"Turunkan aku, plis!" pinta Camelia.
"Kenapa? Seharusnya kamu berterima kasih karena digendong oleh cowok tampan sepertiku," ujar Sbastian datar.
"Iiish pede banget sih. Cepat turunin, aku malu."
"Kalau aku turunin kamu, terus gimana cara kamu pulang?" tanya Sbastian.
"Kamu bawa mobil, 'kan? Turunkan aku di sini, terus kamu ambi mobilmu. Biar aku tunggu di sini."
"Mobilku di apartemen."
"Hah, jadi kamu kesini tadi jalan kaki?" tanya Camelia terkejut.
"Enggak. Aku gak jalan kaki, aku lari."
"Jauh banget !" Seru Camelia.
"Salah kamu, minggat jauh banget."
"Kita naik taksi aja!" pinta Camelia lagi.
"Aku gak bawa uang."
"Nanti bisa dibayar kalau kita sampai di apartemen."
"Di apartemen juga sudah gak ada uangku, Camel! 'Kan sudah kamu habisin buat shopping tadi."
Camelia tertunduk mendengar perkataan Sbastian.
"Gak usah sedih. Mulai besok aku akan kerja lebih giat, buat kamu!" Seru Sbastian bercanda, ia takut Camelia tersinggung dengan perkataannya.
Camelia hanya diam saja. Tidak menanggapi perkataan Sbastian.
"Kamu berat!" Mendengar komentar itu Camelia langsung mendongak.
"Serius!" ujarnya panik.
Sbastian tertawa renyah. "Iya. Kayak kuda nil, hahaha!"
Camelia mencubit lengan Sbastian. Sbastian terus menggodanya hingga mereka tiba di apartemen.
Sesampainya di apartemen, Sbastian segera menuju kamar tamu dan membaringkan Camelia di atas ranjang dengan perlahan.
"Kenapa kakimu bisa terkilir?" tanya Sbastian.
"Aku tersandung." Camelia menjawab singkat.
"Makanya kalau jalan itu lihat-lihat," ujar Sbastian, sambil menyiapkan air hangat dan handuk kecil untuk mengompres kaki Camelia yang terlihat bengkak.
Camelia menolak saat Sbastian menggulung celana jeansnya lalu mulai menutul-nutulkan handuk hangat tersebut ke kakinya, tetapi Sbastian tidak menghiraukan ocehan Camelia. Ia terus mengompres bengkak pada kaki Camelia lalu mengoleskan salep di kaki gadis itu.
"Sip, sudah selesai. Tidurlah, semoga besok kakimu sudah baik-baik saja. Besok kita harus menemui kedua orang tuaku."
"Oh. Benar juga, semua demi tugas itu." Camelia berkata pelan. Sebenarnya semua perlakuan manis Sbastian tadi membuatnya terpesona, ada perasaan hangat di hatinya saat mendapatkan perlakuan semanis itu. Dirinya pikir Sbastian tulus, tetapi ternyata semua itu dilakukannya demi kepentingan Sbastian sendiri. Jujur saja, Camelia sedikit kecewa.
"Ada apa?" tanya Sbastian melihat Camelia melamun.
"Tidak apa apa. Keluarlah, aku mau tidur," ujarnya, lalu berbaring dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
"Selamat istirahan , Camel," ujar Sbastian, lalu keluar dari kamar itu.
***
"Ini untuk besok. Kalau yang ini untuk semalam, harusnya semalam aku makan yang ini ... nah yang ini untuk hari ini! Jadi demi menjaga agar tetap konsisten, pagi ini aku bisa makan dua bungkus mie. Asyik!"
"Sedang apa kamu?" Sbastian tiba tiba muncul saat Camelia sedang sibuk memilah mie instannya di dapur. "Apa ini? Kenapa mie di kasih kartu kartu begini?" tanyanya lagi memperhatikan setiap kemasan mie yang di beri kartu-kartu kecil berwarna pink.
"Itu tuh tanggal dan waktu kapan mie itu siap untuk masuk perutku." Camelia menjawab dengan santai
"Haah, kenapa harus begitu? 'Kan tinggal dimasak. Repot banget sampai dikasih tanggal segala," ujar Sbastian sambil menguap.
"Supaya aku konsisten! Satu hari cuma boleh makan tiga bungkus mie. Supaya gak khilaf makanya dikasih tanggal begitu, biar irit," ujarnya polos, membuat Sbastian tiba-tiba merasa iba. "Naaah, karena semalam aku gak makan malam, maka pagi ini aku boleh makan dua bungkus." Camelia menambahkan dengan senyum semringah, sambil berlalu ke dapur.
"Aku mau dong satu, buatin ya!" teriak Sbastian, sambil mengintip isi ransel Camelia yang tergeletak di atas meja makan. "Astaga, isinya benar-benar mie semua!" gumamnya.
"Gak boleh! Kalau kamu ambil satu. Berarti nanti siang aku gak bisa makan siang." Camelia balas berteriak dari dapur.
Beberapa menit kemudian Camelia mulai sibuk mengunyah dan menelan, dia tidak memedulikan Sbastian yang terus mengomel dan mengatai Camelia dengan sebutan pelit dan rakus.
"Aargh nikmat!" seru Camelia, saat selesai menyantap sarapan paginya, Sbastian hanya memandang kesal ke arah gadis itu.
"Mandi kemudian bersiaplah, kita ke rumah orang tuaku setengah jam lagi," perintah bastian, sambil berlalu dari hadapan Camelia.
"Kamu mau kemana?" teriak Camelia, melihat Sbastian membuka pintu.
"Mau beli mie instan," sahut Sbastian tanpa menoleh.
"Kenapa dia gak beli punyaku aja!" ujar Camelia sambil menggaruk kepalanya.
***
Setengah jam kemudian, Sbastian dan Camelia segera menuju kediaman orang tua Sbastian.
Camelia luar biasa tercengang saat mobil yang ia tumpangi memasuki halaman sebuah bangunan yang sangat megah. "Wah! Luar biasa. Kamu ternyata anak orang kaya. Aku pikir kamu sales mobil," seru Camelia, menatap kagum pada bangunan di depannya.
Bangunan itu adalah kediaman orang tua Sbastian. Bangunan bergaya Yunani kuno, dengan banyak pilar yang berukuran besar yang terbuat dari batu marmer kualitas terbaik. Sulit untuk tidak terkagum-kagum saat melihat bangunan tersebut.
Belum lagi halamannya yang sangat luas, dilengkapi dengan lapangan golf di sisi kanan bangunan, sementara di sisi kirinya terdapat taman bunga, lengkap dengan kursi taman dan gazebo.
Sungguh Camelia tidak dapat mengedipkan matanya. Dia terus bergumam untuk menyatakan kekagumannya.
"Jangan terlihat kampungan." Sbastian menegur sikap Camelia yang terlihat berlebihan.
"Aku bukan kampungan. Aku--"
"Sudahlah gak usah dibahas. Ayo turun, kita sudah sampai." Sbastian turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Camelia.
Siang ini Camelia terlihat sangat anggun, ia mengenakan dress polos selutut berwarna putih dan rambutnya disanggul sederhana, dengan sedikit rambut dibiarkan menjuntai di kanan dan kirinya, membingkai wajah cantiknya.
Bagitu turun dari mobil, terlihat beberapa pelayan datang menghampiri mereka kemudian memberikan salam kepada Sbastian dan Camelia. Camelia membalas salam mereka dengan sangat ramah dan memberikan senyum terbaiknya.
Mereka memasuki rumah besar dan megah itu, jantung Camelia berdegup kencang. Tangannya terasa dingin dan berkeringat, tapi kemudian tangannya terasa hangat, ternyata Sbastian menggenggam tangannya, dari sanalah kehangatan itu berasal.
"Jangan gugup, santai saja. Mami dan Papiku bukan orang jahat. Mereka hanya terobsesi ingin segera menimang cucu. Jadi saat bertemu dengan mereka nanti, kamu cukup bilang kalau kamu siap kunikahi kapan saja. Maka, masalah selesai. Untuk sementara posisiku aman, sehingga mereka gak perlu repot mencarikan jodoh untukku lagi."
Camelia hanya mengangguk gugup.
"Waaaah Tian! Lihatlah, siapa yang kamu bawa kemari." Terdengar suara yang tidak asing bagi Sbastian. Pemilik suara itu adalah Isabel.
"Sial, kita kalah cepat," komentar Sbastian saat melihat sosok sombong Isabel yang berdiri di puncak anak tangga.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Sbastian dengan kaku.
"Sedang apa lagi kalau bukan sedang mengunjungi calon mertuaku, " Jawab Isabel angkuh sambil berjalan menuruni tangga.
"Hai, lihatlah! Wanita kampungan ini berubah jadi putri dalam sehari. Wah luar biasa, bermimpi ingin menjadi cinderela, ya?" ejek Isabel sambil menarik sanggul Camelia. Membuat sanggulnya terbuka.
"Isabel! Jangan sentuh dia." Sbastian membentak Isabel dan menarik Camelia agar mendekat ke tubuhnya.
"Wah kenapa? Terserah mau kuapakan dia. Dia perusak hubungan kita, gara-gara dia semua jadi kacau seperti ini. Dia pantas untuk Mendapatkan perlakuan Seperti apapun dariku!" Isabel menarik tangan Camelia dan mendorongnya hingga Camelia terjatuh.
Camelia menjerit, sialnya saat itu ia memakai sepatu high heels, sehingga ia tidak dapat menahan tubuhnya.
Sbastian menatap marah pada Isabel, lalu bergerak menghampiri Camelia.
"Ada apa ini?" terdengar suara berat dan tegas dari salah satu ruangan yang ada di lantai bawah.
Itu suara sang tuan rumah. Ayah Sbastian memberikan tatapan tajam kepada mereka semua, terutama kepada Camelia.
Camelia merintih di dalam hati. 'Huft! Kesan pertama yang buruk.'
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Naifa Azahra
next
2021-01-06
0
Dzakiah Azzura Rahnah
lanjuut
2020-11-28
0
you_are_nana1485
Like bab yg tertinggal
2020-11-07
1