Camelia bersiap-siap seperti yang di perintahkan oleh Sbastian, ia mengenakan hoodie berwarna soft pink dan celana jeans. Rambut panjangnya diikat ke belakang. Tidak lupa ia mengoleskan liptin berwarna peach ke bibirnya. "Oke Camelia, ready? Goooo!" katanya pada diri sendiri lalu menuju lobi.
Di lobi Sbastian terlihat sedang duduk santai di salah satu sofa sambil asyik memainkan ponselnya.
Camelia segera menghampiri Sbastian sambil tersenyum jahil. "I love you ganteng!" Sapanya, dengan kedua tangan menyentuh pundak Sbastian.
Sbastian terkejut. "Eh ...
apa-apaan sudah berani bilang 'I love you'!"
"Loh 'kan emang harus gitu, kalau laki-laki dan perempuan sudah tunangan, mereka harus romantis. Saling sapa pakai love love, saling memberi sentuhan lembut, gak kayak Isabel itu, kok jago banget marah-marah!"cerocosnya tak jelas.
"Sudahlah, jangan sebut-sebut Isabel lagi."
"Okelah kalau bagitu, Darling, yuuuk kita shopping," ujar Camelia sambil menggandeng manja tangan Sbastian. Sbastian berusaha melepaskan tangannya dari Camelia, tetapi Camelia malah semakin erat memegang lengannya.
'Heeem rasain kamu. Seenaknya mau jadiin aku tunangan. Sekarang nikmati aja permainanku!' batin Camelia
Sesampainya di mall, Camelia benar-benar memerankan perannya dengan baik sebagai tunangan. Gadis cantik itu terus menggenggam tangan Sbastian, tidak melepasnya sedetik pun. Bahkan saat Sbastian pamit hendak ke toilet, Camelia merengek ingin ikut.
"Ikuuuut, Sayaaang, ikuuut!" pintanya sambil menghentak-hentakan kaki.
"Aku mau ke toilet Camel, mana bisa kamu ikut. Astaga, apa kamu mau aku buang air kecil di sini," desis Sbastian pelan, karena orang-orang di sekitar mereka mulai memperhatikan tingkah Camelia, yang menurut Sbastian sangat 'Gak Banget'.
"Iya, kamu pipis di sini aja. Biar aku tutupin," jawab Camelia jjahil.
Sbastian melotot padanya, tetapi Camelia hanya membalas dengan senyuman manja. Sebenarnya senyuman itu manis sekali, seandainya saja ia tidak bertingkah menyebalkan seperti itu.
"Oke, kamu ikut sampai ke depan pintu toilet. Aku masuk ke dalam, kamu tunggu di luar!" seru Sbastian, Camelia mengangguk manja, kemudian mereka berjalan beriringan ke toilet pria.
'Ah sial, menyesal aku memintanya jadi tunanganku,' pikir Sbastian.
Setelah adegan yang 'Gak Banget' tadi, mereka kembali berjalan-jalan. Camelia dengan lincahnya mengambil semua barang yang diinginkan sambil terus menggenggam tangan Sbastian, saat sampai di toko sepatulah baru Camelia melepas tangan Sbastian. Saat sedang asyik memilih-milih sepatu, ia melihat segerombolan gadis menunjuk-nunjuk ke arah Sbastian sambil cekikikan.
Sbastian tentu saja bersikap cuek seperti biasanya, ia tidak mempedulikan tatapan terpesona gadis-gadis itu. "Aaah dia memang tampan sekali, kalau aku saja yang cantik ini bisa meleleh, apalagi mereka yang wajahnya pas-pasan," gumam Camelia asal.
Camelia kemudian berjalan menghampiri Sbastian, lalu melingkarkan tangannya ke lengan Sbastian dan menegur segerombolan gadis yang dari tadi tak henti menatap Sbastian.
"Hei segerombolan cewek gak laku! Ngapain kalian liatin pacarku daritadi, hah?" serunya.
"Oh dia pacar kamu? Sori ya kita gak tau. Pacarnya keren, tapi kamu kok kayak gembel gitu sih. Gak modis banget, kampungan!" ujar salah satu gadis, lalu pergi sambil tertawa dengan teman-temannya.
Wajah Camelia memerah, ia kesal sekali. "Kenapa kamu gak belain aku sih?" katanya, menatap kesal, ke arah Sbastian.
"Kenapa harus dibela, yang mereka bilang benar sih, kamu itu kampungan!" ujar Sbastian enteng, sambil lalu meninggalkan Camelia.
"ih, untung kamu lagi bawain belanjaan-belanjaanku. kalau enggak, mungkin kamu sudah aku tendang. Enak aja ngatain aku kampungan!" desisnya kesal, lalu menyusul Sbastian.
Sbastian melemparkan seluruh belanjaan Camelia di atas sofa. "Lihat semua itu! Dalam satu hari kamu bisa bikin aku jatuh miskin." Sbastian menunjuk semua tas belanja yang berserakan di atas sofa.
"Kan kamu sendiri yang ngajakin aku belanja, gimana sih," ujar Camelia sinis.
"Iya, tapi gak sebanyak itu. Aku sudah pilihkan kamu satu gaun, satu sepatu, satu tas, tapi kamu malah ambil yang lain-lain juga. Terus itu, ada juga jaket laki-laki, buat siapa? Kalau buat aku, maaf aja ya aku gak pakai jaket norak begitu."
"Eeeh Tuan Bucin jangan ke PD-an ya. Jaket itu bukan buat kamu, tapi buat Al. Ngapain juga aku pilihkan jaket buat kamu. Gak sudi, ih."
"Al? Siapa Al? Pacar kamu? Hah, jadi kamu sudah punya pacar, tapi masih mau aku ajak jalan, aku ajak belanja. Bahkan kamu dengan santainya gak keberatan tidur di apertemenku. Padahal gak ada siapa siapa di sini, betul kata Isabel kalau kamu murahan." Entah kenapa Sbastian bisa bicara seperti itu, dirinya hanya tidak suka menerima fakta bahwa gadis yang baru dikenalnya itu ternyata sudah memiliki seorang kekasih.
Plak!
"Bagaimana rasanya di tampar dua perempuan dalam satu hari hah?" Sambil menangis Camelia keluar dari ruangan itu. Ia merasa sakit hati sekali atas perkataan Sbastian yang menurutnya sangatlah keterlaluan
"Hai, kamu mau kemana?!" teriak Sbastian, tapi Camelia terus saja berjalan dan membanting pintu di belakangnya. Sbastian mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Kemana dia pergi malam-malam begini? Aah nanti juga balik sendiri, memangnya mau kemana dia. Dia gak mengenal daerah sini," pikirnya lalu masuk ke kamarnya.
Di dalam kamar ia hanya berjalan mondar-mandir. Sesekali ia menengok jam, lalu mengecek kamar Camelia. Sbastian mulai khawatir, karena malam semakin larut, tapi tidak ada tanda-tanda Camelia kembali ke apartemen.
Berkali-kali ia mencoba menghubungi ponsel Camelia tapi tidak diangkat. Maka ia memutuskan untuk keluar dari apartemen dan mencarinya.
Ia memutuskan untuk mencari di sekitaran gedung apartemen, tetapi tidak ada yang melihat Camelia di sana. Sbastian semakin khawatir, sudah beberapa tempat terdekat ia datangi tetapi dirinyaa tidak menemukan gadis itu.
"Aaaargh kemana dia?!" Sbastian mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi, lalu kemudian saat ia melewati sebuah taman, di sanalah ia melihat sosok yang dicarinya sejak tadi. Ia mengembuskan napas lega, lalu menghampiri sosok tersebut.
Camelia duduk di tanah dengan posisi memeluk lututnya dan sesekali terdengar ia terisak, Sbastian jadi merasa bersalah.
Sbastian duduk di sampingnya. Camelia terkejut tetapi ia memilih untuk tidak menghiraukan Sbastian.
"Maaf," ujar Sbastian pelan, sambil memiringkan kepalanya Ke arah Camelia. Camelia membuang muka ke arah lain, maka Sbastian bangkit dan pindah ke sebelah Camelia, ke arah pandangan Camelia. Camelia kembali ingin mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi Sbastian menahannya.
"Maaf, oke!" ujarnya memohon sambil memegang kedua pipi Camelia dengan telapak tangan.
"Sekarang ayo kita pulang, sudah malam," ujar Sbastian lembut.
"Aku mau pulang ke Balikpapan. Sekarang!"
"Kita ke sana dua hari lagi." Sbastian menjawab lembut.
"Gak mau, aku mau malam ini juga!" Camelia ngotot sambil sesenggukan.
Sbastian bingung, dia tidak pernah menghadapi wanita yang suka menangis seperti Camelia. Isabel jelas sangat berbeda, wanita satu itu tidak pernah menangis sekalipun. Malah sebaliknya, Sbastianlah yang dibuatnya hendak menangis jika sudah berhadapan dengannya.
"Hem, begini, Camel--"
"Jangan panggil aku Camel, aku bukan unta!" potong Camelia sengit.
"Ehem oke, oke, maaf. Begini, Amel, aku ada tugas di Kalimantan dua hari lagi, nah saat itulah aku akan mengantarmu pulang, nggak mungkin aku biarkan kamu pulang sendirian. Sekarang ayo kita pulang ke apartemen, sudah larut malam. Kalau ada preman yang ganggu kamu gimana?"
"Preman?" Camelia mendongak, menatap Sbastian dengan tatapan ngeri.
'Ya, Tuhan, wajahnya sangat basah. Apa dia menangis dari tadi?' batin Sbastian dalam hati. Ia benar benar menyesal telah bicara seenaknya pada Camelia. Sbastian ingin mengusap wajah itu, tetapi ia takut jika Camelia salah paham. Maka ia memilih bangkit berdiri lalu mengulurkan tangan pada Camelia. Camelia tidak menyambutnya, malah kembali menundukkan wajahnya.
"Aku tidak bisa berjalan. Kakiku terkilir." Camelia berkata dengan suara pelan. "Pulanglah, biar aku tidur di sini malam ini."
Sbastian menunduk, mengalungkan tangannya di seputaran punggung dan lutut Camelia. Camelia terkejut, Sbastian menggendongnya.
"Kita pulang sama sama!" Sbastian berkata sambil melangkah menuju apartemen, dengan Camelia di gendongannya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nelly Katanya
sweet banget dua ank manusia itu.
2022-11-29
0
Naifa Azahra
uhuuuu
2021-01-06
0
Ruby_
haiii aku mampir bawa boomlike dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐
semangat thor
salam
AKU WANITA KUAT
2020-11-28
0