"Bukan gitu Yan, belum ada waktu yang tepat buat jelasin ke elo," ucap Al. Lalu dia mendudukan dirinya di sofa depan kamar. Dan disusul oleh Alvian.
Sedangkan Icha, turun kedapur bermaksud untuk mengambil air kompres untuk mengompres muka Al yang kena tonjok, dan memanggil pembantunya untuk membersihkan pecahan gelas tadi.
"Sebenarnya gue pengen ngasih tau ini sejak lama, tapi waktu itu pernikahan gue dadakan banget. Gue minta maaf sama lo ya," ucap Al.
"Sebenarnya gue masih kesel sama lo, bisa-bisanya hal sepenting ini lo gak jujur sama gue, ck," Alvian memang masih kesal tapi emosinya sudah kembali normal.
"Emang sejak kapan lo nikah sama dia?" tanya Alvian.
"Tiga bulan lalu, sebelum nyokap gue ke Singapur," jawab Al sekenanya.
"Berarti pas gue ketemu lo sama dia dan sodaranya di mall waktu itu, kalian udah nikah?" tanya Alvian penasaran.
"Begitulah,"
Alvian mendengus, mendengar pengakuan sahabatnya, dia kecewa kenapa gak jujur saja sejak dulu?
"Kok bisa lo nikah sama dia kenapa? Lo juga gak nolak? Kalian kan masih sekolah? Heran aja gue, makanya tadi gue gak percaya," banyak pertanyaan yang muncul dari dalam otak Alvian.
Lalu Al menceritakan semua, kenapa dia bisa menikah sama Icha secara terperinci.
"Oh gitu, tapi kenapa lo masih pacaran sama Martha?"
"Gue sebenarnya udah mau putusin dia, tapi gue bingung harus cari alasan apa, makanya sampai gue belom putus sama dia," jelas Al.
"Icha gimana lo masih pacaran sama dia?" tanya Alvian.
Saat Al akan menjawab, tiba-tiba Icha sudah berada didepannya membawa baskom berisi air kompresan.
"Al muka kamu harus dikompres, biar cepet sembuh," ucap Icha.
"Mau aku kompresin apa mau sendiri?" tawar Icha.
"Gue sendiri aja, makasih. Lo beresin pakaian yang mau kita bawa aja, lanjutin yang tadi," titah Al.
"Baiklah, aku tinggal ya Vian," pamit Icha. Lalu dia masuk kedalam kamar lagi. Pecahan gelas didepan pintu sudah dibersihkan oleh pembantunya.
"Emang dia gak keberatan kalo lo masih pacaran sama Martha?" tanya Alvian.
"Gak tau juga, gue gak pernah nanya," jawab Al sekenanya.
"Aneh lo, dia istri lo gue yakin dia sebenarnya gak ingin lo masih pacaran sama Martha, tapi mungkin dia sungkan buat ngomong gitu," ucap Alvian panjang lebar.
"Ntar gue pikirin dulu buat mutusin Martha," ucap Al, lalu dia meletakkan kain kompres yang sejak tadi dia tempelkan di pipi yang kena tonjok Alvian.
"Emang lo gak cinta sama istri lo?" Alvian mengintrogasi Al.
"Lo itu ya udah kaya wartawan aja, nanya mulu," bukan menjawab Al justru mengomeli Alvian.
"Tinggal jawab aja," desak Alvian.
"Apa?" Al pura-pura gak tahu.
"Ck, lo sebenarnya cinta gak sama istri lo itu?" Alvian mengulang lagi pertanyaannya.
"Gak," jawab Al singkat.
"Kalo istri lo gimana?" tanya Alvian lagi, penasaran.
"Mana gue tau, lo tanya sendiri aja,"
"Issh, coba lo tanya dia cinta gak sama lo, kalo cinta berarti dia sakit hati pas liat lo berduaan sama Martha," tutur Alvian.
"Iya, udah lah bahas yang lain, males gue bahas itu mulu," ucap Al protes.
"Oke gue sekarang mau cabut, eh lo beneran mau ke Singapur?" tanya Alvian ingat ucapan Al tadi disekolah.
"Iya, makanya gue suruh Icha beresin pakaian, sebentar lagi gue juga mau berangkat, sono lo pulang," ucap Al sambil mingibas-ngibaskan tangan seolah mengusir Alvian.
"Iya ya, mentang-mentang udah punya istri gue diusir, dah sono kalo mau lanjut berduaan sama istri tercinta, ahahaha," ucap Alvian langsung lari menuruni anak tangga, takut di tabok sama Al.
"Sialan lo, awas aja kalo ketemu!" teriak Al yang masih didengar oleh Alvian, karena dia masih di tangga.
Alvian hanya tertawa cekikikan.
Setelah kepergian Alvian, Al pun menyusul Icha membantu gadis itu mengemas barang-barang yang akan mereka bawa.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Pukul 13.00 siang mereka berdua sudah sampai di Bandara, terlihat ada kedua orang tua Icha juga kakak dan adiknya. Mereka mengantar Farhan kebandara, sekaligus ingin bertemu Icha dan Al.
"Kalian udah nunggu lama?" tanya Icha setelah berada didepan mereka. Lalu dia dan Al menyalami mereka.
"Enggak kok, baru lima menit yang lalu sayang," jawab Sinta dengan tersenyum.
Mereka pun melanjutkan mengobrol, kedua orang tua Icha berpesan kepada kedua anaknya dan menantunya. Banyak pesan-pesan yang mereka sampaikan.
Obrolan mereka terhenti, saat ada pemberi tahuan bahwa pesawat yang menuju Singapura akan segera berangkat. Otomatis Icha Al dan Farhan berpamitan kepada kedua orang tuanya, dan masuk kedalam pesawat.
Mereka bertiga duduk dikursi bersebelahan. Icha yang berada di tengah-tengah terhimpit oleh kedua pemuda, yang satu suaminya dan satu lagi kakaknya.
Dua jam perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di apartemen punya orang tua mereka. Apartemen yang mereka tempati bersebelahan, memang orang tua mereka sengaja membeli unit apartemen yang bersebelahan. Mereka membelinya dulu saat pertama kali memulai bisnis di negara tersebut.
Al dan Icha masuk kedalam apartemen dan disambut oleh kedua orang tua Al. Keduanya mencium punggung tangan kedua orang tersebut, Papa dan Mama Al begitu bahagia melihat anak dan menantunya datang.
Mamanya memang berobat disana, tapi tidak tinggal dirumah sakit, hanya saat kemoterapi saja atau saat keadaan Dina melemah, baru dia kerumah sakit.
"Gimana kabar kalian? Mama kangen banget sama kalian berdua," ucap Dina.
"Alhamdulillah kabar kita berdua baik Ma, kita juga kangen sama Mama dan Papa, kalo Mama sama Papa gimana kabarnya?" bukan Al yang menjawab melainkan Icha.
"Alhamdulillah, kami baik juga," jawab Mama Dina.
"Sekarang kalian istirahat dulu ya, perjalanan jaih pasti melelahkan," pinta Dina pada keduanya.
"Kamar kalian diatas, yang sebelah kiri tangga," tambahnya lagi.
"Baik Ma," ucap Al dan Icha bersamaan.
Mereka pun menyeret koper masing-masing menuju kamar yang sudah diberitahu oleh mamanya.
Memang unit apartemen tersebut mempunyai tiga kamar, yang satu dibawah untuk pembantunya dan yang dua ada diatas. Jadi mau tidak mau Icha dan Al satu kamar.
"Uhh capeknya," keluh Icha, lalu dia merebahkan diri di ranjang tanpa aba-aba, setelah meletakkan kopernya.
"Gue juga mau tidur Cha, yang bener dong posisinya jangan nguasai kasur," perintah Al.
Tanpa menjawab, Icha pun langsung berpindah posisi, yang tadinya melintang kini dia tidur dengan posisi lurus. Icha mencoba memejamkan mata, tapi tak kunjung terpejam juga, karena selama dipesawat dia tertidur dengan pulas.
Lalu dia memutuskan untuk membereskan baju-bajunya dan Al kedalam lemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Johanah Tata
ini terus terang saya kok lucu kalau ada yang komen ceritanya bagus... la wong bagus darimana masih sma sudah nikah terus selingkuh yang jadi perempuan bodoh. la ini cerita bagus darimananya... heran
2022-10-10
0
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ
Enakkk ya ca punyaaa abangg sama lakik yangg perhatiann
2022-10-06
0
Rusminisuyitno
semoga singapura menjadi awal percintaan mereka
2022-01-04
0