*Episode 02*

Kesibukan di ibukota seakan tidak pernah berhenti. Walaupun jam menunjukkan tengah malam, tidak ada tanda-tanda kota tersebut akan tertidur.

Begitu pula yang terjadi di kawasan HM.Thamrin sebuah kawasan elit kawasan yang menjadi pusat kehidupan para konglomerat dan selebritis, salah satunya adalah Arya Wijaya sang Direktur grup bisnis ternama yang didirikan keluarga Wijaya. Lelaki itu berdiri di balkon kamarnya yang terletak di lantai 23 bangunan tersebut.

Dari lokasi apartemennya yang strategis, ia  bisa mengamati beribu lampu di kejauhan yang gemerlap indah. Tetapi bukan itu yang menjadi perhatiannya.

Walaupun tahu, lelaki itu bahkan tidak menghiraukannya. Ia tengah sibuk dengan pikirannya sendiri, pikiran tentang ide gilanya yang tiba-tiba terlintas melihat sekretaris barunya yang kebingungan dan frustasi mencari pinjaman uang, serta reaksi gadis itu begitu mendengar tawarannya.

*Raisya Lestari.*

Namanya Raisya.

Kandidat pertama dan utama yang menjadi pilihan Arya untuk menjadi istri kontraknya.

Jika boleh jujur, ide itu terlintas begitu saja ketika ia melihat gadis itu datang ke ruangannya memohon pinjaman uang yang sangat besar, dan sebenarnya saat itu ia senang dan ia mau saja memberikan Gadis itu bonus karena secara tidak langsung ia telah memberinya ide untuk menyelesaikan masalah perkawinannya. Tetapi tentu saja tidak ia lakukan. Kemampuan analisis bisnisnya bekerja dengan baik pada saat itu. Dan inilah hasil observasi dari seorang Arya Wijaya mengenai seorang *Raisya Lestari* :

#Kelebihan Raisya:

*Cantik

*Berpendidikan

*Pintar

*Cerdas

*Memiliki penampilan yang menarik

*Memiliki postur tubuh yang ideal

*Beretika

#Kelemahan Raisya:

*Mudah gugup

*Terlalu menuruti perasaan

*Sedang membutuhkan uang banyak untuk pengobatan adiknya

*Tidak ada yang bisa memberikan pinjaman atau uang sebanyak itu selain Arya.

*berasal dari keluarga dengan status sosial tidak sama dengannya.

*Raisya memiliki kekasih.

 Arya mengerutkan kening mengingat analisis singkatnya. Jika dihitung secara matematis, Raisya memiliki banyak kelebihan, serta peluang yang dimiliki Raisya untuk memanfaatkannya sangat besar, karena itu bukan hanya peluang, tetapi masalah mendasar yang akan menjadi pendorong utama Raisya menerima tawarannya ini. Sedangkan kelemahan Raisya… Wanita itu mudah gugup dan terlalu menuruti perasaannya.

Arya mengangguk., Aku bisa mengatasinya, batin Arya. Sedangkan yang terakhir, keadaan yang bisa mengancamnya. Pertama, keluarganya tidak merestui hubungannya dengan Raisya karena keluarganya berasal status sosial yang tidak setara dengannya.

Sejujurnya, Arya tidak ingin menutupi asal usul keluarga Raisya, karena ia tidak ingin memusingkan rangkaian kebohongan yang harus ia rencanakan nantinya.

Jadi, tugasnya kini meyakinkan keluarganya untuk bisa menerima Raisya.

Arya tersenyum. Ia sangat tahu Keluarganya sangat menyayanginya dan selalu menuruti keinginannya.

Lagipula, ibunya terlihat senang dan antusias ketika ia mengatakan akan menikah, bahkan sebelum ibunya tau siapa wanita itu.

Hmmm… jika saja mereka nantinya tidak setuju, ia bisa mengatakan jika ia tidak akan menikah jika tidak dengan Raisya, dan orang tuanya tentu tidak akan memaksa.

Tapi semoga saja keluarganya tidak mempermasalahkan status sosial Raisya.

Toh, sejak dulu orang tuanya tidak pernah mempermasalahkan status sosial teman-teman dekat Arya.

Selain itu, Raisya juga memiliki banyak kelebihan yang bisa ia manfaatkan agar orang tuanya bisa merestui mereka. Nah, dan yang kedua, bagaimana jika Raisya memiliki kekasih ?.

Kekasih. Tentu saja itu bukan masalah baginya. Itu adalah masalah pribadi Raisya, dan dalam draft perjanjian yang ia berikan telah tertulis untuk  tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Toh ia hanya menggunakan Raisya selama setahun.. Yang menjadi ancaman baginya adalah jika saja lelaki itu tidak mengijinkan gadis itu untuk menerima penawaran ini. Mengapa informasi itu terlewat darinya?

Arya meraih ponselnya lalu menelfon Leo, asisten pribadinya sekaligus orang kepercayaannya atau tangan kanannya.

Tuut...

Pada deringan pertama Leo menjawab panggilannya.

“Leo, segera cari tahu mengenai status Raisya,, tentang pasangannya…”

“Ya, malam ini!”

Arya mematikan ponselnya lalu memasukkan kembali ke saku celananya.

Sejenak ia tertegun. Tiba-tiba sedikit pemikiran terlintas di benaknya.

Mengapa harus Raisya yang menjadi istri kontraknya? Bukankah ia bisa menunjuk wanita manapun yang ia inginkan, dan wanita itu akan dengan sukarela menyerahkan dirinya?

...****************...

“Sayang, kamu tidak pulang?” tanya sang ibu begitu menyadari sekarang sudah larut malam pada Raisya yang berada di depannya, duduk di ranjang Nadia. Sedangkan ia sendiri duduk di kursi samping  ranjang Nadia.

“Tidak bu… Aku ingin di sini, menemani ibu menjaga Nadia…”

“Tapi besok kamu harus bekerja nak. Sebaiknya kamu pulang dan beristirahat,?” Raisya menggeleng. Ibunya menghela nafas.

“Kamu kenapa? Kamu terlihat berbeda hari ini…” Raisya kembali menggeleng.

“Apa yang terjadi? Ceritakan pada ibu?” Raisya menunduk, memikirkan apakah sebaiknya ia bercerita kepada ibunya atau tidak.

“Sya, tolong jangan membuat ibu khawatir…” Raisya mengangkat wajahnya. Pandangannya menemukan wajah ibunya menatapnya khawatir, dan isyarat yang mengatakan untuk tidak membantahnya. Raisya menghela nafas. Ia tidak pernah bisa membantah dan membohongi ibunya.

Raisya melihat wajah Nadia, mengeceknya apakah adiknya itu sudah benar-benar terlelap atau tidak.

“Dia sudah tidur, percayalah! Atau kamu ingin kita bicara di luar?” Raisya mengerutkan kening. Jika mereka bicara di sini, ia takut penghuni ranjang di sampingnya, di balik tirai, mendengar percakapan mereka. Namun, jika mereka bicara di luar,ia pun takut adiknya tiba-tiba membutuhkan mereka.

“Bagaimana?”

“Disini saja, bu…”

“Kamu yakin?” Raisya mengangguk.

“Kita bisa bicara di koridor depan. ibu akan menitipkan Nadia pada Bu Tutik, keluarga pasien di samping kita. Kita bisa membuka tirainya agar bu Tutik bisa mengawasi Nadia juga,” Raisya mengangguk menyetujui ide ibunya.

Ya Tuhan! Bahkan ia sudah tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan hal-hal kecil seperti itu.

Sang ibu bangkit lalu berbicara sebentar pada ibu Tutik yang tengah menjaga anaknya yang menderita sakit DB.

Raisya memberi salam pada ibu Tutik. Wanita paruh baya itu membalas salam Raisya dan sempat memuji kecantikan Raisya.

Raisya pun mengucapkan terima kasih, lalu mengikuti ibunya keluar dari ruangan itu. Mereka lalu duduk di kursi baja panjang yang tersambung satu sama lain di koridor.

“Sekarang, ceritakan apa yang terjadi!”

Dan Raisya pun menceritakan semua hal terkait penawaran direkturnya, Arya Wijaya, dari awal sampai akhir, tanpa terkecuali.

“Beraninya lelaki itu!” umpat sang ibu marah.

“bu… tenanglah…” mohon Raisya dengan lemah, seakan energinya telah habis menghadapi hari ini, dengan berbagai kejadian yang tidak disangkanya. Mulai dari interogasi masalah pengajuan pinjaman uang oleh bosnya, tawaran kawin kontrak, sampai draft perjanjian yang berat sebelah. Ditambah lagi ia harus menceritakan itu semua kepada ibunya.

“Tidak Sya! Bagaimana bisa ia mempermainkan putri kesayanganku dengan menawarkan kawin kontrak seperti ini, ?” ujar ibunya yang sarat dengan emosi.

“Tidak bu… ini tidak seperti yang ibu pikirkan. Dia berniat baik untuk membantu kita.”

“Membantu? Dengan memanfaatkan keadaan kita yang kesulitan untuk memaksamu menjadi istri kontraknya? Apakah itu yang namanya membantu, ?” tukas sang ibu dengan nada yang lebih tinggi. Raisya mengumpat dirinya sendiri karena telah menceritakan semuanya pada ibunya. Bodohnya kau Raisya!  Batinnya.

“bu… itu hanya bentuk balas budi karena dia telah menolong kita. Lagipula itu hanya setahun..ya setahun.”

“Tidak Sya! Dia bukan hanya membohongi keluarganya, tetapi juga melecehkan ikatan suci pernikahan! Tidak! ibu tidak akan membiarkanmu melakukannya! Tidak akan pernah!”

“Tapi bu… dengan apa kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sesingkat ini? Dia satu-satunya harapan kita bu…”

“Tidak Sya! Lebih baik ibu mati daripada mengorbankan kamu , membiarkanmu menjadi istri kontrak lelaki bajingan itu!”

“bu…”

“Tidak Sya! Sekali ibu katakan tidak, tetap tidak!” sang ibu bangkit dan meninggalkan Raisya.

Raisya menghela nafas. Tanpa bisa ia tahan, bulir-bulir air mata tiba-tiba mengalir di pipi cantiknya.

...****************...

“Baiklah, sekian meeting hari ini. Tolong kirim laporan masing-masing divisi maksimal jam tiga sore ini! Terima kasih!” Arya menutup meeting  internal pada hari itu. Sekilas, ia melirik Raisya. Wanita sedang membereskan berkas-berkasnya. Arya mengerutkan bibir. Sampai saat ini wanita itu belum membahas penawarannya kemarin. Apakah ia tidak menerima tawaranku? tidak mungkin ! Dia sangat membutuhkan uang itu, dan tidak ada yang bisa memberikannya uang sebanyak itu!  Batin Arya

“pak, silakan!” Leo mempersilakan Arya untuk berjalan keluar mendahuluinya, dengan sikap formal. Arya menarik ujung jasnya, merapikan dengan gaya khasnya yang berwibawa, lalu berjalan melewati Raisya. Raisya menundukkan kepala ketika Arya berjalan melewatinya, lalu mengikuti bosnya itu berjalan di koridor menuju ruangan mereka, di lantai teratas gedung tersebut.

Mereka berhenti di depan lift. Leo menekan tombol lift. Begitu pintu terbuka, Arya masuk, lalu diikuti Leo dan Raisya. Leo berdiri di sisi kanan Arya, sedangkan Raisya di sisi kirinya.

Drrrttt… drrrttt…

Raisya merogoh saku blazernya lalu mengeluarkan ponselnya.

“iya bu…” jawab Raisya dengan suara pelan.

“Apa? Bagaimana keadaannya sekarang?” kini nada khawatir dan panik tampak jelas dari nada bicaranya.

“Ya Tuhaaan… Aku akan… segera kesana…”  Raisya mengucapkan kalimat terakhir, akan segera ke sana, dengan pelan dan ragu, seraya melirik ke arah bosnya.. Arya mengernyit mendengar pembicaraan Raisya

“ya…bu”

Raisya mematikan ponselnya.

“pak…” panggil Raisya dengan suara bergetar.

“Bolehkah aku… Adikku sedang…”

“Leo, antarkan dia ke rumah sakit. Pastikan dia tiba disana secepat mungkin dan selamat..."

”baik pak.." jawab Leo seraya sedikit menunduk.

Pintu lift terbuka dan Arya langsung melangkah pergi, meninggalkan Raisya dan Leo. Raisya masih terpaku di tempatnya, tidak mengerti sikap Arya.

“Silakan !” Raisya tersentak.

"iya!”

...****************...

“bu…” panggil Raisya pada ibunya yang sedang duduk di depan sebuah ruangan, yang Raisya tidak tau namanya, dimana dokter dan perawat memberikan perawatan intensif kepada Nadia yang mendadak collapse  lagi.

“Sya…” gumam ibunya. Mereka langsung menghambur satu sama lain. Raisya memeluk ibunya. Tubuh sang ibu bergetar karena tangis.

“Ada apa, bu? Bagaimana keadaan Nadia?” Ibunya menggeleng.

“Tenanglah bu… tenanglah…!” Raisya mencoba menenangkan ibunya, walaupun dia sendiri sedang panik.

“bu…” Raisya menuntun ibunya untuk duduk kembali.

“Tenanglah bu…” Raisya membelai punggung ibunya. Perlahan, tangisan ibunya mereda.

“Adikmu… Sya…” ujar sang ibu, tersendat.

“Iya?” Raisya menanti, berusaha sabar.

“Adikmu, Raisya…ibu tidak tahan melihat ia tersiksa seperti ini…” Air mata ibunya kembali mengalir.

“Adikmu… kata dokter, ia harus segera dioperasi. Kita harus memiliki uang itu, Raisya… dan kita harus menemukan donor yang cocok…” Raisya terdiam. Uang? Donor ginjal? Ya Tuhan…

“Sya… Kita harus mendapatkannya! Kita harus mendapatkannya!” sang ibu mengguncang tubuh Raisya. Kini yang ada dipikirannya hanya Nadia… Teringat jelas dibenaknya setiap jerit kesakitan Nadia, dan setiap jerit kesakitan itu ikut menggores luka di dalam hatinya. Ibu mana yang tahan melihat anaknya kesakitan? Bahkan, jikalau bisa, ia ingin menggantikan posisi itu dengan dirinya… Lebih baik ia yang kesakitan daripada sang anak…

“Raisya… kita harus mendapatkannya… kita harus mendapatkannya….” isak tangis ibunya semakin pilu. Tubuhnya merosot ke dalam pelukan Raisya.

“Iya bu… Kita akan mendapatkannya… Aku akan mendapatkannya… Kita akan mendapatkan uang itu…” Jawab Raisya. Namun suaranya terdengar hampa, tidak ada keyakinan sama sekali…

Raisya memperhatikan adiknya yang terbaring lemah di ranjang pesakitan dan ibunya yang duduk di samping ranjang Nadia. Kepala ibunya bertumpu pada kedua lengannya yang terlipat ranjang Nadia, dan sebelah tangannya memegang tangan Nadia. Tanpa bisa Raisya tahan, air mata mengalir menganak sungai di pipinya. Hatinya terluka melihat kondisi adiknya yang semakin hari semakin menyedihkan, serta kondisi ibunya yang sangat menyedihkan akibat beban yang ditanggungnya selama ini.

Aku harus melakukan sesuatu…

Aku harus menerimanya…

Tidak ada jalan lain…

Hanya dengan menerima tawaran itu…

Ya. Hanya itulah cara yang bisa ia lakukan untuk menolong adiknya, dan ibunya. Ia adalah anak sulung, tulang punggung keluarga, dan Raisya menyadari perannya itu. Ia yang harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dan satu-satunya cara yang ada saat ini adalah menerima tawaran Arya Wijaya, untuk menjadi istri kontraknya.

 

Maafkan aku, ibu…

Hanya ini satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Nadia.

Jikalau nanti ibu membenciku,

bahkan tidak mengakuiku sebagai anakmu karena menerima tawaran ini,

Aku rela, aku akan menerimanya,

Asalkan Nadia bisa selamat!

Jika nanti kau mengusirku karena melanggar larangan mu ini,

Paling tidak, saat itu ada Nadia yang akan menjagamu…

Raisya menengok jam besar di atas pintu masuk ruangan. Sekarang masih jam setengah delapan malam, dan hari Jumat. Menurut informasi yang ia dapat, biasanya pada Jumat bosnya pulang lebih malam, kira-kira sampai jam sembilan malam untuk menyelesaikan pekerjaan agar tidak mengganggu akhir pekannya. Raisya menyeka air mata, meraih tasnya lalu pergi tanpa berpamitan pada ibunya.

...****************...

 “Masuk!” ujar Arya dengan agak keras agar terdengar oleh orang yang mengetuk pintu, tanpa mengalihkan fokusnya dari laptop.

“ma..af....pak…” Arya menoleh ke asal suara bergetar yang memanggilnya. Dahinya berkerut melihat sosok wanita yang biasanya terlihat rapi dan anggun, kini tampil sangat kacau di depannya.

“Raisya, masuklah!” ujar Arya, tetap dengan gaya bicaranya yang dingin. Raisya berjalan mendekat lalu berhenti di depan meja kerja Arya. Karena posisinya kini, Arya dapat melihat Raisya dengan jelas.

Ia tidak menyangka wanita yang biasanya selalu tampil menarik, cantik, dan rapi kini berubah total. Rambutnya berantakan, sisa-sisa air mata terlihat jelas di wajahnya yang tidak kalah kacau.

Hidungnya memerah, matanya sembab, nafasnya juga tersendat karena bekas isak tangisnya.

Pandangan Arya kini turun, memperhatikan pakaiannya. ya, ia baru menyadari kini Raisya tidak mengenakan blazer, hanya kemeja lengan pendek berwarna krem, tetapi bagian leher dan satu kancing bagian atas tidak terkancing. Arya berdeham.

“Apa yang terjadi?” tanya Arya, tenang dan singkat.

“Saya… Adik Saya…” Raisya menyeka air matanya yang tiba-tiba mengalir.

“Duduklah!” Arya yang kaget atas kedatangan Raisya dan terlalu fokus pada penampilan  kacaunya sampai lupa untuk mempersilakan Raisya duduk.

Raisya menggeleng.

“Saya hanya ingin mengatakan…” Raisya menghentikan kalimatnya. Arya mengangkat sebelah alisnya menanti kelanjutan kalimat Raisya.

“Saya ingin mengatakan bahwa saya…” kalimat Raisya kembali tersendat.

“…Saya menerima tawaran Anda…”

...****************...

to be continued

Terpopuler

Comments

Anhi Asriani

Anhi Asriani

sedih bnget thor

2021-04-20

2

Shan Shan

Shan Shan

jika berkenan mampir juga di ceritaku ya

2020-10-29

1

Shan Shan

Shan Shan

hai kamu, semangat ya nulisnya!!!
aku sudah like ceritamu


terimakasih

2020-10-29

1

lihat semua
Episodes
1 *Episode 01*
2 *Episode 02*
3 *Episode 03*
4 *Episode 04*
5 *Episode 05*
6 *Episode 06*
7 *Episode 07*
8 *Episode 08*
9 *Episode.09*
10 *Episode 10*
11 Episode 11*
12 *Episode 12*
13 *Episode 13*
14 *Episode 14*
15 *Episode 15*
16 *Episode 16*
17 *Episode 17*
18 *Episode18*
19 *Episode 19*
20 *Episode 20*
21 *Episode 21*
22 *Episode 22*
23 *Episode 23*
24 *Episode 24*
25 *Episode 25*
26 * Episode 26 *
27 * Episode 27 *
28 * Episode 28 *
29 *Episode 29*
30 "Episode 30*
31 *Episode 31*
32 *Episode 32*
33 *Episode 33**
34 *Episode 34*
35 *Episode 35*
36 *Episode 36*
37 *Episode 37*
38 *Episode 38*
39 *Episode 39*
40 *Episode 40*
41 *Episode 41*
42 *Episode 42*
43 *Episode 43*
44 *Episode 44*
45 *Episode 45*
46 *Episode 46*
47 *Episode 47*
48 *Episode 48*
49 *Episode 49*
50 *Episode 50*
51 *Episode 51*
52 *Episode 52*
53 *Episode 53*
54 *Episode 54*
55 *Episode 55*
56 *Episode 56*
57 *Episode 57*
58 *Episode 58*
59 *Episode 59*
60 *Episode 60*
61 *Episode 61*
62 *Episode 62*
63 *Episode 63*
64 Episode 64*
65 Episode 65*
66 Episode 66*
67 Episode 67*
68 Episode.68*
69 Episode 69*
70 Episode 70*
71 Episode 71*
72 Episode 72*
73 Episode 73*
74 Episode 74*
75 Episode 75*
76 Episode 76*
77 Episode 77*
78 Episode 78*
79 Episode 79*
80 Episode 80*
81 Episode 81
82 Episode 82*
83 Episode 83
84 Episode 84*
85 Episode 85*
86 Episode 86*
87 Episode 87*
88 Episode 88*
89 Episode 89*
90 Episode 90*
91 Episode 91*
92 Episode 92*
93 Episode 93*
94 Episode 94*
Episodes

Updated 94 Episodes

1
*Episode 01*
2
*Episode 02*
3
*Episode 03*
4
*Episode 04*
5
*Episode 05*
6
*Episode 06*
7
*Episode 07*
8
*Episode 08*
9
*Episode.09*
10
*Episode 10*
11
Episode 11*
12
*Episode 12*
13
*Episode 13*
14
*Episode 14*
15
*Episode 15*
16
*Episode 16*
17
*Episode 17*
18
*Episode18*
19
*Episode 19*
20
*Episode 20*
21
*Episode 21*
22
*Episode 22*
23
*Episode 23*
24
*Episode 24*
25
*Episode 25*
26
* Episode 26 *
27
* Episode 27 *
28
* Episode 28 *
29
*Episode 29*
30
"Episode 30*
31
*Episode 31*
32
*Episode 32*
33
*Episode 33**
34
*Episode 34*
35
*Episode 35*
36
*Episode 36*
37
*Episode 37*
38
*Episode 38*
39
*Episode 39*
40
*Episode 40*
41
*Episode 41*
42
*Episode 42*
43
*Episode 43*
44
*Episode 44*
45
*Episode 45*
46
*Episode 46*
47
*Episode 47*
48
*Episode 48*
49
*Episode 49*
50
*Episode 50*
51
*Episode 51*
52
*Episode 52*
53
*Episode 53*
54
*Episode 54*
55
*Episode 55*
56
*Episode 56*
57
*Episode 57*
58
*Episode 58*
59
*Episode 59*
60
*Episode 60*
61
*Episode 61*
62
*Episode 62*
63
*Episode 63*
64
Episode 64*
65
Episode 65*
66
Episode 66*
67
Episode 67*
68
Episode.68*
69
Episode 69*
70
Episode 70*
71
Episode 71*
72
Episode 72*
73
Episode 73*
74
Episode 74*
75
Episode 75*
76
Episode 76*
77
Episode 77*
78
Episode 78*
79
Episode 79*
80
Episode 80*
81
Episode 81
82
Episode 82*
83
Episode 83
84
Episode 84*
85
Episode 85*
86
Episode 86*
87
Episode 87*
88
Episode 88*
89
Episode 89*
90
Episode 90*
91
Episode 91*
92
Episode 92*
93
Episode 93*
94
Episode 94*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!