Martha yang sengaja ingin menenangkan diri di taman justru malah hatinya bertamba hancur ketika melihat keakraban Al dan Icha. Tadinya dia tidak begitu yakin itu mereka, karena keadaan Martha yang dibelakang keduanya, tetapi dia penasaran dan memastikan apakah itu mereka berdua apa bukan? Ternyata itu mereka berdua.
Seketika tangisnya bertambah, dia tak ingin menyaksikan keduanya pu memutuskan untuk meninggalkan taman, dia berlari duduk di pinggir taman yang bertepatan pinggi jalan. Masih dengan air mata yang membasahi pipinya.
Tiba-tiba saja aja seseorang yang mengendarai motor berhenti tepat didepan dia duduk. Martha tak memperdulikannya, dia masih saja menangis dengan menundukkan wajahnya.
"Kenapa lo nangis disini Tha?" tanya seseorang tersebut.
Martha yang hafal dengan suara itu, dia tidak menjawab justru malah langsung memeluk orang tersebut tanpa melihat wajahnya.
"Jangan nangis disini, ayo kita cari tempat lain supaya lo bisa nangis sepuasnya," saran Alvian dan disetujui oleh Martha.
Alvian tadinya mau menjemput adiknya yang menginap dirumah temannya, dia kebetulan lewat taman tersebut karena rumah teman adiknya dekat dengan taman itu. Tapi dia mengurungkan niatnya menjemput adiknya ketika melihat Martha sedang menangis dipinggir taman, lalu dia menghampirinya.
"Naik motor gue aja ya, lo suruh supir aja untuk ambil mobil lo Tha," titah Alvian.
"Iya," jawab Martha singkat.
Keduanya pun pergi meninggalkan taman, Alvian mengajak Martha ke apartemennya, bukan maksud apa-apa, tapi sepertinya jika diapartemen Martha lebih leluasa untuk menumpahkan kesedihannya.
Tak lama keduanya pun sampai di apartemen milik Alvian. Alvian membuka pintu apartemen dengan kode pin, dia masuk setelah pintu terbuka dan disusul oleh Martha.
"Kenapa lo nangis di taman sendirian tadi Tha?" tanya Alvian saat keduanya sudah duduk di sofa.
Martha pun menceritakan semuanya, mulai dari tujuan dia ke taman dan malah melihat Al dan Icha sedang tertawa bahagia.
"Lo yang sabar ya Tha, gue tau seperti apa perasaan lo karena gue juga mengalami hal yang sama," Alvian lagi-lagi mengatakan hal tersebut, dan itu membuat Martha penasaran.
"Emang lo patah hati kenapa?" tanyanya heran.
"Akan gue ceritain, tapi ini jadi rahasia kita berdua, lo gak boleh cerita sama siapapun termasuk Al, gimana?" ucap Alvian.
Martha mengangguk, "Iya gue akan jaga rahasia lo," ucap Martha yang masih terisak.
"Sebebarnya gue itu teman Icha sejak masih SMP, kita sekolah ditempat yang sama. Dia pertama masuk SMP belum berhijab seperti saat ini, dia anak yang supel, ramah dengan siapapu, dia pintar, anak orang berada tapi dia tidak sombong, sampai saat kelas dua SMP dia mulai menggunakan hijabnya, tapi sikapnya tidak berubah hanya dia lebih sopan, mulai saat itu gue jatuh cinta sama dia," Alvian menjeda kalimatnya.
"Awalnya gue cuma kagum aja sama dia, tapi lama kelamaan rasa kagum itu jadi sebuh cinta, gue mau ngungkapi perasaan gue gak berani. Sampai masuk SMA gue ikutin dia masuk SMA yang sama, berharap saat SMA gue bisa deketin dia dan ungkapin perasaan ini, tapi gue heran kenapa saat masuk SMA penampilannya justru malah seperti gadis culun, berbanding terbalik ketika di SMP, dia juga lebih tertutup. Gue mau ungkapin perasaan ini tambah semakin gengsi sama temen-temen gue, terutama Al yang pacarnya selalu gadis cantik," Alvian menghelanafas sebentar.
Martha masih saja mendengarkan certita Alvian.
"Dan kenapa gue gak pernah cari pacar ya itu alasannya gue mendem rasa sama Icha sejak dulu Tha, gue berharap kalo udah lulus SMA akan ungkapin perasaan ini, tapi kenyataan berkata lain. Pertama gue lihat Icha dirumah Al keluar dari kamar, pikiran gue udah macem-macem, gue juga nuduh mereka yang enggak-enggak. Itu membuat gue hancur, bener-bener hancur Tha, tapi itu semua gue sembunyiin didepan mereka. Apalagi setelah tahu kalau mereka sudah menikah, gue gak bisa berbuat apa-apa selain merelakan orang yang gue cintai bahagia bersama sahabat gue," Alvian mengahiri ceriyanya.
"Ternyata kisah lo lebih menyakitkan dari pada gue Yan, harusnya gue juga bisa merelakan Al bahagian sama Icha," Martha menunduk, tangisnya pun sudah mereda.
"Makanya gak usah nangis lagi, suatau saat kita pasti dapat penggantinya yang lebih baik Tha," tutur Alvian.
"Iya Yan, gue sekarang lebih lega aja setelah denger cerita lo, makasih ya semoga gue bisa kaya lo mengikhlaskan Al bahagia dengan istrinya," ucap Martha dia sudah lega rasanya setelah mendengar cerita Alvian, ternyata bukan hanya dirinya yang harus patah hati.
"Makasih ya Yan, gue sekarang mau balik aja, gan enak di apartemen cuma berdua kek gini," ucap Martha, lalu dia beranjak dan diikuti oleh Alvian.
"Ayo gue anter,"
"Makasih udah ngrepotin lo Yan, anter gue ketaman tadi aja, mobil gue masih disana," ucap Martha.
"Oke, gue juga mau kedaerah sana, jemput adik gue," jelas Alvian.
Keduanya pun kembali ketaman, karena memang jarak taman dengan apartemen Alvian tidak lah begitu jauh. Sampai di taman untungnya mereka tidak bertemu dengan Al dan Icha, entah mereka sudah pulang atau masih betah didalam taman.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Al dan Icha baru tiba dirumah setelah dhuhur, keduanya menghabiskan waktu beberapa jam ditaman dengan saling bertukar cerita. Mereka jadi lebih memahami satu sama lain.
Sore harinya Icha sedang berada didapur untuk membuat makan malam mereka, tetapi saat melihat isi kulkas ternyata melompong, hanya ada tiga butir telur saja yang tersisa. Icha baru ingat setelah pulang dari Singapura dia lupa belom belanja bahan makanan, dia juga gak ngasih uang pada pembantunya untuk belanja.
Akhirnya Icha memutuskan untuk meminta Al menemaninya belanja. Dia menyusul Al kedalam kamar.
"Al anter aku belanja bahan makanan yuk, kita sudah gak punya persediaan," pinta Icha setelah memasuki kamar.
"Biasanya kan Bibik yang belanja Cha, kok tumben kamu mau belanja?" tanya Al, karena memang selama tinggal dirumah Al dia tidak pernah belanja.
"Kasian kalo Bibik yang belanja, ini udah sore lagian Bibik juga pasti capek. Ohya tadi siang Bibi sama Mang Ujang makan apa ya? Kok aku baru inget, di kulkas kan gak ada apa-apa?" ucap Icha.
"Paling mereka delivery Cha, gak usah dipikirin mereka gak bakal kelaparan Cha. Ayo aku antar belanja," ucap Al lalu dia berdiri, mengambil kunci mobil yang berada diatas meja.
Keduanya pun melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli bahan makanan. Banyak sekali yang mereka beli, katanya untuk persediaan selama satu minggu. Setelah selesai berbelanja keduanya langsung pulang kerumah, karena waktu sudah menjelang maghrib. Setibanya dirumah, Icha menyerahkan kantong belanjaannya pada Bibik, supaya ditata dikulkas. Lalu dia melaksanakan seholat maghrib berjamaan dengan Al.
"Al mau aku masakin apa makan malam kali ini?" tanya Icha setelah menyelesaikan sholatnya.
"Apa aja, yang penting kamu yang masak, aku pasti makan," jawab Al dengan tersenyum.
Icha pun pergi kedapur untuk masak makan malam dan dibantu oleh Bibik. Tidak butuh waktu lama, masakan pun sudah selesai dan siap untuk disantap. Tetapi Icha lebih memilih untuk sholat isya' dulu sebelum makan malam. Baru setelah sholat mereka pun makan malam bersama. Keduanya terlihat lebih akrab daripada biasanya, dan itupun tak luput dari pandangan pembantunya yang ikut bahagia melihat keduanya.
Selesai makan malam keduanya memutuskan untuk kembali kekamar lagi, karena Al harus banyak mempelajari dokumen-dokumen yang dikirim oleh Papanya lewat email.
Sedangkan Icha, dia memilih mengganti bajunya dengan baju tidur. Karena dia tidak ada kegiatan mungkin Icha lebih memilih untuk baca novel online sebelum tidur sambil menemani Al.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Devi Novitasari
👍👍👍
2022-03-04
0
oLiVia
Alvian makanya gengsi itu jangan di pelihara ,, sekalian penampilan Icha culun harus terima apa adanya itu namanya klo memang benar 2 menyukai,,,
i
2022-01-10
0
Lisdayanti Londak
lanjut
2021-12-10
0