Keesokan harinya, Camelia sibuk menyiapkan segala keperluannya untuk berangkat ke Jakarta, ia tidak memiliki koper, karena Ia memang tidak pernah bepergian jauh. Ia memasukan semua barang bawaannya ke satu ransel besar.
"Mau ke mana, Mel?" Alvian tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Aah ngagetin aja kamu, Al! Aku mau ke Jakarta."
"Haaah, Jakarta. Mau ngapain kamu kesana? Mau jadi artis?" tanyanya asal.
"Emang menurut kamu, aku cocok ya jadi artis?" tanya Camelia sumringah.
"Iya cocok banget. Jadi pemain filem horor. Kamu mirip banget sama suketi!" jawabnya.
"Aaah, Al, kamu nyebelin banget deh." Camelia menghujani Alvian dengan tinjunya. Al hanya tertawa, tapi kemudian Al menghentikan tangan Camelia dan menarik tubuh Camelia mendekat ke tubuhnya.
Lama mereka hanya saling tatap, kemudian Al mendorong tubuh Camelia menjauh. "Pergilah, hati-hati di jalan!" Hanya itu, lalu Ia pergi dari hadapan Camelia. Camelia mengelus dada, kemudian bergumam "Kenapa dia? Beberapa hari ini tingkahnya aneh banget!" Batinnya.
"Mel, Amel! Ini Ibu udah buatin kamu bekal, buat makan di pesawat nanti, 'kan kalau beli makanan di bandara bisa mahal Mel, sayang uang kamu." Bu Lastri menghampiri Amel dengan membawa kotak makan besar.
"Makasih, Ibu. Harusnya Ibu gak usah repot-repot!" jawab Amel ramah, sambil menerima kotak makan dari Bu Lastri.
"Ya gak apa toh, Nduk, kan gak tiap hari. Nanti di sana belajar yang baik, ya, Nduk, biar orang Jakarta pada tahu, kalau pelajar Kalimantan ini juga pintar-pintar."
"Iya, Bu," jawab Amel pelan, ia merasa tidak enak karena membohongi Bu Lastri. Ia pamit ke Jakarta dengan alasan ada tugas dari Universitasnya yang harus diselesaikan di sana dan Bu Lastri dengan mudahnya percaya pada alasan Camelia, hal itu membuatnya merasa semakin tidak enak hati.
"Ya udah kalo gitu Amel berangkat, ya, Bu, takut nanti ketinggalan pesawat," katanya, sambil meminta tangan Bu Lastri untuk diciumnya.
"Iya, hati-hati di jalan, ya, Nduk," ucap Bu Lastri.
***
"Kamu terlambat lima belas menit!" ujar Sbastian.
"Hai, cowok sombong, kamu gak lihat aku masih ngos-ngossan begini? Bukannya menyapa aku dengan lebih ramah, malah 'kamu terlambat lima belas menit!" omel Camelia kesal, sambil menirukan gaya bicara Sbastian.
"Ya sudah buruan, sebentar lagi pesawat lepas landas!" jawabnya acuh, sambil berjalan meninggalkan Camelia yang kesusahan menyeret ransel besarnya.
Sbastian menoleh, melihat Camelia kesulitan, ia lantas berbalik dan menarik ransel Camelia, menyampirkannya di pundaknya sementara tangan satunya menggenggam pergelangan tangan Camelia.
"Kita harus lari."
"Whaaat. Enggak! Aku capek."
"Sudah gak ada waktu!" Sejurus kemudian Sbastian berlari sambil menggenggam tangan Camelia. Mereka berlari hingga tiba di pintu terminal keberangkatan, untuk pengecekan barang bawaan.
***
Kurang lebih satu jam perjalanan akhirnya mereka tiba di bandara Soekarno-Hatta. Camelia takjub sekali karena ia bisa berada sejauh ini. Selama ini Ia tidak pernah Berpergian hingga keluar pulau, itulah sebenarnya ia sangat menantikan perjalanan ini. Walaupun ada sebuah misi menyebalkan di baliknya.
"Itu jemputanku! Cepat bawa tasmu!" Sbastian melemparkan ransel Camelia yang sedari tadi tanpa sadar dibawanya.
Camelia menangkapnya dengan sigap, "Huuuuh dasar, udah bucin, galak pula."
Mereka duduk bersampingan di dalam sebuah mobil mewah. Sbastian hanya diam mematung, sesekali memejamkan matanya. Sementara Camelia, ia sangat berisik.
"Wooow, Ibu Kota!!" Katanya, lalu menolehkan kepalanya untuk berbicara dengan Tian. "Rumahmu di mana, Tuan bucin? Apa dekat dengan Monas? Aku pengen banget lihat Monas, sudah setua ini lho aku, tapi belum pernah lihat yang aslinya, paling cuma lihat di TV. Oh ya, itu emas yang di atasnya beneran emas ya? Waaah ada ya emas yang segede itu, kalau di jual bisa buat beli mie instan berapa kardus. Ckckck, pasti banyak sekali."
"Aargh, bisa diam gak sih kamu? Dari tadi ngoceh terus. Apa mulut kamu gak capek?" Seru Sbastian kepada Camelia.
"Idiiih cuma tanya doang!" Balas Camelia jutek, lalu berpaling sambil menepuk pundak sopir yang sedang mengemudikan kendaraan tersebut.
"Pak, pak, kalau Monas jalannya ke arah mana. Saya mau--"
"Shuut, susah banget dibilangin!" potong Sbastian, menghentikan ocehannya. "Jangan ladeni dia, fokuslah mengemudi," Lanjutnya membetitshu si pengemudi, lalu bersandar santai. Camelia mendengus kesal.
***
Mereka turun di sebuah gedung bertingkat, bukannya di Balikpapan tidak ada gedung yang tinggi, hsnya saja dia belum pernah melihat yang setinggi ini dari jarak sedekat ini.
Mereka memasuki lobi gedung tersebut. "Ternyata ini sebuah apartemen!" batin Camelia. Sbastian memencet tombol lift dan masuk ke dalamnya, kemudian disusul oleh Camelia.
Lift itu berhenti di lantai delapan belas. Masih dalam diam, camelia mengikuti langkah cepat Sbastian. Hingga mereka tiba di sebuah pintu, Sbastian mengeluarkan kartu RFID dan memasukannya ke mesin pembaca kartu tersebut, sehingga berbunyi 'Klik' dan pintu terbuka.
Sbastian melangkah masuk, tapi tidak dengan Camelia. Dia hanya diam berdiri di depan pintu. Sbastian memperhatikan lalu bertanya.
"Gak mau masuk?"
Camelia hanya menggeleng cepat.
"Kenapa?"
"Di dalam gak ada siapa-siapa. Kalau kamu macam-macam gimana?" ujarnya serius
Sbasrian tertwa. "Aku!! Macam-macam sama kamu? Kamu bukan tipeku!" Sbastian kembali tertawa terbahak-bahak.
Wajah Camelia memerah, dia malu sekali karena bersikap begitu percaya diri dan sekaligus sangat marah dengan perkataan Sbastian "Apa aku sejelek itu, sampai-sampai aku ini bukan tipenya!" gumam Camelia.
Camelia menerobos masuk, menabrak tubuh Sbastian yang masih tertawa terpingkal-pingkal di depan pintu.
"E'eeh mau kemana?" tanyanya kaget, karena Camelia tiba-tiba saja menabrak dirinya.
"Mau masuk lah, aku gak datang jauh-jauh kemari cuma buat tiduran di lorong apertemen!" jawab Camelia jutek, sambil mendelik kesal.
"Jangan! Nanti kamu macam-macam sama aku!" kembali Sbastian tertawa terbahak-bahak sambil berlalu dari hadapan Camelia.
Camelia menghela napas "Huft, welcome to Jakarta Camelia!"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Naifa Azahra
uhuuu
2021-01-06
0
Dzakiah Azzura Rahnah
lanjuut
2020-11-28
0
you_are_nana1485
hdr
2020-11-04
0