"Al ayo cepetan sudah siang ini," ucap Davit didepan pintu kamar Al.
"Iya ini udah Pa," Al keluar dari kamar disambut senyuman oleh Papa dan Mamanya.
Ya, mereka sekarang akan kerumah Icha untuk melaksanakan ijab qobul di sana. Hari ini adalah hari pernikahan mereka, dengan ogah-ogahan Al mengikuti Papa dan Mamanya, di ruang tamu ada saudara dekat mereka.
Dina memaksakan untuk pulang dari rumah sakit, dengan catatan dia tidak boleh terlalu lelah. Karena Dina tak mau meninggalkan acara penting putra semata wayangnya.
Rombongan Al sekeluarga berjalan menuju rumah Icha, terlihat ada lima mobil secara beriringan menuju rumah keluarga Icha.
Satu jam perjalanan, mereka baru sampai di rumah keluarga Icha, karena ini adalah hari libur atau tepatnya tanggal merah jadi jalanan macet, banyak pengendara yang berlibur memanfaatkan hari libur mereka di akhir pekan yang panjang, yang harusnya libur dua hari menjadi tiga hari karena hari Jumat ini adalah tanggal merah, momen yang pas pula untuk kedua calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan saat ini.
Rombongan keluarga Al terlihat memasuki rumah Icha secara bersamaan. Karena pernikahan ini hanya disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak mengingat status Al dan Icha yang masih sekolah.
Di sisi lain, Icha sedang duduk termenung di depan meja rias kamarnya, karena dia sudah selesai di rias. Dia akan turun setelah acara ijab qobul selesai.
Ya Allah, rasanya seperti mimpi saja. Aku belum percaya semua ini, harus nikah dengan dia cowok playboy itu. Lirih Icha dalam hatinya.
Dia merasa tidak tenang, was-was dan banyak perasaan tidak enak didalam hatinya. Sampai-sampai dia tidak memperhatikan wajah ayunya yang semakin cantik karena riasan natural yang di ciptakan oleh perias.
Karena tenggelam dalam lamunan, Icha sampai tak mendengar kalau ijab qobul telah diucapkan. Dan tersadar saat semua yang hadir mengucapkan kata sah.
Sah
Sah
Sah
Deg
Hati Icha berdetak tak karuan, bukan karena bahagia tapi karena pikirannya semakin kacau, dengan keadaan ini.
Tok
Tok
Tok
"Cha, Mama masuk ya," ucap sang Mama setelah mengetuk pintu.
Tanpa menunggu jawaban putrinya, Sinta pun masuk dan menghampiri Icha.
"Sayang sekarang kamu sudah sah jadi Istrinya Al. Ayo sekarang kita turun temui suamimu," ucap Sinta dengan senyum yang tak pernah memudar dari bibirnya.
Tanpa banyak kata, Icha pun mengikuti Mamanya yang akan membawanya turun menemui suaminya. Tetapi langkah mereka terhenti didepan pintu kamar Icha, saat seorang pemuda berdiri didepan pintu.
"Lho Kak, kok kamu berdiri disini kenapa?" Tanya Sinta pada putra sulungnya.
"Kaka mau antar adik kesayanganku menemui suaminya," jawab Farhan dengan senyum menghiasi bibirnya.
"Ayo, kamu sebelah kiri Icha, biar Mama yang sebelah kanan," ucap Sinta dan diangguki oleh Farhan.
Ketiga orang tersebut menuruni anak tangga, dan semua yang hadir memandang ke arah datangnya pengantin wanita, tak terkecuali Al. Dia tadinya acuh tak acuh, tetapi setelah melihat kecantikan Icha, pandangannya tak lepas dari Icha.
Si culun cantik juga ternyata kalo gini, beda banget sama disekolah. Batin Al saat memandang wajah cantik Icha yang sudah sah menjadi istrinya.
Icha duduk bersebelahan dengan Al.
"Sekarang pasang cincinya!" Perintah sang penghulu.
Al pun memasangkan cicin ke jari manis Icha, lalu bergantian dengan Icha memasang cincin di jari Al. Selanjutnya, Icha mencium punggung tangan Al dan Al menicium kening Icha. Meskipun sebenarnya Al tidak mau, tapi dia harus melakukannya demi kelancaran acara tersebut.
Serangkaian acara pun telah usai dan kini saatnya makan bersama. Menikmati makanan yang sudah disajikan oleh keluarga Icha, mereka saling mengobrol santai saat acara makan bersama.
"Al, Papa pulang dulu ya, kasian Mamamu nanti kelelahan," ucap Davit pada putranya.
"Aku ikut pulang Pa," pinta Al.
"Kamu boleh pulang tapi enggak sekarang, ini acara pernikahan kamu, nanti malam kamu nginep disini baru besok kamu kerumah bersama Icha," cegah Davit.
"Baik lah, hati-hati Papa pulangnya," ucap Al dengan lesu.
Setelah kepergian Papa dan Mamanya, Al merasa gerah ingin berganti pakaian tapi tidak tahu dimana kamarnya dan dimana juga koper yang tadi dibawa oleh saudaranya. Dia pun memutuskan untuk mencari seseorang yang menurutnya bisa ditanyai.
"Mas, aku mau ganti baju dimana ya?" tanya Al saat mendekati Farhan.
"Ayo gue antar, panggil gue Kak Farhan aja, serasa gimana gitu kalo dipanggil Mas, ha-ha-ha," tawa Farhan pecah, lalu ia berjalan dan diikuti oleh Al.
"Gue gak biasa dipanggil Mas, Icha dan Raffa biasa manggil gue Kakak," tambah Farhan setelah berhenti dari gelak tawanya.
"Baiklah Kak Farhan," ucap Al.
Setelah menaiki anak tangga, sampailah mereka di depan sebuah kamar. Farhan pun menyuruh Al masuk kedalam kamar itu, lalu dia meninggalkan Al setelah Al masuk kamar.
Saat memasuki kamar Al dibuat terkejut dengan seseorang yang berdiri dihadapannya. Seorang gadis yang berdiri didepan lemari pakaian hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya.
"Aaaa... kenapa kamu kesini!" sontak gadis itupun berteriak, lalu dia lari kedalam kamar mandi.
Al hanya mengernyitkan dahinya, heran melihat tingakah gadis itu yang tak lain adalah Icha. Al mendekati kopernya lalu mencari baju ganti untuknya.
Sedangkan Icha didalam kamar mandi bingung harus berbuat apa, karena dia belum sempat mengambil pakaian gantinya, yang ia bawa hanya jilbab saja, karena dia tadi asal ambil tanpa melihat apa yang dia ambil. Icha tak biasa memperlihatkan auratnya pada laki-laki kecuali Papa, Kakak dan Adiknya. Dia malu saat Al memasuki kamar dan melihat dirinya hanya memakai handuk selutut.
"Al kamu keluar sebentar ya, aku mau ganti baju dulu, nanti kalau aku dah selesai baru kamu masuk lagi!" teriak Icha dari dalam kamar mandi.
Al yang mendengar hanya berdecak malas, tapi dia pun menuruti kata Icha. Dia keluar kamar menuju balkon. Karena jika harus menunggu diluar kamar dia merasa tidak enak dengan saudara-saudara yang masih berada disana.
Setelah dirasa Al sudah keluar, Icha pun keluar kamar mandi lalau menuju lemari mencari pakain gantinya. Setelah menemukan dia pun masuk kekamar mandi lagi dan berganti pakaian di sana.
Beberapa menit berlalu, Icha sudah keluar kamar mandi dengan pakain rapi, tentunya sudah menggunakan jilbab juga. Saat dia akan keluar memanggil Al, tak sengaja melihat pintu kamarnya menuju balkon terbuka, dan mendapati Al berdiri di sisi pembatas balkon.
"Al aku udah selesai, sana kalau kamu mau mandi, aku mau turun gabung sama yang lain," ucap Icha pada Al.
Al berjalan melewati Icha tanpa sepatah katapun. Icha yang melihat Al seperti itu tampak biasa saja, meskipun dalam hati kecilnya sedikit kecewa. Kemudian dia memutuskan untuk keluar kamar dan bergabung dengan yang lain.
Setelah ritual mandinya selesai, Al keluar kamar dan berganti pakaian, saat dia akan berganti pakaian tiba-tiba pintu terbuka.
"Aaa... Al kenapa enggak pakai baju sih!" teriak Icha sambil menutup matanya dengan tangan.
"Bisa gak sih kalo enggak teriak," ucap Al dengan nada sinis.
"Maaf," ucap Icha meminta maaf.
"Kalau udah selesai ganti bajunya, turunlah, diajak Papa sama Mama makan siang, aku turun dulu," ucap Icha tanpa menoleh kearah Al, lalu dia melenggang pergi dari kamar tersebut.
Tak butuh waktu lama Al pun sudah rapi, menggunakan celana jeans panjang dan kemeja kotak-kotak lengan pendek. Dia terlihat tampan.
Lalu dia turun kebawah bergabung bersama yang lainnya untuk makan siang, karena memang perutnya pun sudah merasa lapar.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ
icha ichaa, kan si al juga dah boleh liat kau ga pake kerudunggggg
2022-10-06
0
Susanti Gladis Putri
wo
2022-06-10
0
Rusminisuyitno
lucu banget mereka
2022-01-04
0