MERINDUKANMU

Tok, tok, tok!

Camelia bangkit dari atas tempat tidurnya, lalu berlari dengan sangat bersemangat untuk membukakan pintu.

"Apa, sih, Bucin ...?" Kata-katanya mengambang di udara, saat yang ia lihat di hadapannya adalah Siska. Seperti tersadar, Cemelia kemudian mengedarkan pandangannya, wajahnya mendadak muram. Bukan karena ia tidak suka kembali ke panti, hanya saja ia menyadari satu hal yang sangat membuat hatinya merasa kosong. Tidak akan ada lagi sosok Sbastian ke sudut manapun matanya memandang.

"Hei, kenapa?" Siska menjentikan jarinya di hadapan wajah Camelia.

Camelia mengerjap lalu tersenyum pada wanita di hadapannya. "Gak apa-apa, Mba. Ada apa Mba kemari?"

"Ada yang nyari kamu tuh di depan."

Tanpa menanyakan siapa yang datang, Camelia langsung berlari ke luar rumah dan lagi-lagi Ia harus menelan kekecewaan.

"Bukan seperti yang diharapkan?" Ola menanyakan hal itu, saat melihat dengan jelas raut wajah Camelia yang tiba-tiba berubah menjadi muram saat melihatnya.

Camelia menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat. Ola mengusap punggungnya dengan lembut saat merasakan tubuh Camelia mulai bergetar. Sahabatnya itu menangis.

"Jangan menangis. Kamu jadi tambah jelek,“ ujar Ola dengan suara pelan, ia ikut merasakan kesedihan Camelia.

"Ayo masuk ke kamarku," ajak Camelia. Kemudian kedua sahabat baik itu berjalan beriringan memasuki bangunan panti asuhan yang ada di hadapan mereka.

Ola duduk di atas tempat tidur Camelia dengan santai begitu mereka tiba di kamar Camelia

"Mau minum apa, La? Air putih atau air bening?" tanya Camelia sambil tersenyum jahil.

"Air mata!" jawab Ola tak acuh. "Kapan sampai, Mel? Kamu gak kasih aku kabar sama sekali."

"Semalam, La, sori gak sempat ngabarin. Sampai rumah aku langsung ketiduran, capek banget," jelasnya, sambil menyodorkan air putih ke hadapan Ola."Air bening sebening air mata." Camelia tersenyum, Ola menerimanya dan segera meminumnya.

"Gak ada sianida-nya, 'kan?"

Camelia tertawa mendengar pertanyaan Ola. "Nggak ada, belum sempat beli."

"Jadi coba ceritakan, apa perjalananmu menyenangkan?" Ola duduk bersila dan memeluk bantal dengan santai, bersiap mendengarkan setiap perkataan Camelia yang pasti memiliki banyak kejutan.

Camelia mulai membuka mulutnya, menceritakan setiap detail perjalanannya, betapa aroganya Sbastian di awal pertemuan, hingga sikap manisnya yang perlahan ia tunjukan kepada Camelia,

Tentang orang tua Sbastian yang berhati baik, rumah Sbastian yang super duper mewah dan yang paling penting adalah Sbastian bukan sales mobil seperti yang mereka perkirakan sebelumnya.

Ola adalah tipe pendengar yang baik, ia akan terkejut di waktu yang tepat, akan berkomentar di bagian-bagian yang memang cocok di komentari, dan dia akan menggebu-gebu di bagian yang memang saat menceritakannya pun Camelia menjadi menggebu-gebu juga.

"Jadi kalian berciuman? Wuaah, bagaimana rasanya si Sbastian itu?" Ola bertanya dengan penuh semangat.

"Manis. Dia manis sekali." Camelia berujar dengan tatapan menerawang.

"Kalau kamu suka dia, kenapa kamu gak bilang, Mel, setidaknya kamu 'kan harus tau perasaannya."

"Aku ingin. Tapi aku harus sadar diri, La, siapa aku dan siapa dia. Kami berdua bagai langit dan bumi, bagaimana kami bisa bersatu. Lagi pula aku takut, aku gak mau ambil resiko."

"Takut kenapa?"

"Pertama, jelas karena ancaman Isabel. Kedua, takut aja kalau aku cuma jadi tempat pelarian. Ketiga, mereka orang terpandang, aku takut kalau ternyata suatu saat nanti mereka menyesal sudah memilihku sebagai menantu mereka."

"Bayanganmu terlalu jauh Mel, seandainya kamu gak berpikir sejauh itu. Simpel saja sebenarnya. Pertama, Isabel itu bukan siapa-siapa. Dari ceritamu dia memang dari kalangan atas, tapi orang tua Sbastian bahkan Sbastian sendiri lebih berkuasa dari pada mereka, sampai-sampai Sbastian memiliki kuasa untuk mencabut semua dukungannya di perusahaan ayah Isabel, gak mungkin mereka macam-macam lagi ke kamu. Kedua, kalau kamu cuma jadi tempat pelarian, gak mungkin Sbastian mengenalkan kamu ke orang tuanya, walaupun awalnya pura-pura, tapi kurasa gak semua yang di lakukan Sbastian ke kamu adalah pura-pura. Ketiga, mereka orang terpandang yang rendah hati, dari awal mereka tahu bahwa kamu anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan, tapi mereka tetap memperlakukanmu dengan baik. Apa lagi yang kurang coba? Kamu aja yang kurang realistis." Ola menjelaskan panjang lebar tentang pendapatnya sambil menatap kesal kepada Camelia.

"Menurutmu begitu?"

"Ya tentu saja. Tapi mau gimana lagi, nasi sudah menjadi basi, udah gak bisa diperbaiki."

Camelia terlihat semakin tidak bersemangat setelah mendengar penuturan dari Ola. Sahabatnya itu memang paling bisa merusak suasana hatinya.

"Mau jalan-jalan?" tanya Ola kemudian.

"Kemana?"

"Makan donat," ujar Ola sambil terkekeh. "Aku lapar banget, ya ya, ya, pliiiiiis."

"Oke, aku ganti baju dulu."

***

Baru saja beberapa langkah keluar dari rumah tiba-tiba saja Camelia menjerit. Ada sesuatu yang menusuk kakinya, Ola terkejut melihat darah keluar dari sela-sela sepatu Camelia.

"Mel, darah, Mel!" seru Ola

Camelia menunduk untuk melihat sebanyak apa darah yang keluar dari kakinya karena kakinya terasa sakit sekali. Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh tubuhnya ketika ia menunduk, jujur saja ia berharap itu adalah tangan Sbastian, tapi ternyata dia harus kecewa lagi, tangan itu milik Alvian.

"Kenapa kakimu? tanyanya khawatir.

"Gak tau, mungkin pecahan kaca atau paku," jawab Camelia sambil meringis. Ia memang tidak menggunakan sepatu berbahan tebal, hanya sepatu berbahan karet tipis yang ia gunakan, membuat benda tajam itu dengan leluasa melukai telapak kakinya.

"Mel, lukanya serius. Kakimu harus di potong!" ujar Al dengan wajah serius.

Camelia dan Ola terkejut mendengar perkataan Al, tapi kemudian Al tersenyum dan mengejek mereka berdua. Camelia gemas sekali, bisa-bisanya Al bercanda tentang kakinya. Ia menghujani Al dengan tinjuan, Al hanya tertawa lalu tanpa meminta izin langsung menggendong Camelia kembali masuk ke dalam rumah. Tidak mempedulikan jeritan Camelia yang minta diturunkan. Ola mengekor di belakang mereka, sambil tertawa melihat tingkah Al yang menurutnya sangat cool.

Camelia tidak tahu, bahwa ada seseorang yang terluka di atas keceriannya. Seseorang itu adalah Sbastian!

Sejak pagi sebenarnya Sbastian sudah berada di kawasan panti asuhan itu, hanya saja ia tidak berniat untuk menemui Camelia, ia hanya ingin melihatnya sekilas. Itupun jika dirinya beruntung.

Lalu benar saja, tak berapa lama ia melihat sosok yang dirindukannya itu. Camelianya yang cantik dan anggun sedang berpelukan dengan seoarang gadis, sepertinya temannya. Ia senang Camelia baik baik saja, tapi kemudian dilihatnya Camelia mengusap kedua pipi dan temannya pun melakukan hal yang sama, ia tahu jika sudah begitu berarti Camelianya sedang menangis.

Ingin sekali rasanya ia turun dari mobil dan menemui Camelia, mangusap air matanya, memeluknya dan bertanya kenapa Camelia menangis. Akan tetapi ia tidak melakukanya, dirinya berusaha menahan diri. Camelia sudah memiliki pacar dan saat di bandara kemarin Camelia lebih memilih untuk menunggu pacarnya dan tidak ingin jika dirinya yang mengantarnya pulang.

Maka Sbastian hanya bisa menatap Camelia dari jauh. 'Begini saja sudah cukup bagiku,' batinnya.

Seharusnya ia segera pergi setelah sekilas dapat melihat Camelia. Namun, ia tidak melakukannya. Sbastian malah bersandar pada sandaran kursi di dalam kendaraannya dan menatap lurus pada bangunan sederhana di depannya. Berharap dapat melihat Camelia lagi.

Tuhan sungguh baik, harapannya tak sia-sia, Camelia terlihat keluar dari pintu. Kali ini ia terlihat lebih rapi, mungkin akan berjalan-jalan dengan temannya. Sbastian tersenyum, namun kemudian terdengar suara Camelia menjerit dan memegang kakinya, wajahnya terlihat kesakitan. Sbastian sudah bersiap untuk turun dari mobilnya, ketika tiba-tiba saja ia melihat sosok Alvian itu datang menghampiri Camelia, entah apa yang ia katakan, camelia terlihat terkejut tapi kemudian gadis itu malah tertawa dan menghujani Alvian dengan tinjunya.

Hati sbastian rasanya terbakar. Perasaan aneh itu membuatnya merasa tidak nyaman, terlebih lagi saat ia melihat Alvian sialan itu tiba-tiba menggendong Camelia. Ingin rasanya ia turun dari mobil dan menghajar laki-laki kurang ajar itu.

***

"Aaw, pelan-pelan Al," rintih Camelia, saat Al membersihkan lukanya lalu membungkusnya dengan perban.

"Sedikit lagi, sabar," ujar Alvian sambil menatap Camelia. "Oke, beres." Lalu Al bangkit dan mengambilkan air minum untuk Camelia. "Minum dulu Mel, makanya kalau jalan lihat-lihat."

"Sakit banget, ya, Mel?" tanya Ola. Amelia hanya diam saja sambil menundukan kepalanya.

"Mel. Kenapa? Sakit banget, ya? Kita ke dokter aja kalau gitu." Alvian meyentuh pundak Camelia. Ia merasa khawatir karena Camelia diam saja.

Alvian menunduk, lalu menyentuh kedua pipinya dan mendongakkan wajah cantik itu. Ternyata Camelia menangis, Alvian yang tidak mengerti apa yang terjadi, ia mengira Camelia menangis karena kesakitan, tapi tidak dengan Ola. Ola tahu apa yang dirasakan sahabatnya. Maka dengan perlahan iya menyentuh bahu Camelia dan meremasnya dengan lembut. Berusaha menguatkan Camelia.

Ola dibantu dengan Alvian menuntun Camelia ke tempat tidurnya.

"Kalau ada apa-apa panggil saja aku, " ujar Alvian saat Camelia sudah berada di tempat tidurnya. Lalu pergi meninggalkan kedua gadis itu.

Camelia semakin tersedu-sedu saat hanya tinggal dirinya dan Ola di kamar itu.

"Ola, bagaimana ini? Aku benar-benar merindukan dia," lirih Camelia sambil mengusap air matanya. "Siapa yang sangka ternyata merindukan seseorang akan sesakit ini."

Ola mendekat dan menarik tubuh sahabatnya itu ke dalam pelukannya.

"Kamu bisa telepon dia, kamu 'kan punya nomor hpnya. Belum terlambat, Mel."

Camelia menggeleng. "Gak mungkin, Gimana kalau dia gak cinta sama aku?"

"Belum dicoba udah nyerah." Kemudian Ola berjalan dan mengambilkan ponsel Camelia di atas meja rias, "Nih, kamu bisa telepon dia dan ungkapkan semuanya Mel."

"Enggak! Aku cuma butuh waktu sedikit lebih lama untuk bisa lupa sama dia."

"Kamu serius? Yakin gak akan nyesal?" tanya Ola.

Camelia kemudian menganggukan kepalanya dengan mantap.

"Ya, sudah kalau gitu, aku pulang dulu. Aku harus ke kampus. Kamu gak usah masuk dulu hari ini, lagi pula kakimu masih sakit. Istirahat aja oke, Bye, Amel." Ola kemudian meninggalkannya.

Sendirian di dalam kamar membuat Camelia makin merasa sedih. Gadis itu kemudian teringat buku yang diberikan Sbastian kepadanya. Ia mencari buku itu dan tersenyum sesaat setelah ia membuka halaman pertama. Ada tulisan tangan yang indah dari secarik kertas yang ada di buku itu.

"Bagaimanapun sedihnya sebuah kisah, bukankah lebih baik jika berakhir bahagia. Sebuah kisah harus berakhir dengan happy ending. Jika alurnya tidak sesuai dengan keinginanmu, maka rubahlah sesuai fantasimu. Buatlah cerita indahmu sendiri Camelia. Selamat membaca."

Camelia tersenyum, lalu ia membuka halaman selanjutnya, ada sebuah amplop putih yang diselipkan di pertengahan buku, Camelia membukanya. Ternyata isinya adalah foto-foto saat mereka mencoba gaun pengantin. Camelia melihat foto tersebut satu per satu, lalu tanpa bisa ditahan air matanya menetes kembali. membasahi lembaran foto mereka. Ia menatap lama pada sosok tampan di foto tersebut. Hatinya berdebar.

Ya, tidak diragukan lagi. Ia jatuh cinta.

***

Sudah satu minggu Camelia berusaha menjalani aktivitasnya senormal mungkin. Ia berangkat ke kampus, bekerja dan pulang kembali ke panti. Semua berjalan normal.

Ia beberapa kali dimarahi dosen karena tidak fokus saat di kelas dan beberapa kali ditegur oleh atasan di tempat kerjanya karena selalu melakukan kesalahan saat melayani pelanggan.

"Apa salahku coba kalau aku ketiduran di kelas, semalam kan aku begadang. jadi ya wajar kalau aku ngantuk. Kenapa, sih, Bu Rina berlebihan banget, toh aku cuma ketiduran sekali, tapi ngomelnya itu loh. Bikin aku sakit kepala ujarnya sambil *******-***** mie Instannya dengan gemas."

"Mba, mie nya jadi enggak mau diseduh. Daritadi diremas-remas terus?" tanya pelayan di kantin kampusnya yang sedari tadi dengan sabar mendengar ocehan Camelia.

"Iya mel, itu masnya daritadi nungguin mie instannya kamu. Jadi apa enggak diseduh?" ujar Ola dengan tatapan bosan.

"Sebentar mas, lima menit lagi. Saya butuh pelampiasan untuk menyalurkan kekesalan saya. Kalau enggak--"

"Kalau enggak apa?" Ada yang memukul kepalanya dengan pelan. "Aaw, Al, jangan mulai deh suka muncul tiba-tiba begitu," ujar Camelia kesal.

"Mas roti bakar tiga, ya, jus alpukat tiga juga." Al berujar pada si pelayan.

"Iya mas sebentar, ya, saya masih nungguin mie instannya mba ini."

"Udah mas gak usah ditunggu, siang ini dia gak boleh makan mie instan." Al kemudian menarik mie itu dari tangan Amel. "Siang ini dia harus makan, makanan yang sehat," lanjut Alvian.

Camelia menatap bingung pada Al. "Al jangan sembarangan pesan, memangnya kamu punya uang buat bayar?"

"Eeh ngejek ya? Ya, punya dong. Lagian hari ini ada yang harus kita rayakan," ucapnya dengan senyum mengembang.

"Apaan?" Tanya Camelia dan Ola bersamaan.

"Ini dia." Al kemudian mengeluarkan kartu dari dalam sakunya. Kartu pengenal dari sebuah perusahaan besar di Balikpapan.

"Wah selamat Al. Aku dengar susah banget masuk di perusahaan itu, kamu hebat. Ngomong-ngomong kamu di terima di bagian apa?" tanya Ola dengan antusias.

"Aku kerja di bagian yang paling penting, yang diberi tanggung jawab untuk melindungi aset perusahaan dan tentu saja melindungi keselamatan para atasan."

"Waah hebat." Ola bertepuk tangan dan menatap kagum pada sosok Al yang sudah lama ditaksirnya.

"Ada, ya, jabatan kayak gitu?" tanya Camelia merasa sanksi.

"Ya, ada dong, Mel, kan barusan Al cerita?" Ola berusaha menyemangati Alvian.

"Jelaslah ada!" ucap Al sombong.

"Apa coba? tanya Camelia masih dengan tatapan sanksi.

"Sopir!" ujar Al cuek. Camelia tertawa terbahak-bahak.

"Yaelah Al, Al, sopir doang tapi definisimu panjang banget." Camelia kembali tertawa, sementara Ola hanya bengong melihat Alvian.

"Kau menyakiti perasaan abang wahai, Marimar. Bukannya bilang selamat malah ngejek."

"Bukan ngejek Al tapi penjelasanmu tadi bikin aku geli." Camelia kembali tertawa. "Tapi, iya deh maaf, selamat ya, Al kesayanganku, " ujar Amel sambil mengacak-acak rambut Alvian.

Al membalas mengacak-acak rambut Camelia dan berkata, "Terima kasih Amel kesayanganku." Ola mendengkus kesal, Camelia hanya tertawa melihat kecemburuan di mata sahabatnya itu.

***

"Kamu sudah rekrut dia?"

"Sudah, Pak."

"Kemarikan data-datanya, saya mau lihat."

"Baik, Pak, nanti akan saya ambilkan."

"Kapan dia mulai bekerja?"

"Besok, Pak."

"Oke kalau begitu, atur agar dia menjadi sopir saya selama saya di sini."

"Baik, Pak."

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Naifa Azahra

Naifa Azahra

next

2021-01-06

0

you_are_nana1485

you_are_nana1485

aku hadir selalu kak, semangt

2020-11-11

0

Lux Pras

Lux Pras

Lanjut 🆙

2020-11-10

1

lihat semua
Episodes
1 TUNANGAN KAMU LAGI MANDI
2 JEMBATAN PENYEBRANGAN
3 GETARAN TAK MASUK AKAL
4 PENGUNTIT
5 PERUBAHAN RENCANA
6 WELCOME TO JAKARTA
7 ES KRIM CINTA
8 AKU TERIMA SARANMU
9 SIAL AKU TERJEBAK
10 MAAF
11 KESAN YANG BURUK
12 RENCANA YANG GAGAL
13 KEHANGATAN DI TEPIAN DANAU
14 GAUN PENGANTIN
15 VISUAL PEMAIN
16 FIRST KISS
17 TERLALU CANTIK TERNYATA MEREPOTKAN
18 HARI TERAKHIR KITA BERSAMA
19 BYE SBASTIAN
20 MERINDUKANMU
21 MENGUNTIT LAGI
22 JEBAKAN ISABEL
23 ISTRIKU TERCINTA YANG CANTIK
24 TUNGGU AKU
25 PERTEMUAN YANG TERTUNDA
26 TERUSIR
27 SELAMAT TINGGAL
28 AKU KANGEN TITIK!
29 SBASTIAN KEMBALI
30 SALAH PAHAM
31 INISIAL S
32 RANSEL AJAIB SI BONEKA BERUANG
33 MEREKA BERTEMU
34 PERNYATAAN CINTA
35 MAMI DAN PAPI INGIN MEREKA MENIKAH
36 PENGUMUMAN
37 LAMARAN YANG TAK TERDUGA
38 SUNGGUH SEBUAH IRONI
39 CINTA BUTA
40 PERTEMUAN KELUARGA
41 PERMOHONAN ALVIAN
42 KEDATANGAN AYAH ISABEL
43 ISABEL, SAUDARAKU!
44 KEBENARAN YANG TERUNGKAP
45 HARI PERNIKAHAN
46 THE FIRST NIGHT
47 PENGANTIN BARU
48 DOA BURUK UNTUK CAMELIA
49 ALVIAN TIDAK SEKEJAM ITU
50 NODA LIPSTIK MENYEBALKAN
51 RASA yang KEMBALI
52 HARI YANG TERLALU TENANG
53 BAD MOOD
54 ISABEL MENJALANKAN RENCANA
55 CAMELIA HAMIL
56 KERJASAMA AL DAN TOMI
57 RENCANA YANG GAGAL
58 TERJEBAK DALAM PERANGKAP
59 TERSELAMATKAN
60 DUA PASANGAN
61 CINTA DAN OBSESI
62 MENUJU SEBUAH KEPUTUSAN
63 PERNIKAHAN yang TERPAKSA
64 ISTRI YANG TERLALU SENSITIF
65 OLA SI GADIS CENGENG
66 NASIB MENYEDIHKAN SBASTIAN
67 MIMPI
68 MATAHARI CINTA
69 KEKHAWATIRAN CAMELIA
70 KEBERSAMAAN YANG LUAR BIASA
71 SEGALA HAL BAIK
72 PILIHAN YANG SULIT
73 KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL
74 CINTA DAN HARTA
75 DILEMA
76 INFORMASI BERHARGA
77 RASA YANG TAK TERTAHAN
78 KAMI SEMUA HARUS BAHAGIA
79 MARI KITA SELESAIKAN!
80 LAMARAN TAK TERDUGA 2
81 AKU KECEWA!
82 PERTEMUAN DENGAN DOKTER RAMA
83 DUA BULAN SETELAHNYA!
84 RUANG GANTI
85 LIMA TAHUN KEMUDIAN
86 ADA APA DENGAN SBASTIAN?
87 KEPUTUSAN BODOH!
88 KANKER OTAK!
89 MENGHARAPKAN SEBUAH KESEMPATAN
90 MENATAPNYA SECARA LANGSUNG
91 BERSIAP UNTUK PERGI
92 TUNGGU AKU, SAYANG!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
TUNANGAN KAMU LAGI MANDI
2
JEMBATAN PENYEBRANGAN
3
GETARAN TAK MASUK AKAL
4
PENGUNTIT
5
PERUBAHAN RENCANA
6
WELCOME TO JAKARTA
7
ES KRIM CINTA
8
AKU TERIMA SARANMU
9
SIAL AKU TERJEBAK
10
MAAF
11
KESAN YANG BURUK
12
RENCANA YANG GAGAL
13
KEHANGATAN DI TEPIAN DANAU
14
GAUN PENGANTIN
15
VISUAL PEMAIN
16
FIRST KISS
17
TERLALU CANTIK TERNYATA MEREPOTKAN
18
HARI TERAKHIR KITA BERSAMA
19
BYE SBASTIAN
20
MERINDUKANMU
21
MENGUNTIT LAGI
22
JEBAKAN ISABEL
23
ISTRIKU TERCINTA YANG CANTIK
24
TUNGGU AKU
25
PERTEMUAN YANG TERTUNDA
26
TERUSIR
27
SELAMAT TINGGAL
28
AKU KANGEN TITIK!
29
SBASTIAN KEMBALI
30
SALAH PAHAM
31
INISIAL S
32
RANSEL AJAIB SI BONEKA BERUANG
33
MEREKA BERTEMU
34
PERNYATAAN CINTA
35
MAMI DAN PAPI INGIN MEREKA MENIKAH
36
PENGUMUMAN
37
LAMARAN YANG TAK TERDUGA
38
SUNGGUH SEBUAH IRONI
39
CINTA BUTA
40
PERTEMUAN KELUARGA
41
PERMOHONAN ALVIAN
42
KEDATANGAN AYAH ISABEL
43
ISABEL, SAUDARAKU!
44
KEBENARAN YANG TERUNGKAP
45
HARI PERNIKAHAN
46
THE FIRST NIGHT
47
PENGANTIN BARU
48
DOA BURUK UNTUK CAMELIA
49
ALVIAN TIDAK SEKEJAM ITU
50
NODA LIPSTIK MENYEBALKAN
51
RASA yang KEMBALI
52
HARI YANG TERLALU TENANG
53
BAD MOOD
54
ISABEL MENJALANKAN RENCANA
55
CAMELIA HAMIL
56
KERJASAMA AL DAN TOMI
57
RENCANA YANG GAGAL
58
TERJEBAK DALAM PERANGKAP
59
TERSELAMATKAN
60
DUA PASANGAN
61
CINTA DAN OBSESI
62
MENUJU SEBUAH KEPUTUSAN
63
PERNIKAHAN yang TERPAKSA
64
ISTRI YANG TERLALU SENSITIF
65
OLA SI GADIS CENGENG
66
NASIB MENYEDIHKAN SBASTIAN
67
MIMPI
68
MATAHARI CINTA
69
KEKHAWATIRAN CAMELIA
70
KEBERSAMAAN YANG LUAR BIASA
71
SEGALA HAL BAIK
72
PILIHAN YANG SULIT
73
KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL
74
CINTA DAN HARTA
75
DILEMA
76
INFORMASI BERHARGA
77
RASA YANG TAK TERTAHAN
78
KAMI SEMUA HARUS BAHAGIA
79
MARI KITA SELESAIKAN!
80
LAMARAN TAK TERDUGA 2
81
AKU KECEWA!
82
PERTEMUAN DENGAN DOKTER RAMA
83
DUA BULAN SETELAHNYA!
84
RUANG GANTI
85
LIMA TAHUN KEMUDIAN
86
ADA APA DENGAN SBASTIAN?
87
KEPUTUSAN BODOH!
88
KANKER OTAK!
89
MENGHARAPKAN SEBUAH KESEMPATAN
90
MENATAPNYA SECARA LANGSUNG
91
BERSIAP UNTUK PERGI
92
TUNGGU AKU, SAYANG!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!