper sedang milik Icha dan satu tas ransel, sepertinya isinya Laptop Icha.
"Mau gue anter apa gimana? Atau bawa mobil Icha aja, biar tu mobil keluar garasi gak jadi pajangan aja," ucap Farhan pada keduanya.
"Aku sih ngikutin dia aja," jawab Icha.
"Gimana Al?" tanya Farhan lagi.
"Bawa mobil dia aja Kak, kalo dianter nanti ngrepotin Kak Farhan," putus Al.
"Oke lah,"
Lalu Farhan mengambil mobil di garasi dan membawanya ke depan rumah, supaya mudah memasukkan barang-barang. Mobil itu terlihat masih baru, karena memang Icha hanya beberapa kali menggunakannya, itu saja saat dia kepepet.
Mereka memasukkan semua barang ke dalam bagasi mobil. Kemudian Al dan Icha berpamitan pada semuanya. Lalu mereka pergi meninggalkan kediaman keluarga Icha.
Di dalam mobil, mereka hanya diam tanpa ada yang mau memulai pembicaraan. Karena merasa masih canggung, samapi deringan ponsel diponsel Icha berbunyi.
Icha pun langsung menggeser tombol hijau saat tau siapa yang telfon.
"Assalamu'alaikum Nay, tumben pagi-pagi telfon," salam Icha pada orang disebrang sana.
"...."
"Maaf ya Nay, hari ini enggak bisa deh kayaknya, kapan-kapan aja enggak apa-apa kan?"
"...."
"Maaf ya Nay,"
"...."
"Wa'alaikumsalam,"
"Kalau mau pergi-pergi aja, gue enggak akan larang," Al seakan-akan tahu apa yang dipikirkan oleh Icha setelah menerima telfon.
Icha menoleh ke samping dan mengerutkan dahinya.
"Iya bisa kapan-kapan, enggak harus sekarang kok," ucap Icha.
"Karena gue juga enggak mau kalo lo larang-larang, jadi impas kan?" ternyata itu alasan Al mengijinkannya.
Icha mengira karena Al memahaminya, ternyata tidak. Ada sedikit rasa kecewa di hati Icha ketika tahu alasan Al.
"Ya," jawab Icha singkat.
Setelah perbincangan itu, tak ada pembicaraan lain sampai mereka tiba dirumah orang tua Al.
Keduanya memasuki rumah Al dan disambut oleh kedua orang tua Al.
"Assalamu'alaikum Ma, Pa," ucap keduanya hampir bersamaan. Lalu mereka pun mencium punggung tangan kedua orang itu.
"Wa'alaikumsalam," jawab Davit dan Dina bersamaan.
"Kami sudah menunggu kalian berdua, barang-barang dimobil biar Mang Ujang yang bawa ke atas," ucap Davit.
Lalu mereka pun duduk diruang keluarga, dan mengobrol ringan saling menanyakan kabar dan lain-lain. Padahal mereka tidak berjumpa kurang dari dua puluh empat jam, tapi seprti tak berjumpa sampai berminggu-minggu.
Mereka larut dalam perbincangan, Dina merasa bahagia melihat anaknya sudah memenuhi permintaanya.
Bersambung.....
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Minta Like dan Komennya ya, suapaya aku semangat buat nulis. Makasih yang sudah mau baca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Alvika cahyawati
tp kasihan icha d duain seharusnya Al itu mutusin pacarnya dong setelah d mau menikah wlupun pernikahan ini atas perjodohan....
2023-03-11
1
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ
Al udah ketitipan icha, yo jangan di buatt kecewaaa ke2 keluarga iniii
2022-10-06
0
Widiyati Widiyati
lanjut
2022-09-24
0