CINTA SI TUAN BUCIN
Deerrtt ....
Deerrtt ....
"Aaaah gila, kenapa juga mesti getar sekarang ini hp! Daritadi ditungguin gak ada yang hubungin, giliran aku udah ada kelas baru deh getar terus," keluh Camelia dalam hati.
Deerrtt ....
"Maaf, apa ada di antara kalian yang tidak ME NON AKTIF KAN handphone kalian di saat kelas saya sedang berlangsung?" tanya Bu Rina, salah satu dosen terjudes di kampus. Dengan penekanan kata yang khas, ia menatap satu-satu wajah mahasiswa di depannya, tidak lupa ia menekan bingkai kacamatanya sambil memberikan tatapan menyelidik kepada setiap mahasiswa.
Mereka yang ditatap hanya bisa memberikan jawaban dengan gelengan kepala. Ada pula yang menyebarkan pandangan, seolah bisa mendapatkan jawaban, siapa gerangan mahasiswa yang berani cari mati di kelas dosen kiler yang satu ini.
Camelia berusaha meraih ponsel yang ada di dalam tasnya, dengan gerakan perlahan tentunya, agar luput dari pandangan Bu Rina. Dengan mulut yang komat-kamit berdoa, berharap mata elang Bu Rina tidak tertuju padanya.
"CAMELIA, sedang apa kamu?!"
Bruuuuuk!
Terkejut, Camelia menjatuhkan tasnya. Isi tasnya tercecer, dan di sanalah sumber permasalahan itu. Ponsel mahal keluaran terbaru, yang baru di dapatnya pagi tadi sedang bergerak indah sekaligus menyebalkan di atas tumpukan buku-bukunya.
"Eeh ... anu, Bu, maaf, saya--"
"Tidak ada alasan!" bentak Bu Rina. "Kan saya sudah pernah bilang, jangan aktifkan handphone kalian di saat saya sedang mengajar. Sekalipun itu handphone keluaran terbaru dan termahal!" lanjutnya sinis, sambil mendengus menatap Camelia.
"Iya, Bu, maaf," ujar Camelia sambil tertunduk. Berusaha menjelaskan pun rasanya akan sia-sia. Bu Rina bukan tipe dosen yang mau mendengarkan penjelasan.
"Oke, kali ini saya maafkan, tapi tidak ada lain kali untuk sebuah pelanggaran, Amel. Sekarang bereskan tasmu, dan matikan handphone sialan itu!"
"Baik, Bu." Camelia bangkit dari tempat duduknya dan memasukan semua isi tasnya yang tercecer di lantai. Untunglah handphone itu sudah berhenti bergetar, seandainya bergetar lagi, maka tidak ada pilihan. Terpaksa ia akan membantingnya.
"Kamu gimana sih, Mel, berani-beraninya cari masalah sama dosen yang satu itu. Lagian gak biasanya hp kamu aktif pas jam pelajaran gitu."
"Aduuh pliiis deh Ola, kan dari tadi aku udah bilang, itu bukan hp aku. Masa sih kamu gak percaya. Lagian lihat deh, mana bisa aku beli hp mahal begini. Ini tuh keluaran terbaru, masih hangat, hits dan fenomenal," ujar Amel kesal sambil membuang muka, lalu kembali ke aktifitas yang sedari tadi dilakukannya, 'memelototi handphone tersebut'
Sudah berulang kali Ia menjelaskan kepada Ola, sahabatnya. Tapi yang diberikan penjelasan seolah tidak percaya, dan terus saja megeluhkan keteledorannya di jam pelajaran.
"Iya, iya, deh. Lah terus kamu ngapain daritadi begitu? Ntar keluar tuh bola mata."
"Menanti!" ujar Amel dramatis
"Menanti pangeran keluar dari layar hp?" Ola terkekeh melihat tingkah sahabatnya.
"kesel banget tau gak La, ini hp pake kunci pola. Gimana aku bisa cari tahu siapa pemiliknya. Setidaknya aku bisa telepon nomor penting di dalamnya, buat kasih info kalau ini hp ada sama aku. Sekalian aku kasih mode senyap gitu, biar gak berisik."
"Loh kan itu udah mode senyap."
"Iya senyap, tapi getar! Bikin aku malu di kelas, diomelin dosen."
Ola tertawa terbahak. "Ya udah habisin dulu tuh makanan, kasian mie instannya jadi obesitas tuh. Daritadi di cuekin, kalo kamu gak mau, sini buat aku aja." Ola menarik mangkuk mie di hadapan Amel.
"Eits, jangan. Ini jatah makan siangku. Kalau kamu embat juga, aku bisa kelaparan sampai besok," ujar Amel serius, kemudian ia makan dengan lahap.
"Uaa di ngiiin," ujarnya tak jelas dengan mulut penuh makanan.
"Iyalah jelas banget udah dingin, udah hampir setengah jam kita di kantin, bukannya makan, kamu malah sibuk melototin hp! Dimakan aja, gak usah bawel. Kali aja kenyangnya bisa awet, jadi gak perlu keluarin duit lagi buat ntar malam beli mie instan lagi. 'Kan mienya udah gede gede tuh ukurannya, udah menuhin usus."
Camelia hanya mengangguk, sambil menyodorkan ibu jari di hadapan sahabatnya, tanda bahwa ide Ola sangat cemerlang 'makan mie yang dingin dan mengembang bisa membuat mu kenyang lebih lama. Tentunya irit lebih lama pula.'
Camelia adalah mahasiswa berprestasi yang mendapatkan beasiswa di kampusnya. Jika tidak, mana mungkin Ia bisa melanjutkan kuliah. Ia hanya lah anak yatim piatu yang tinggal dan tentunya dibesarkan di salah satu panti asuhan di kotanya. Itu sebabnya ia harus hidup serba hemat.
Ia berusaha hidup mandiri, walaupun di panti tidak pernah kekurangan makanan, tetapi dirinya merasa malu, sudah berapa lama ia tinggal di panti asuhan, sudah berapa banyak makanan yang ia makan. Pasti banyak sekali, dan ia belum bisa memberikan apa-apa untuk rumah tersayangnya itu, tempatnya tinggal,tumbuh, dan besar.
Maka Camelia berinisiatif untuk membeli banyak mie instan dengan berbagai rasa setiap dirinya menerima gajih, dan menempelkan kartu kecil di atasnya. Bukan sembarang kartu, kartu itu bertuliskan jadwal kapan mie itu harus dimakan dengan sangat detail agar dirinya tidak khilaf. Dengan begitu jatah makanan dan camilannya di panti bisa diberikan untuk adik-adiknya. Yaaaa, adiknya banyak. Sangaaat banyak. Banyak anak yang kurang beruntung seperti dirinya.
'Tidak di inginkan oleh orang tua mereka sendiri!'
"Yuuuk, Mel, buruan bentar lagi ada kelasnya Pak Nono. Kalau telat masuk kita bisa mam to the pus, mampus. Pak Nono 'kan gak kalah judes sama Bu Rina." Ola menarik tangan Amel yang masih meneguk minumannya dengan santai.
"Warno La, Warno. Biasakan sebutin yang lengkap namanya, rasanya aneh aja gitu, Nono. Apaan Pak Nono, geli tau dengarnya. Kayak nama anak kecil gitu, yang cute, lucu imut padahal enggak," ujarnya terkekeh.
"Aaah, udahlah gak usah bawel, buruan ayuuuk! Terakhir telat masuk kelasnya, Pak Nono itu telpon mamah aku. Habislah sampai rumah aku dimarahin. Berasa kayak anak SMA tau gak sih, telat masuk kelas doang di aduin."
"Hahaha, itu karena kamu selalu telat masuk kelasnya Pak Nono. Eeeh Pak Warno! Makanya diaduin, dan yang paling penting Ola sayang, nilaimu paling anjlok di kelasnya Pak Warno."
"Mulaiiii deh ya bahas nilai. Aku Tersinggung nih!"
"Uuuuuh aku takuuut! Ola tersinggung. Hahaha." Camelia meledek sambil bangkit dari tempat duduknya. Kemudian berlari meninggalkan Ola yang memasang wajah sebal.
Saat hampir tiba di depan kelas, ponsel mahal itu bergetar lagi. Tepat saat Ola berhasil menyusulnya dan mulai mengomel.
"Jahat banget kamu Mel, aku diledekin, di tinggalin, di--"
"Shuut!" Camelia memberikan isyarat untuk diam kepada sahabatnya. Sebelum akhirnya ia mengangkat telepon.
"Halo, assalamua ...."
"Lho, kok perempuan? Tian mana? Kamu siapa? Siapanya Tian? Hayoo jawab! Kamu pasti godain tunangan aku ya? Iya 'kan, ngaku deh kamu dasar perempuan gatal. Pantesan dari tadi aku telpon gak diangkat angkat, ternyataa--"
"Mba, bentar dulu mba--"
"Apaan kamu sebut aku mba, aku bukan mba nya kamu! Sekarang panggilin tunangan aku!"
"Mba sabar dulu, mba salah paham. Hp ini--"
"Aaah udahlah gak usah banyak alasan, kamu perempuan jahat, murahan, keterlaluan, mana tunangan saya?"
"Mba, saya engak--"
"Aaaah diam, sekarang panggilin Tian , dasar perempuan murahan!!"
"Tunangan kamu lagi mandi!"
Tuut!
Dengan kesal Amel memutuskan panggilan tersebut.
"Yuuuk La masuk, Pak Nono udah di dalam kelas tuh." Dengan santai ia melenggang masuk, meninggalkan Ola yang masih terpaku di tempatnya dengan mulut terbuka.
Sahabatnya pasti berpikir sama seperti dirinya. "Tunangan kamu lagi mandi"
Whaat?! kenapa mulutnya bisa seteledor itu.
Ini masalah baru, yang pelan-pelan harus di selesaikannya.
Tanpa sadar Ia terus memukul-mukul kepalanya di saat pelajaran pak Nono sedang berlangsung.
Eeeeeh Pak Warno!
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
™febri@n.*
baru baca sdh kepicut thor😘
2023-08-18
2
Jamilah MiuShop Samarinda
baru mulai baca yang ini 😁
2022-12-04
1
Nelly Katanya
salah sendiri si penlefon nya nyerocos trus kyk mercon ukuran jumbo
2022-11-29
0