"Al kamu udah datang? Ayo sini nak, Mama mau bicara sama kamu dan Icha," ucap Dina ketika melihat putranya masuk kedalam ruang rawat tersebut.
Icha pun menoleh melihat siapa yang dipanggil Al oleh Dina. Saat Icha melihat ke belakang tatapannya bertemu dengan Al, mereka saling pandang dalam beberapa detik kemudian secara bersamaan memalingkan wajahnya.
Al berjalan mendekati Mamanya dan Icha berniat pindah dari tempatnya duduk. Sebelum Icha berdiri tangannya sudah pegang oleh Dina, menandakan Icha tak boleh beranjak. Karena Icha tidak jadi pergi, Al pun menghentikan langkahnya.
"Kok malah berhenti disitu Nak, ayo sini, Mama mau bicara sama kalian berdua," ucap Dina saat melihat putranya berhenti.
"Mau bicara apa Ma? Kenapa harus sama dia?" Al menunjuk Icha dengan dagunya.
"Mama punya satu permintaan buat kalian," Dina memandang mereka berdua.
"Kalian sudah tau kan kalau dijodohkan sejak bayi?" Tanya Dina
Mereka berdua hanya mengangguk secara bersamaan tapi belum mengerti apa maksud ucapan Dina tersebut.
"Al dan Icha sudah kita jodohkan sejak bayi, jadi Mama minta kalian untuk nikah, karena Mama mau melihat anak semata wayang Mama menikah. Mama tidak tahu sampai kapan umur Mama, makanya sebelum Mama pergi kalian harus menikah dulu. Memang dulu kita sepakat menjodohkan kalian saat nanti kalian sudah lulus kuliah, tapi karena penyakit yang Mama derita, Mama takut enggak bisa lihat kalian berdua menikah, jadi Mama harap kalian turuti permintaan Mama kali ini," ucap Dina panjang lebar.
Mereka berdua terlihat syok. Seperti tak bisa menerima kenyataan yang ada.
"Kenapa harus dia sih Ma yang di jodohkan sama aku? Gak ada cewek lain yang lebih baik dari dia apa?" ucap Al frustasi.
Karena Icha sama sekali bukan tipenya, dia pendiam, penampilan culun dengan kacama tebalnya, lalu cara berpakaian pun tidak modern sama sekali.
"Sttt... kamu gak boleh ngomong gitu, Icha gadis yang baik, cantik juga," Dina membela Icha.
Davit mendekat dan menghampiri mereka bertiga.
"Al, ini permintaan Mamamu, tolong dipenuhi ya, karena Mama harus berobat ke luar negri, dan mengajukan syarat tersebut. Kami para orang tua sudah menyepakati persyaratan Mamamu," jelas Davit pada anaknya.
"Emang Mama sakit apa Pa? Sampai harus dibawa ke luar negri segala?" karena syok dengan permintaan Mamanya, Al sampai lupa menanyakan penyakit sang Mama.
Davit menyerahkan hasil laborat pada Al. Lalu dengan gesit Al membuka amplop tersebut, setelah mengetahui isi amplop itu, seketika tubuh Al terasa lemas dan tak kuasa menahan tubuhnya. Dia pun terduduk di lantai, tanpa ijin air matanya pun menetes.
"Ini pasti bohong, enggak mungkin Mama sakit kanker darah," lirih Al dengan sendu.
Icha dan keluarga hanya diam menyaksikan tanpa bisa berkomentar apa-apa. Sebenarnya isi kepala Icha memikirkan permintaan Dina, dia membayangkan harus hidup dengan cowok playboy seperti Al. Dia suka gonta-ganti pacar ketika sudah bosan.
Al mencoba menguatkan dirinya, lalu ia berdiri dan mendekat ke Mamanya.
"Mama harus sembuh, apapun syaratnya Al akan penuhi, asal Mama mau berobat ke luar negri," putus Al akhirnya, meskipun dia berat jika harus menikah saat masih SMA seperti sekarang ini, apalagi nikahnya dengan orang yang tak dia harapkan.
"Makasih Nak, kamu mau turutin permintaan Mama, doakan Mama semoga cepat sembuh ya, dan kita bisa kumpul lagi," ucap Dina lalu mengelus punggung putranya.
"Icha, kamu mau kan turutin permintaan Tente? Kamu mau kan nikah sama Al saat ini?" Dina menatap Icha.
Icha yang di tatap seperti itu, dia menundukkan pandangannya, lalu beralih menoleh kedua orang tuanya yang entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya.
"Papa harap kamu turutin permintaan Tante Dina," ucap Bayu pada putrinya itu.
Lalu Icha mengangguk, "Insyaallah aku mau, jika memang ini yang terbaik," putus Icha pada akhirnya.
"Alhamdulilah," ucap para orang tua bersamaan.
"Karena Mama harus segera dibawa ke Singapur, jadi kalian akan menikah tiga hari lagi, sebelum Mama pergi. Semua akan kami persiapkan, kalian tidak usah bingung," terang Davit.
Al dan Icha terkejut mendengar penuturan Davit.
"Harus secepat itu?" tanya mereka bersamaan.
Davit tersenyum, lalu mengangguk sebagai jawaban.
Icha dan Al hanya bisa pasrah, mereka berdua terlihat lesu setelah mendengar penuturan Davit.
"Sekarang kalian berdua ikut Mama, untuk fitting baju, karena waktunya sudah mepet," ajak Sinta mama Icha, pada Al dan Icha.
"Mama tadi sudah hubungin butik langganan Mama," tambah Sinta.
"Aku disini aja ya Tan, Tante sama Icha aja," Al berusaha menolak ajakan Sinta.
"Gak boleh gitu dong Nak, yang akan nikah kalian berdua, kamu harus ikut ya," bujuk Dina pada putranya.
"Baiklah, biar aku naik motor aja, nanti aku ikutin tante," putus Al pada akhirnya.
Mereka bertiga pun berpamitan untuk ke sebuah butik yang sudah ditentukan oleh Sinta. Tak lama Bayu pun pamit untuk kembali ke kantornya lagi.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Setelah perjalanan kurang lebih setengah jam, karena jalanan macet. Mereka pun sampai disebuah butik yang dituju.
"Selamat siang Bu Sinta, Ibu sudah ditunggu oleh Bu Mita, tunggu sebentar ya Bu, saya panggilkan Bu Mita dulu," ucap penjaga butik tersebut, karena memang sudah hafal dengan Sinta.
"Iya silahkan, saya akan tunggu di sini," penjaga butik itupun meninggalkan mereka menuju ruang Bosnya.
Tak berapa lama pun Mita datang dan langsung menghampiri Sinta.
"Icha yang mau nikah? Aku kira Farhan kakaknya," ucap Mita karena memang sudah mengenal mereka.
"Iya mereka yang akan nikah, ini permintaan Dina supaya pernikahan mereka dilakukan sekarang," terang Sinta, karena mereka bertiga memang beteman.
"Oh gitu. Sekarang Icha coba yang ini ya." Ucap Mita sambil menyodorkan sebuah kebaya berwarna putih yang masih terlipat pada Icha.
"Ini anaknya Dina? Ganteng banget, aku enggak pernah melihat, Dina sih gak pernah ajak dia kesini," ucap Mita lagi.
"Kamu coba yang ini." Mita menyodorkan paper bag pada Al. Dan Al menerimanya.
Karena ruang ganti di butik tersebut tidak hanya satu, mereka berdua masuk kedalam ruang ganti secara bersamaan. Beberapa menit kemudian Al lebih dulu keluar ruangan, kemudian disusul oleh Icha.
Icha terlihat cantik dengan kebayanya, meskipun jilbab yang ia kenakan masih memakai jilbab SMA nya, tapi kebaya tersebut pas ditubuhnya yang tinggi dan ramping. Begitu juga dengan Al, tuxedo yang dia kenakan juga pas dan tidak terlihat kebesaran.
"Perfect," ucap Mita saat melihat keduanya.
Sinta pun tersenyum dan mengaggukan kepala tanda setuju dengan Mita.
Setelah acara fitting baju, mereka pun kembali.
"Al Tante minta tolong antar Icha ya, soalnya Tante ada urusan sebentar, gak apa-apa kan?" tanya Sinta pada Al.
"Aku pulang naik taksi aja Ma," bukan Al yang menjawab, tapi Icha.
"Udah biar dianter Al, sebentar lagi kalian kan akan nikah, biar saling mengenal, kamu mau kan Al?" tanya wanita berhijab maroon yang tak lain adalah Sinta.
"Iya Tan, enggak apa-apa biar Icha aku yang antar pulang," jawab Al.
Sinta memasuki mobilnya, kemudian bergantian dengan Al menaiki motornya. Tetapi Icha diam tak berniat untuk naik motor Al.
"Lo mau pulang enggak sih? Kok malah diem?" tanya Al
"Aku pulang naik taksi aja," Icha berniat meninggalkan Al, tetapi ia urungkan karena ucapan Al.
"Keras kepala banget sih lo, gue juga ogah sebenarnya nganter lo pulang, tapi kalo sampe Tante Sinta tau gue yang bakal disalahin, dikira ninggalin lo sendiri," ucap Al sedikit emosi.
"Urusan Mama biar aku yang tanggung," Icha masih bersikukuh tidak mau diantar pulang oleh Al.
"Ikut gue cepetan!" Seru Al lalu menarik tangan Icha dengan paksa.
"Lepas Al!" Seru Icha dan berusaha melepas tangannya dari cengkraman Al, tapi nihil, tak terlepas juga, sampai mereka berada disamping motor Al.
"Aku risih naik motor sama cowok," ucap Icha kemudian.
"Gue juga risih naik motor sama cewek kaya lo, kalo enggak terpaksa ogah gue," ucap Al dengan sinis. "Cepetan naik!" perintan Al.
Dengan terpaksa Icha naik ke atas motor, dengan penghalang ransel Al yang ditaruh di punggung. Sepanjang perjalanan Icha hanya berpegangan dengan tas Al, sebenarnya tak ingin berpegangan, tetapi karena Al melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, terpaksa Icha berpegangan.
Setelah dua puluh menit, mereka pun sampai di rumah Icha, lalu Icha turun dan masuk rumah tanpa mengucapkan terimakasih pada Al. Begitu pun Al, setelah menurunkan Icha dia langsung tancap gas tanpa peduli dengan Icha.
Bersambung.....
Yuk mampir di karya temenku,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ
apakahh nanti icha bakalan kena batinn karna sikapnya al hmm, apalagi kalo pacarnya al tau kalo al boncenggg icha
2022-10-06
0
Wanti Yo
babang Al...ku tunggu bucinmu ke Icha😃
2022-01-13
0
Rusminisuyitno
sama-sama jutek
2022-01-04
0