Camelia segera turun dari mobil begitu tiba di rumah, sepanjang perjalana, Nyonya Handoko berusaha menghiburnya, tapi sulit sekali baginya untuk merasa terhibur. Hingga akhirnya Nyonya Handoko menyerah dan mereka melanjutkan perjalanan dalam diam.
"Mami, Amel langsung masuk kamar, ya. Amel ngantuk," katanya dengan suara pelan.
"Iya sayang, istirahatlah," ucap nyonya Handoko sambil mengusap lembut rambut Camelia. Camelia tersenyum, lalu berjalan menuju ke kamarnya.
Ia segera mengganti gaun cantik yang dikenakan dengan piyama panjang berwarna soft pink yang ada di atas meja rias. Entah piyama itu milik siapa.
Camelia duduk di tepian tempat tidurnya sambil menangis, merasa sedih sekali mendapat perlakuan tidak baik di pesta tadi. Ia mengusap air matanya lalu berbaring, saat hendak bersiap tidur, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia segera bangkit dan membukanya, ternyata Sbastian.
"Hei," sapanya dengan senyum semringah.
"Hem." Camelia menjawab seadanya.
"Suka piyamanya?" tanya Sbastian.
"Kamu yang beli?"
"Iya."
"Aku suka." Camelia berusaha tersenyum.
"Mau makan es krim?" Sbastian kembali bertanya.
"Malam-malam begini? Nanti aku gendut."
"Bagus dong, aku lebih suka bokong gendut."
"Iih apaan sih." Camelia mencubit pinggang Sbastian.
Sbasgian tertawa renyah. "Aku bercanda. Yuk kita makan di lantai paling atas," ajaknya lagi. Camelia mengangguk setuju, lalu berjalan berdampingan dengan Sbastian menuju lantai tiga rumahnya.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Biasa saja."
"kamu habis menangis?"
"Enggak!"
"Matamu bengkak, sini coba aku lihat." Sbastian menarik Camelia ke dalam pelukannya, menangkupkan kedua tangannya di kedua pipi Camelia, lalu mengusapnya dengan lembut.
"Sudah kuusap, jangan menangis lagi," kata Sbastian lembut, kemudian menggandeng tangan Camelia dan menaiki anak tangga. Saat tiba di lantai atas mereka berpapasan dengan seorang pelayan yang menundukan kepalanya kepada Sbastian dan Camelia.
"Wah, Nona terlihat makin cantik memakai piyama itu. Tadinya saya ragu apakah Nona akan suka atau tidak, tapi ternyata Nona sangat cocok mengenakannya." Pelayan itu berkata dengan polos, tidak memperhatikan wajah Sbastian yang berusaha memberinya isyarat untuk tutup mulut.
Camelia tersenyum dan memberikan ucapan terima kasih kepada pelayan tersebut, lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju balkon. "Jadi pelayan kamu yang pilihkan baju ini?"
Sbastian hanya garuk-garuk kepala sambil terkekeh.
"Tapi 'kan uangnya dari aku. Aku gak tau apa kesukaanmu, jadi aku menyuruh pelayan saja, sesama wanita biasanya akan tahu apa yang disukai wanita lain. Benar, 'kan?"
Mereka akhirnya tiba di balkon. Sekali lagi Camelia dibuat terkesan oleh apa yang dilihatnya. Siapa sangka di bagian paling atas rumah tersebut terdapat sebuah kolam renang yang sangat besar dan yang lebih menakjubkan, bagian dasar kolam itu bukan seperti kolam renang pada umumnya yang terbuat dari keramik, melainkan dari kaca bening. Sehingga orang yang berenang akan terlihat dengan jelas dari ruangan yang ada di bawah kolam itu.
"Wuaah!" Camelia menatap takjub. "Ruangan apa yang ada di bawah kolam ini?" tanya Camelia.
"Ruang musik," jawab Sbastian sambil menarik kursi santai untuk Camelia.
"Benarkah? Siapa yang bisa main musik di rumah ini? Jangan bilang kamu, karena aku gak akan percaya."
"Memang aku. Kalau kamu gak percaya nanti akan kutunjukan," ujarnya, lalu menyodorkan es krim ke mulut Camelia. Camelia melihatnya sekilas sebelum akhirnya membuka mulutnya.
"Alat musik apa yang kamu bisa?"
"Aku bisa semuanya, tapi aku lebih suka piano." Sbastian menjawab sambil menyendokkan es krim ke mulutnya sendiri.
"Eh, kamu gak jijik?"
"Jijik kenapa?"
"Itu sendok esnya 'kan dari mulut aku."
"Terus kenapa? Bukankah tadi pagi justru mulut kamu yang berada di dalam mulutku, kenapa sekarang harus jijik," ucapnya santai.
"Stop oke, jangan dibahas." Camelia mendelik pada Sbastian.
Sbastian hanya mengedikan bahunya, lalu kembali menyuapi Camelia dengan es krim.
"Jadi sekarang kita TTM." Sbastian kembali menggoda Camelia.
"Kapan kita jadi TTM , berteman saja kita enggak! "
"Oh ya, tapi kita sudah berciuman, lalu sebutan apa yang cocok untuk kita?"
Camelia kembali menatap gusar pada sosok tampan di hadapannya.
"Sudah aku bilang jangan dibahas," ucapnya dengan penekanan dalam setiap kalimatnya.
"Oke." Sbastian mengedikan bahunya.
"Well, besok kita jadi kembali ke Kalimantan?" Camelia bertanya.
"Ya, rencananya besok aku akan terbang ke sana, ada beberapa urusan pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujarnya dengan wajah muram.
"Akhirnya aku akan kembali." Camelia tersenyum bahagia.
"Kamu gak suka tinggal di sini?"
"Suka sih, tapi 'kan di sini bukan tempatku."
"Rumah ini bisa jadi tempatmu kapanpun kamu mau." Sbastian berkata serius kepada Camelia.
"Gak semudah itu," ujar Camelia muram, "Oh ya, bagaimana dengan mami dan papi. Kita harus bilang apa sama mereka?"
"Entahlah. Aku juga bingung." Sbastian terlihat lebih muram dari Camelia. "Nanti saja kita pikirkan itu, sekarang belum terlalu malam, apa kamu mau melihatku memainkan piano?" tanyanya.
"Boleh juga." Camelia tersenyum, lalu bersama-sama mereka menuju ruang musik.
Sesampainya di ruang musik, Sbastian menghampiri piano besar yang terletak di tengah ruangan, ia menggandeng tangan Camelia dan mendudukannya di kursi yang terletak di hadapan alat musik itu, lalu Sbastian ikut duduk di sebelahnya.
"Kamu suka musik jenis apa? tanya Sbastian
"Apa saja kudengarkan," ujar Camelia singkat sambil menatap Sbastian. "Cepat mainkan."
"Hem, oke. Ini spesial buat kamu Love story karya Richard clayderman." Sbastian tersenyum dan mulai memainkan alunan melodi tersebut.
Camelia memejamkan mata menikmati alunan melodi indah yang dimainkan oleh Sbastian. Iramanya sangat indah dan lembut, seolah menyiratkan kesedihan yang mendalam. Bagian dalam dadanya bergetar, irama ini membuat hatinya terasa sedih.
Tidak sadar, Camelia meneteskan air mata. Sbastian menyentuh pipinya lembut. Camelia terkejut dan membuka matanya. "Maaf, aku hanya merasa sedih mendengarnya."
Sbastian tidak mengacuhkan ucapan Camelia, ia tetap memainkan piano itu, matanya tertuju pada Camelia sambil mengucapkan, "Sepasang muda mudi bertemu di sebuah perpustakaan. Mereka saling jatuh cinta, akan tetapi mereka sama-sama tidak menyadari perasaan mereka. Saat perasaan mereka mulai dalam, akhirnya mereka menjalin sebuah hubungan yang indah, kisah mereka tidak mudah, cinta mereka tidak direstui oleh kedua orang tua si pria. Pada akhirnya demi mempersatukan cinta mereka, mereka menikah diam-diam." Sbastian berhenti, lalu memejamkan mata, masih tetap memainkan piano tersebut. Sekarang Camelia lah yang menatapnya tajam.
"Tapi kemudian, sang suami mengetahui bahwa wanita yang ia cintai ternyata mengidap penyakit kanker, ia berusaha hidup dengan normal. Walaupun hatinya hancur mengetahui hal tersebut, tapi ia berusaha hidup bahagia dengan wanita pemilik hatinya." Sbastian membuka mata, lalu menatap Camelia. "Lagu ini adalah soundtrack sebuah filem romantis dan sedih, wajar saja kalau kamu baper sampai meneteskan air mata."
"Lalu bagaiman akhir kisah cinta mereka?" tanya Camelia.
"Gak seru kalau aku ceritakan sekarang, nanti saat aku memainkan lagu ini lagi untuk kamu akan aku selesaikan ceritanya," ucapnya, lalu mengecup puncak kepala Camelia, seolah itu semua wajar.
Camelia tersenyum pahit. "Akan kah ada lain kali? Bukankah hari ini adalah hari terakhir kita bersama?"
"Kamu merasa begitu?" tanya Sbastian sambil membuang muka. "Kalau begitu ayo kita ke dapur?"
"Untuk Apa?"
"Kamu harus mencicipi masakanku, aku juga jago memasak. Hari ini hari terakhir kita, mari lakukan yang bisa kita lakukan bersama!" ujarnya sambil mengulurkan tangannya pada Camelia. Camelia menyambut dan menggenggam erat tangan itu.
'Sbastian, sebenarnya aku nggak mau kita berpisah!' batin Camelia, lalu buru-buru mengusap air mata yang kembali jatuh membasahi pipinya.
Bersambung ....
.
.
.
.
NB: Episode kali ini agak pendek ya. Next akan author kasih yang lebih panjang.
supaya lebih menghayati adegan di ruang musik itu, kalian bisa dengarkan instrumental dari Richard clayderman yang berjudul Love Story. Asliiii author suka banget musik itu 😭..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Merry Dara Santika
Aku gak mau berpisah sama tuan bucin. Tp halu ku hrs d akhiri taun bucin. ☺
2021-08-16
1
Leni Mardiana
lanjut aku tetap mengikuti cerita nya thor
2021-03-15
0
Naifa Azahra
hadir
2021-01-06
0