Tiga bulan berlalu, hubungan Al dan Icha masih sama belum ada perubahan, mereka tidur juga masih terpisah kamar, walaupun kadang juga tidur satu kamar saat mereka kelelahan membuat tugas. Hanya mereka selalu berangkat kesekolah bersama, tetapi Icha turun di perempatan dekat sekolahnya, karena disana dia sudah ditunggu oleh Nayla sahabatnya. Mereka sudah menyepakati semua itu.
Tentang hubungan Al dan Martha juga sama, masih saja mereka berpacaran meskipun berkali-kali orang tua Al selalu mengingatkan supaya meninggalkan pacarnya, tetapi Al belum juga menuruti permintaan orang tuanya. Walaupun kadang dia sedikit menghindar dari Martha.
Pagi ini mereka berangkat kesekolah hanya mengembalikan buku laporan nilai belajar. Karena mereka telah selesai melaksanakan ujian semester pertama, yang artinya dalam waktu dua minggu mereka akan libur sekolah.
"Al nongrong yuk, dah lama juga kita gak nongkrong," ajak Alvian setelah mereka keluar dari kelas.
"Saorry gue gak bisa, gue mau langsung jenguk nyokap di Singapur," tolak Al, karena memang jam satu siang nanti harus berangkat ke Singapur.
"Yah, harus hari ini juga emang?" Alvian sedikit kecewa atas penolakan sahabatnya.
"Iya, gue udah pesen tiketnya," jawab Al.
"Berangkat sendiri lo Al? Gue temenin giman?" Alvian mengedip-ngedipkan matanya, berharap Al mengijinkan dia untuk ikut.
"Gue gak sendiri, sama Kak Farhan, dia ada urusan disana, jadi sekalian gue ikut," jelas Al
"Kak Farhan, kakaknya si culun itu?" tanya Alvian heran.
"Kakaknya Icha," koreksi Al.
"Iya maksud gue dia,"
"Yaudah gue pulang dulu ya, kalo gue udah pulang dari Singapur ntar gue kabarin, kita nongkrong bareng," ucap Al, lalu meninggalkan Alvian. Dia berlari menuju mobilnya yang terparkir di parkiran.
Saat di parkiran dia bertemu dengan seseorang, yang mungkin sengaja menunggunya.
"Al anter gue jalan-jalan ke mall dong sayang," pinta gadis itu yang tak lain adalah Martha.
"Maaf Tha, gue gak bisa. Gue mau langsung ke Singapur setelah ini, kapan-kapan ya," tolak Al secara halus.
"Yahh, kalo gitu anterin pulang ya, ya?" Martha memohon sambil memeluk lengan Al.
"Gue buru-buru Tha, takut ketinggalan pesawat, maaf ya," lagi-lagi Al menolak. Sebenarnya bukan itu alasannya menolak mengantar Martha, tetapu dia merasa kasihan pada Icha yang sejak tadi sudah menunggu diperempatan.
"Lo pulang biar dianter sama Alvian aja gimana?" tawar Al.
"Udahlah gak usah, gue minta jemput aja," Martha cemberut, lalu dia sengaja meninggalkan Al, berharap pemuda itu mengejarnya.
Benar saja, baru saja dia melangkah Al sudah menarik tangannya.
"Maafin gue ya Tha, gue beneran buru-buru," jelas Al.
"Iya, sana pulang aja, ntar ketinggalan pesawat," ucap Martha, terlihat dia masih ngambek.
Setelah mendapatkan ijin Martha, Al pun masuk kedalam mobilnya melajukan mobilnya keluar gerbang sekolah. Saat sampai di perempatan, benar saja Icha sudah menunggunya dan mobil Nayla sudah tak terlihat disana.
Tanpa aba-aba Icha langsung masuk kedalam mobil dan mendudukan dirinya di kursi sebelah Al.
"Lama banget sih, ngapain aja? Aku sampai jadi kripik disini," gerutu Icha.
"Ya maaf, tadi diajak ngobrol dulu sama Vian," ucap Al. Lalu dia melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota.
Tanpa mereka sadari, dibelakang mobil Al ada seseorang yang melihat Icha masuk kedalam mobil itu. Orang itu heran, kenapa Icha bisa pulang bareng Al dan kenapa juga harus nunggu di perempatan? Berbagai pertanyaan muncul dipikiran orang tersebut. Karena penasaran dia pun mengikuti mobil Al.
Sesampainya dirumah, Al langsung memasukkan mobilnya melewati gerbang yang dijaga oleh satpam.
Sedangkan orang yang tadi mengikuti mereka, dia berhenti didepan rumah Al, menunggu beberapa saat mungkin Al akan keluar rumah untuk mengantar Icha pulang pikirnya.
Setengah jam berlalu, dia mulai lelah ternyata Al tidak keluar rumah, lalu dia memutuskan untuk masuk kedalam rumah Al. Membunyikan klakson mobilnya, lalu satpam pun langsung membukakan pintu gerbang, karena dia hafal siapa pemilik mobil tersebut, tak lain adalah Alvian. Dia sering sekali main kerumah Al sebelum Al menikah, setelah Al menikah Al melarangnya untuk main kerumah dengan alasan sepi tidak ada orang tuanya, dan Al lah yang kerumah Alvian.
Alvian langsung masuk tanpa permisi, tujuan utamanya adalah kamar Al. Saat dia akan membuka pintu, ternyata pintu lebih dahulu dibuka oleh seseorang, betapa kagetnya Alvian melihat orang itu yang tak lain adalah Icha, keluar dari kamar Al.
Icha pun sama terkejutnya dengan Alvian, sampai-sampai gelas yang dia genggam terlepas dari tangannya dan terjatuh begitu saja.
Prankk
Al yang mendengar gelas terjatuh langsung mendekati Icha, dia belum sadar jika ada seseorang diantara mereka.
"Kenapa Cha, kok jatuh gelasnya?" tanyanya pada Icha.
"Oh jadi gini, diajak jalan sama gue nolak ternyata malah asik berduaan didalam kamar sama cewek. Cih!" Tentunya bukan Icha yang mengatakan itu tapi Alvian.
Al terkejut melihat Alvian dihadapannya.
"Lo kok bisa disini?" heran Al. Lalu dia maju mendekati Alvian.
Bukan jawaban yang didapatkan oleh Al, tapi justru tinjuan diwajahnya.
Bugh
"Kenapa lo pukul gue hah? Apa salah gue ke lo?" ucap Al dengan nada tinggi, dia tidak terima dipukul oleh Alvian.
"Gue kecewa sama lo, disekolah aja pacaran sama Martha, tapi dibelakang kita lo malah asyik berduaan sama dia didalam kamar!" Alvian menunjuk wajah Icha.
"Dan lo, sok suci banget, sekolah aja pake jilbab tapi nyatanya mau berduaan sama cowok didalam kamar, dasar menjijikkan. Cih," Ucap Alvian masih dengan emosi yang menggunung.
Icha hanya bisa menunduk, saat Alvian mengatakan seperti itu. Toh dia gak bersalah didalam kamar berdua dengan suaminya.
"Udah berhenti ngatain Icha. Lo salah faham Yan!" Ucap Al tak kalah emosi.
"Salah faham gimana? Jelas-jelas gue lihat dia keluar dari kamar lo," Alvian melirik Icha dengan ekor matanya.
"Itu wajar, karena dia Istri gue," akhirnya Al mengatakan rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari sahabatnya.
"Apa?" Alvian terkejut mendengar penuturan Al.
"Dia Istri gue, puas lo!" seru Al.
"Jangan ngaco lo Al, gue gak percaya, mungkin ini cuma akal-akalan lo aja kan?" ternyata Alvian masih saja tidak percaya.
"Kapan gue bohong sama lo ha?" Al emosi karena sahabatnya sendiri tak mempercayainya.
"Yang diucapkan Al bener Vian, kalo aku Istrinya Al, kita sudah menikah," akhirnya Icha buka mulut, karena tidak mau melihat dua orang sahabat itu saling bermusuhan.
"Apa buktinya? Gue akan percaya kalo ada buktinya,"
"Oke sebentar, tunggu sini jangan ribut lagi," pinta Icha, lalu dia masuk kedalam kamar mengambil sesuatu yang bisa jadi bukti.
Sedangkan Al dan Alvian masih membeku, tak ada yang mau berbicara lebih dulu.
Tak berapa lama Icha pun keluar, membawa ponselnya dan menyerahkan pada Alvian. Alvian pun menerimanya. Didalam ponsel tersebut, ada sebuah foto saat Al berjabat tangan dengan Papa Icha saat ijab qobul.
"Geser kalo belum percaya," ucap Icha menyuruh Alvian menggeser layar ponselnya.
Di sana terdapat foto Al dan Icha yang mengenakan baju pengantin berada di tengah, disisi kanan dan kiri ada kedua orang tua mereka. Lalu foto selanjutnya, saat mereka bertukar cincin.
Alvian menyerahkan ponsel Icha kembali, lalu dia menghela nafas dan menatap Al yang masih berdiri dihadapannya.
"Kenapa lo gak jujur sama gue, apa lo udah gak anggap gue sahabat lo?" pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Alvian.
"Sorry Yan, gue gak bermaksud gitu. Kita emang sengaja nyembunyiin pernikahan ini, supaya pihak sekolah gak tau," jelas Al.
"Tapi gue sahabat lo Al, tega lo ya sama gue," Alvian kecewa.
"Bukan gitu Yan, belum ada waktu yang tepat buat jelasin ke elo," ucap Al.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
untung zg ngikutin si Alvian bukan si Marta apalagi orang lain..
2023-10-06
0
Eroh Maesaroh
lanjut
2023-05-13
0
Nita Herawati
saya senang bget jg cerita tambaj seruh
2022-11-24
1