*Episode 06*

Arya memarkirkan mobilnya di garasi luas di rumah orang tuanya, dan Raisya lagi lagi di buat takjub ketika melihat beberapa mobil mewah lain juga terparkir indah di samping mobil Arya.

Jangan ditanya,Raisya yang terbiasa hidup seadanya merasa pusing jika harus menghitung atau menebak berapa total kekayaan keluarga Wijaya.

Ia baru tersadar ketika Arya meraih tas di tangannya dan mengajaknya ke rumah, yang berada agak jauh dari garasi.

"mas Arya!” Seorang wanita muda, sedikit lebih muda dari Raisya langsung memekik dan memeluk Arya ketika mereka tiba di teras rumah.

“mas Arya kemana saja selama ini? Jarang menelpon ku!” ujar gadis itu dengan manja.

Arya tersenyum dan mengacak puncak rambut wanita itu.

“Maaf sayang, akhir-akhir ini Mas Arya sibuk, Tania… Bagaimana kabarmu? Kuliahmu?” balas Arya.

Raisya merasa bingung dan heran melihat raut kasih sayang yang terpancar jelas dari wajah Arya.

Kasih sayang yang tulus, yang hanya ia lihat ketika melihat Arya bersama orang tuanya.

“Baik juga pasti mas Arya sibuk berkencan dengan kekasihmu itu, sampai mas Arya melupakanku,” jawab Tania menggoda Arya Sebelum Arya sempat menjawab gadis itu sudah beralih pada Raisya.

“hay mbak, perkenalkan aku Tania,, Aku adik kesayangan mas Arya ” Tania memperkenalkan diri.

Raisya membalasnya dengan senyuman, lalu ikut memperkenalkan dirinya.

Beberapa saat kemudian Pak Wijaya dan istrinya serta seorang lelaki muda, asisten Arya,

Leo pun muncul dan bergabung bersama mereka.

Raisya sudah mengenal Leo, karena dimana ada Arya disitu pasti ada Leo.

Bahkan dalam acara keluarga kali ini.

Raisya memberi salam, yang dibalas pelukan oleh ibu Lina, dan senyuman hangat oleh pak Wijaya. Kehangatan dan kasih sayang terlihat jelas dari cara mereka berkomunikasi, baik secara verbal maupun non-verbal. Dan Raisya bersyukur bisa ikut bergabung dalam kehangatan itu.

...****************...

 

Udara sejuk dan segar, pohon-pohon yang menjulang tinggi di sisi jalan dengan daun-daunnya yang berwarna-warni serta mulai berguguran menjadi tanda bahwa perjalanan mereka sudah dekat.

Arya, sang pengemudi pun mengurangi laju mobilnya memberi kesempatan kepada para penumpangnya, orang tuanya, adiknya, dan Raisya untuk menikmati suasana yang jarang mereka temui, terutama di kota besar seperti Jakarta, tempat tinggal mereka.

Beberapa menit kemudian mereka memasuki sebuah pemukiman warga. Suasana yang mereka lihat sekarang, rumah-rumah dengan ciri khas pedesaan, jalan-jalan yang bersih, pasar tradisional yang ramai namun bersih, masih tetap sama.

Arya tersenyum ketika mendengar celotehan Tania yang dengan semangat seolah olah menjadi tour guide  untuk Raisya,

Ia menceritakan hal-hal yang ia ketahui tentang desa ini, tapi dengan nada-nada promosi.

Raisya pun membalasnya dengan antusias.

“Nah, itu rumah eyang!” tunjuk Tania pada sebuah rumah yang terletak di dataran yang agak tinggi.

Raisya mengangguk ketika melihat rumah yang ditunjuk Tania.

Dilihat dari pagar tinggi dan panjang yang mengelilinginya, Raisya bisa menebak bahwa rumah itu pasti tidak kalah besar dan mewah seperti rumah keluarga Wijaya di Jakarta.

“kita sudah sampai!” seru Tania mereka tiba di rumah yang mereka tuju. Begitu memasuki halaman,Raisya melihat pasangan kakek-nenek yang terlihat antusias menunggu mereka.

Raisya berani bertaruh, orang tua itu pasti kakek dan nenek Arya.

Begitu mereka keluar dari mobil, orang tua itu tergopoh-gopoh menyambut mereka.

Pak Wijaya dan istrinya saling memberi salam dan berpelukan, begitu pun Tania dan Arya, dan Raisya hanya berdiri di belakang mereka.

“Lalu siapa wanita cantik ini?” ujar kakek Arya, menunjuk Raisya dengan senyuman.

Raisya tersenyum lalu membungkuk, memberi salam.

“saya Raisya eyang” ujar Raisya dengan sopan.

“Yaa Tuhaan! Kamu pasti gadis yang diculik Arya kan? Wah, ternyata Arya benar-benar mewarisi darah eyangnya! Hahahaa…!” ujar Kakek Arya.

Raisya hanya tersenyum lalu menunduk.

“akung, jangan membuatnya tidak nyaman,” protes nenek Arya.

“kalian pasti lelah setelah perjalanan panjang.

Lina, kamu pasti sudah tahu kamarmu,” tunjuknya, pada sang menantu yaitu ibu Lina.

“Raisya, kamu tidak keberatan bukan jika sekamar dengan Tania?” tanya eyang putri pada Raisya.

“Sekamar? eyang, bukankah di sini ada banyak kamar?” protes Arya.

“Benar. Tapi eyang tidak mau jika tiba-tiba ada penyusup masuk ke kamarnya,” jawab sang nenek.

Arya mengerutkan kening tidak mengerti maksud neneknya.

“jangan menganggap eyang mu ini bodoh! eyang tau trik para lelaki!” lanjut Neneknya lalu mengedipkan mata.

Arya berdecak ketika menyadari maksud neneknya.

Sungguh ia tidak bermaksud menyelinap ke kamar Raisya diam-diam, jika itu memang maksud neneknya tetapi dia hanya ingin membuat Raisya nyaman itu saja.

“ayo masuk!” lanjut nenek Arya dan mereka pun masuk.

Tania membawa Raisya ke kamar mereka, melewati ruangan-ruangan di rumah itu. Perkiraan Raisya tidak salah. Rumah kakek Arya adalah rumah khas pedesaan yang sangat besar dan luas.

Kayu-kayunya berdiri kokoh, taman dan halamannya sangat luas, dekorasi interiornya juga berkelas, bahan pintu nya juga terbuat dari bahan kayu jati berkualitas tinggi.

...****************...

Suara lemak terbakar dan aroma daging panggang menyeruak menggoda indra penciuman orang-orang yang menghirupnya.

Arya dan Leo dengan semangat membolak-balik daging yang mereka panggang.

Kakek dan ayahnya asyik bercengkerama. Sedangkan para wanita, menyiapkan sayuran di meja.

Begitu ada daging yang matang, Arya membawanya ke meja, dimana Raisya, Tania, ibu dan neneknya memotong-motong sayuran dan menyiapkannya. Setelah itu, kembali memanggang daging. Begitu pun seterusnya.

“selamat malam semua,” suara nyaring seorang wanita mengalihkan perhatian mereka. Ketika mereka menoleh ke asal suara, nampak lah seorang wanita setengah baya, lebih muda dari Ibu Lina, berjalan kearah mereka.

“tante ” Gumam Tania dan Raisya pun menoleh pada Tania.

“tante Santi, adiknya papa” jawab Tania yang seakan paham apa yang ada di pikiran Raisya.

Namun Raisya tidak menemukan raut bahagia di wajah Tania, tidak seperti ia bertemu keluarga nya yang lain maupun kakek-neneknya.

Tak perlu waktu lama, tante santi sudah berada di depan mereka. 

Mereka saling bertukar salam dan menanyakan kabar.

Ketika sampai pada Raisya, wanita itu tidak bisa menyembunyikan tatapan menilainya.

Raisya menunduk.

Ada perasaan tidak nyaman menyadari tante Santi menatapnya seperti itu.

“Kamu… pacarnya Arya?” tanyanya to the point.Raisya mengangguk.

"kamu bekerja dimana? atau punya usaha apa?” tanyanya lagi, dengan nada menyelidik.

“Saya… sekretaris mas Arya " jawab Raisya pelan.

“Sekretaris?” ulang nya seraya mengangkat sebelah alisnya.

“Lalu, orang tuamu?”

"tante…” Arya menyela.

"kenapa Arya? tante hanya bertanya pekerjaan orang tuanya?”

“sudah..sudah ayo semua duduk! Leo, periksa daging yang kamu panggang!” ujar Nenek Arya. Tante Santi memutar badan lalu ikut duduk bersama mereka.

Arya menahan tangan Raisya ketika gadis itu juga berbalik.

“Jangan diambil hati omongan tante Santi” bisik Arya pelan lalu mengikuti Leo memeriksa daging yang mereka panggang.

Ibu Lina pun memulai percakapan tentang dunia fashion, bisnis yang digeluti oleh adik iparnya.

Maka tak salah jika penampilan itu sangat fashionable.

Raisya paham mengapa kenapa tante Santi langsung bisa menilainya dari penampilan.

Jujur saja, penampilan Raisya sangat jauh dikatakan dari fashionable, apalagi barang-barang branded.

Raisya selalu tampil sederhana.

Namun ia memiliki kemampuan untuk memadukan pakaian-pakaian yang ia kenakan  hingga menjadi menarik. Tetapi sekali lagi, BUKAN BARANG-BARANG BRANDED!

Ide ibu Lina untuk memulai percakapan masalah fashion merupakan pilihan yang tepat. Suasana hati tante Santi langsung berubah ceria dan bersemangat.

Tania sesekali menanggapi seraya memotong-motong sayur.

Raisya hanya menanggapinya dengan senyuman, tanpa berani ikut berbicara.

Ia motong-motong daging panggang dan menggulungnya di dalam selada.

“mbak Raisya aku mau,” ujar Tania, lalu membuka mulutnya, mengisyaratkan sang calon kakak iparnya untuk menyuapinya.

Raisya pun tersenyum lalu menyuapi Tania selada berisi sambali dan daging panggang di dalamnya.

“mantap!” serunya.

“ini!” Tiba-tiba Arya sudah ada disampingnya, menyerahkan piring berisi daging matang.

“tunggu,” cegah Raisya ketika Arya berbalik.

Arya menoleh dan Raisya menyodorkan selada berisi daging dan sambal seperti yang ia berikan kepada Tania.

Arya pun membungkuk lalu memakannya langsung dari tangan Raisya.

“Yaa Tuhaaan… kalian seperti pasangan pengantin baru saja!!” ujar Tania. Raisya menunduk malu.

Tadi hanya tindakan refleks memberikannya kepada Arya dan ia tidak menyangka Arya malah makan langsung dari tangannya.

“Hhaaahh…!” tiba-tiba, suara Arya mengejutkan mereka.

“Arya ada apa denganmu?” Tanya ibu Lina khawatir

“Pedas!” seru Arya dan segera mencari air minum.

“Raisya, kamu seharusnya memperhatikan apa yang Arya makan.

Ia tidak bisa memakan makanan pedas sedikitpun!” tegur tante Santi pada Raisya.

“Kamu memang tidak seperti Reva yang bisa mengerti semua tentang Arya.

Dan kamu Arya kamu pasti menyesal putus dengan Reva kan.” lanjutnya dengan keras.

Raisya hanya diam lalu menatap Arya dan ia bisa melihat jelas wajah Arya yang memerah dan rahang yang mengeras.

Ia tidak menyangka nama itu akan kembali di dengarnya.

“Arya sebaiknya kamu masuk dan istirahat.,,Raisya, tolong buatkan Arya teh hangat,” ujar ibu Lina. Ia mengedipkan mata ketika Arya melihatnya.

“Ayo!” ujar Arya seraya menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan Raisya untuk mengikutinya.

Raisya berdiri kemudian berjalan mendekati Arya.

Arya membiarkan Raisya berjalan di depannya dan masuk ke dalam rumah.

“istirahatlah ” Arya menahan tangan Raisya ketika wanita itu berbelok ke arah dapur.

“Aku akan mengantarmu ke kamar. Sebaiknya kamu istirahat,” ujar Arya.

Dan Raisya pun hanya diam dan mengikuti semua kata-kata Arya.

“Raisya jangan dengarkan omongan tante Santi.

Dia memang seringkali tidak memikirkan perasaan orang lain,” ujar Arya begitu mereka sampai di depan kamar Raisya.

“Saya mengerti mas.” jawab Raisya pelan.Arya menghela nafas.

“Wanita yang disebutkan tante tadi… Dia hanya… Dia bukan siapa-siapa,” lanjut Arya mencoba menjelaskan.

“Maaf mas, itu adalah masalah pribadi mas Arya. Dan Saya rasa mas Arya tidak memiliki kewajiban apapun untuk menjelaskan hal itu pada saya,” jawab Raisya pelan.

“Dan jika mas tidak keberatan saya akan masuk kamar,” lanjutnya.

Tanpa menunggu jawaban Arya, Ia membuka pintu kamarnya dan masuk lalu menutupnya kembali. Meninggalkan Arya yang masih berdiri dengan tangan mengepal..

Pagi hari yang cerah, cuaca yang mendukung rencana keluarga Wijaya untuk piknik ke danau, yang berjarak ±10 km dari rumah Kakek Arya. Sejak pagi Nenek dan Ibu Lina dibantu oleh Raisya dan Tania sudah menyiapkan bekal sedangkan para lelaki menyiapkan perlengkapan piknik lainnya, seperti tikar, kursi lipat, pancing, dan sebagainya. Karena barang-barang yang mereka bawa cukup banyak, serta ingin menikmati suasana gunung dan pedesaan yang sangat jarang mereka temui, akhirnya mereka memutuskan untuk mengendarai mobil dengan bak terbuka ,dan kali ini Leo sebagai sopirnya,

Kakek-Nenek Arya juga duduk di depan, di samping sopir..

Pak Wijaya beserta istri duduk di baris kedua, sedangkan sisanya di bak.

Ini merupakan hal yang baru bagi Raisya mengendarai mobil bak terbuka yang aturannya hanya untuk memuat barang.

Sedangkan untuk keluarga Wijaya mereka telah terbiasa, karena memang ketika mereka ke desa, mengendarai mobil bak terbuka sudah menjadi hal yang biasa.

“apakah semuanya sudah siap.!” ujar Kakek Arya, bersemangat. Anggota keluarga yang lain pun menyambutnya dengan tak kalah antusias.

Leo dan Arya segera membawa bekal dan menatanya di dalam bak mobil.

Setelah semuanya tertata rapi, para penumpang pun naik.

Tania yang sudah terbiasa, bisa naik dengan cekatan, ia pun membantu memegang tangan Raisya, sedangkan Arya membantunya dari bawah. Setelah mereka di atas,Arya yang bertugas menutup pintu pun naik, dan tentu saja, duduk di samping Raisya.

...****************...

"mbak,, biasanya mbak berlibur kemana?” Tanya Tania.

Raisya yang awalnya asyik menikmati pemandangan sekitar, menoleh pada Tania yang duduk di sebelahnya.

Ia juga merapikan rambut tergerai nya yang tertiup angin hingga menutupi wajahnya.

“Berlibur? aku sangat jarang berlibur, Biasanya aku bekerja paruh waktu, atau membantu ibu berjualan,” jawab Raisya.Tania antusias mendengarkan cerita Raisya

"terus pekerjaan apa yang mbak Raisya lakukan?”

“menjadi guru les privat, bekerja di minimarket atau restoran, pekerjaan apa saja yang bisa menghasilkan uang, dan tentu saja tidak mengganggu kuliah mbak,” jelas Raisya seraya merapikan rambutnya lagi.

“Wah mbak hebat! Aku kadang iri pada orang-orang, atau teman-temanku yang sudah bisa mencari uang sendiri tidak hanya mengandalkan pemberian orang tua.

Aku juga ingin berusaha seperti itu. Tapi apa daya mas Arya sangat protektif padaku,” gerutu Tania.

Arya pun berdecak kemudian menjawab kata kata adiknya.

“seharusnya kamu bersyukur tidak semua orang bisa sepertimu,” ujar Arya singkat.

Raisya hanya tersenyum dan lagi-lagi merapikan rambutnya.

“Oya aku dengar mbak bekerja di kantor mas Arya? Apakah kalian sudah saling mengenal terlebih dulu?”  lanjut Tania.

“Aku…” kalimat Raisya terhenti ketika ia merasakan ada yang merapikan rambutnya lalu menggenggamnya. Ia pun menoleh, dan benar saja

Arya yang merapikan rambut nya dan menggenggamnya agar rambutnya tidak tertiup angin lagi.

Ketika ia menoleh bertepatan dengan Arya yang juga melihatnya.

Tatapan mereka pun bertemu. Dan Raisya… Ada sebuah sensasi asing yang menjalari hatinya. Sebuah rasa hangat, namun mendebarkan.

Untuk beberapa saat mereka terpaku namun akhirnya ia menunduk menyembunyikan semburat merah di wajahnya sedangkan Arya tersenyum kaku.

“Maaf,” ujarnya, kemudian menjepit rambutnya rambutnya.

“oiya mbak, mengapa mbak masih bersikap formal pada mas Arya?”

“Apa?” ujar Raisya. Ia menoleh pada Arya sejenak, lalu menjawab,

" itu… aku…” kalimat nya terhenti, tidak menemukan jawaban yang tepat.

"itu karena Raisya takut ketauan karyawan yang lain di kantor. Benarkan?” ujar Arya seraya membelai puncak kepala Raisya lembut lalu melingkarkan tangannya di pundaknya.

Raisya terperangah mendapatkan perlakuan Arya seperti ini, namun ia bisa segera mengendalikan diri. Ia tersenyum lalu mengangguk.

“oh begitu? Oya mbak, bagaimana sikap mas Arya ke mbak? Apakah dia romantis?” Tania melanjutkan interogasinya.

Arya berdecak, lalu menoleh pada Raisya yang terlihat sedang menunggunya menjawab pertanyaan Tania.

Arya tersenyum tipis, lalu membelai pundak Raisya. Kalau mau, ia bisa membantunya menjawab.

Namun kali ini, ia membiarkan gadis itu sendiri yang memikirkan jawabannya.

Ia malah asyik memperhatikan setiap ekspresi Raisya.

Apalagi ekspresi kebingungannya saat ini, benar-benar membuatnya gemas.

Sedangkan Raisya, yang awalnya sudah menemukan ide untuk menjawab pertanyaan Tania, malah hilang begitu saja karena kaget atas perlakuan Arya.

“Ayolah mbak… ceritakan saja aku penasaran! Jangan takut pada mas Arya!” desak Tania.

“mas Arya sangat baik sama mbak,…” jawab Raisya singkat.

“bukan itu maksudku. Tetapi sikap mas Arya. Misalnya apakah mas Arya sering memberikan kejutan pada mbak? Makan malam? Atau sesuatu?”  Raisya menunduk, dan berpikir lama.

Dalam hati ia menggerutu karena Arya tidak membantunya kali ini.

“Katakan saja itu rahasia kita berdua,” bisik Arya sangat dekat di telinganya, membuat Raisya terkesiap dengan perlakuannya itu.

“itu… hem, mas Arya melarang ku untuk menceritakannya,” ujar Raisya.

Arya tertawa geli mendengar jawaban Raisya yang konyol dan di luar dugaannya.

“sudah bisa ku tebak,, dia memang begitu. Dia pasti tidak mau kami menertawainya. Kami sudah tau sikap mas Arya yang kaku pada wanita. Pasti dia bukan kekasih yang romantis, gampang emosi dan protektif. Pantas saja kalian terlihat kaku di depan umum,” ujar Tania dengan nada mengejek.

“bukan begitu Tania, Untuk apa mengumbar kemesraan di depan orang lain? Tidak penting!” bela Arya

“alasan ! Mengaku saja…mas pasti menjadi kekasih yang membosankan.

Selalu membicarakan pekerjaan, berbicara formal, dingin…dan yang aku tidak mengerti mengapa mbak bisa bertahan menjadi kekasih mas Arya!” serang Tania.

“Hei anak kecil tidak usah berbicara yang bukan-bukan. Memangnya kamu tahu bagaimana rasanya memiliki kekasih? Mendapatkan perlakuan romantis?” Skakmat! Arya benar-benar menggunakan jurus utamanya.

Di usianya yang ke 20 tahun Tania memang belum pernah berpacaran.

“bagaimana bisa aku memiliki kekasih kalau mas Arya selalu protektif padaku? Bersikap seperti seorang bodyguard yang siap mematahkan leher mereka ketika mereka mendekatiku? Mereka semua menjauh gara gara mas.." jawab Tania kesal.

Arya tertawa puas karena telah berhasil mengalahkan adiknya.

Raisya geli melihat tingkah perdebatan ke 2 kakak beradik yang ada di dekatnya..serta ekspresi Tania yang di luar dugaannya membuatnya ikut tertawa.

...****************...

Raisya berseru takjub melihat pemandangan danau yang sangat indah. Danau dengan air yang tenang dan dikelilingi oleh pepohonan dengan daun berwarna-warni. Sedangkan di seberang sana, terlihat gunung yang berdiri menjulang yang puncaknya berwarna putih tertutup awan.

“mbak Raisya suka?” pertanyaan Tania membuat Raisya tersadar.

“tentu saja.." jawab Raisya seraya tersenyum lebar. Setelah itu mereka pun menata berbagai peralatan piknik dan membuka bekal mereka.

Setelah itu,

Kakek dan ayah Arya, serta Leo menyiapkan kursi lipat dan alat pancing, lalu mencari spot yang pas untuk memancing, beberapa meter dari tempat mereka berkumpul.

Sedangkan Arya memilih untuk berburu objek yang bagus untuk ia potret.

“mas Arya foto kami dulu!” panggil Tania.

Arya mengangguk lalu menyiapkan kamera DSLR-nya.

Tania pun mulai mengatur posisi bersama Raisya, ibu, dan neneknya. Setelah mereka siap, Arya pun mengambil beberapa gambar.

“Sekarang giliran mas.. Sini aku yang mengambil gambar,” ucap Tania lalu mendekat untuk mengambil kamera dari tangan kakaknya.

Sang kakak pun menyerahkan kameranya lalu bergabung dengan ibu, nenek, dan Raisya.

“mas Arya berdirilah di samping mbak Raisya.” seru Tania ketika Arya malah berdiri di samping neneknya. Arya pun menurut dan berpindah di samping Raisya.

"mengapa kalian begitu kaku? Coba rangkul pundak Mbak Raisya.” perintah Tania lagi.

Arya berdecak, namun tetap menurutinya. Ia melingkarkan tangannya di pundak Raisya..dan refleks Raisya menoleh pada Arya, begitupun sebaliknya.

Klik.

Suara jepretan kamera membuat mereka tersentak dan menoleh pada Tania.

“Tania kami belum siap…” ujar Arya.

Tania hanya tersenyum kecil. Dalam hati ia puas bisa mengambil gambar keduanya yang terlihat begitu dekat dan natural. Kakak dan calon kakak iparnya saling berpandangan dalam jarak yang sangat dekat. Dan lucunya,sang ibu dan Nenek nya yang berdiri di sampingnya tersenyum ke kamera.

“Tania!” panggil sang ibu..

“oke oke” jawab Tania, lalu membidikkan kameranya lagi.

1....2...3 klik. 

Tania mengambil gambar beberapa kali, lalu mendekati mereka untuk memperlihatkan hasil jepretannya.

“Yaa Tuha… kalian sangat serasi!” ujar Nenek Arya.

“Benar! Aku sudah tidak sabar ingin melihat kalian menikah!” tambah ibu Lina.

“Makanya suruh mereka cepat menikah.” teriak Kakek Arya, yang ternyata mendengar percakapan mereka.

“Arya kapan kamu akan melamar Raisya?dan Kapan kalian akan menikah?” lanjutnya.

Arya tersenyum, lalu menjawab,

“Tenang saja eyang, Bulan depan kami akan menikah.” ujarnya santai, seraya mengambil kamera dari tangan adiknya.

Namun kalimat itu berhasil menarik perhatian seluruh orang yang mendengarnya.

Apalagi Raisya. Wanita itu menatap Arya ,ia tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya.

Arya pun seakan bisa berinteraksi hati dengan Raisya,

Karena setiap wanita itu melihatnya ia pun tanpa sadar melakukan hal yang sama. Begitupun sebaliknya.

Jadi ketika Raisya menatapnya kaget, ia pun menatapnya, lalu tersenyum lembut.

“Benarkan?” ujarnya pada Raisya

Raisya menunduk. Ia tidak tahu sejak kapan senyuman pria itu bisa meneduhkan hatinya, dan membuatnya tak bisa berkata tidak.

“Jadi mulai sekarang,mama..papa..dan Tania, bisa mulai siapkan pernikahan kami." lanjutnya.

“Pernikahan? Kami bertiga menyiapkan pernikahan? lalu mas Arya?” ulang Tania, yang ternyata baru pulih dari rasa kagetnya.

“ya mas akan mengurus pekerjaan mas di kantor,” jawab Arya santai..

“kemudian eyang akung dan eyang putri silakan menyiapkan kado pernikahan untuk kami,” lanjutnya, seraya mengedipkan mata kepada kakeknya.

to be continued👉👉👉👉

 

Terpopuler

Comments

Hannaletysia

Hannaletysia

seru

2021-07-18

1

Anhi Asriani

Anhi Asriani

seru bnget thor

2021-04-20

1

Perjuangan cinta Tuan Muda

Perjuangan cinta Tuan Muda

seru thor ceritanya. 6 jempol utk kryamu thor. lanjutkan. feedback please

2021-04-05

2

lihat semua
Episodes
1 *Episode 01*
2 *Episode 02*
3 *Episode 03*
4 *Episode 04*
5 *Episode 05*
6 *Episode 06*
7 *Episode 07*
8 *Episode 08*
9 *Episode.09*
10 *Episode 10*
11 Episode 11*
12 *Episode 12*
13 *Episode 13*
14 *Episode 14*
15 *Episode 15*
16 *Episode 16*
17 *Episode 17*
18 *Episode18*
19 *Episode 19*
20 *Episode 20*
21 *Episode 21*
22 *Episode 22*
23 *Episode 23*
24 *Episode 24*
25 *Episode 25*
26 * Episode 26 *
27 * Episode 27 *
28 * Episode 28 *
29 *Episode 29*
30 "Episode 30*
31 *Episode 31*
32 *Episode 32*
33 *Episode 33**
34 *Episode 34*
35 *Episode 35*
36 *Episode 36*
37 *Episode 37*
38 *Episode 38*
39 *Episode 39*
40 *Episode 40*
41 *Episode 41*
42 *Episode 42*
43 *Episode 43*
44 *Episode 44*
45 *Episode 45*
46 *Episode 46*
47 *Episode 47*
48 *Episode 48*
49 *Episode 49*
50 *Episode 50*
51 *Episode 51*
52 *Episode 52*
53 *Episode 53*
54 *Episode 54*
55 *Episode 55*
56 *Episode 56*
57 *Episode 57*
58 *Episode 58*
59 *Episode 59*
60 *Episode 60*
61 *Episode 61*
62 *Episode 62*
63 *Episode 63*
64 Episode 64*
65 Episode 65*
66 Episode 66*
67 Episode 67*
68 Episode.68*
69 Episode 69*
70 Episode 70*
71 Episode 71*
72 Episode 72*
73 Episode 73*
74 Episode 74*
75 Episode 75*
76 Episode 76*
77 Episode 77*
78 Episode 78*
79 Episode 79*
80 Episode 80*
81 Episode 81
82 Episode 82*
83 Episode 83
84 Episode 84*
85 Episode 85*
86 Episode 86*
87 Episode 87*
88 Episode 88*
89 Episode 89*
90 Episode 90*
91 Episode 91*
92 Episode 92*
93 Episode 93*
94 Episode 94*
Episodes

Updated 94 Episodes

1
*Episode 01*
2
*Episode 02*
3
*Episode 03*
4
*Episode 04*
5
*Episode 05*
6
*Episode 06*
7
*Episode 07*
8
*Episode 08*
9
*Episode.09*
10
*Episode 10*
11
Episode 11*
12
*Episode 12*
13
*Episode 13*
14
*Episode 14*
15
*Episode 15*
16
*Episode 16*
17
*Episode 17*
18
*Episode18*
19
*Episode 19*
20
*Episode 20*
21
*Episode 21*
22
*Episode 22*
23
*Episode 23*
24
*Episode 24*
25
*Episode 25*
26
* Episode 26 *
27
* Episode 27 *
28
* Episode 28 *
29
*Episode 29*
30
"Episode 30*
31
*Episode 31*
32
*Episode 32*
33
*Episode 33**
34
*Episode 34*
35
*Episode 35*
36
*Episode 36*
37
*Episode 37*
38
*Episode 38*
39
*Episode 39*
40
*Episode 40*
41
*Episode 41*
42
*Episode 42*
43
*Episode 43*
44
*Episode 44*
45
*Episode 45*
46
*Episode 46*
47
*Episode 47*
48
*Episode 48*
49
*Episode 49*
50
*Episode 50*
51
*Episode 51*
52
*Episode 52*
53
*Episode 53*
54
*Episode 54*
55
*Episode 55*
56
*Episode 56*
57
*Episode 57*
58
*Episode 58*
59
*Episode 59*
60
*Episode 60*
61
*Episode 61*
62
*Episode 62*
63
*Episode 63*
64
Episode 64*
65
Episode 65*
66
Episode 66*
67
Episode 67*
68
Episode.68*
69
Episode 69*
70
Episode 70*
71
Episode 71*
72
Episode 72*
73
Episode 73*
74
Episode 74*
75
Episode 75*
76
Episode 76*
77
Episode 77*
78
Episode 78*
79
Episode 79*
80
Episode 80*
81
Episode 81
82
Episode 82*
83
Episode 83
84
Episode 84*
85
Episode 85*
86
Episode 86*
87
Episode 87*
88
Episode 88*
89
Episode 89*
90
Episode 90*
91
Episode 91*
92
Episode 92*
93
Episode 93*
94
Episode 94*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!