Max kembali ke rumah mewahnya. Dia masuk ke dalam dan terduduk di sofa. Max berusaha tenang agar emosi di dalam dadanya mereda. Max kesal saat Liora tidak mengakui dirinya sebagai kekasih.
Max juga kesal saat Liora hanya diam saja saat keningnya di kecup oleh Varo. Max menengadahkan kepalanya di atas bantalan sofa.
"Liora ... apa mau kamu sebenarnya," teriak Max.
Max menuju kamarnya di atas. Dia masuk dan menuju kamar mandi. Max menghidupkan kran shower lalu menguyur dirinya dengan pakaian lengkap.
Max mendinginkan kepalanya yang terasa terbakar emosi. Dia membuka satu per satu pakaiannya. Max mengambil handuk dan melilitkan di pinggangnya.
Max keluar dari kamar mandi dan bercermin di meja rias. Di bagian otot perutnya terdapat lukisan nama Liora. Max memang sengaja mengambar permanen nama Liora di sisi otot perutnya.
Max mengambil pakaian di dalam lemari dan memakainya. Dia naik ke atas ranjang tidur dan merebahkan kepalanya di atas bantal. Max memejamkan matanya dan tertidur.
...****************...
Jam sudah menunjukan waktu pulang kantor. Liora membereskan semua pekerjaannya. Dia juga memasukan segala ponsel serta keperluan lainnya ke dalam tas. Liora bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.
Liora masuk ke dalam sebuah lift khusus petinggi. Dia menekan angka menuju lantai dasar. Pintu lift terbuka saat sudah sampai di lantai dasar.
Liora bergegas keluar menuju mobilnya. Dia mengklik tombol di kunci mobil. Liora membuka pintu lalu masuk. Liora mengambil ponselnya di dalam tas.
Dia hendak menelepon Max. Beberapa kali Lio mencoba menelepon sang kekasih. Namun Max tidak mengangkatnya.
"Max pasti marah kepadaku," gumam Liora.
Liora menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya keluar dari area gedung perkantoran. Di pertengahan jalan, Liora menghentikan mobilnya di sebuah restoran. Liora hendak membeli makanan untuk makan malam.
Liora keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam restoran. Dia memesan makanan kepada pelayan.
"Selamat datang, Nona," ucap wanita berseragam pelayan.
Liora tersenyum. "Aku ingin memesan menu makan malam."
Pelayan itu memberikan buku menu. Liora terlihat memilih-milih makanan kesukaan Max. Kekasihnya itu hanya makan makanan sehat saja. Sebab itu Max menjadi awet muda.
"Aku pesan nasi merah, salad sayur serta ayam rebus bagian dada tanpa kulit," ucap Liora.
"Baik ... silakan di tunggu, Nona," ucap pelayan itu.
Liora duduk di kursi seraya menunggu pesanannya. Dia kembali menelepon Max. Tapi, lagi-lagi Max tidak menjawab panggilan darinya.
Liora berdecak dan bergumam. "Hukuman apa lagi yang akan Max berikan padaku. Bekas kecupan di tubuhku saja belum hilang."
Tidak lama pelayan datang dengan membawa makanan pesanan Liora. "Nona ... makanannya sudah siap."
Liora mengambil makanan itu dari tangan pelayan. "Terima kasih banyak."
Liora mengeluarkan kartu kredit di dalam dompetnya. Dia memberikan itu kepada kasir. Setelah kasir mengesek dan mengembalikan kartu itu, Liora keluar dari restoran dan masuk ke dalam mobil. Liora melajukan mobilnya menuju kediaman Max.
Liora keluar dari dalam mobil setelah sampai di rumah Max. Dia langsung saja masuk ke dalam rumah. Liora meletakan makanan yang di bawa di meja makan. Dia juga meletakan tasnya di sofa ruang TV.
Liora menaiki anak tangga menuju kamar Max. Dia memutar knop pintu dan masuk ke dalam. Terlihat Max sedang tertidur pulas.
"Pantas saja dia tidak mengangkat panggilan dariku. Ternyata dia tidur," gumam Liora.
Liora membuka bajunya dan mengambil handuk serta kemeja Max di dalam lemari. Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Max mengeliat dan mengucek matanya. Dia terbangun saat mendengar suara gemericik air. Max bangkit dari tidurnya. Dia melihat pakaian kantor Liora di atas sofa kamar.
Liora keluar dari kamar mandi dengan kemeja putih serta handuk yang melilit di kepalanya. Dia tersenyum saat melihat Max sudah bangun.
Liora membuka handuk di kepalanya dan mengosok-gosok rambutnya dengan handuk. "Max ... aku membawa makan malam untukmu. Kita makan bareng, yah!"
Max diam dan turun dari ranjang. Dia masuk ke dalam kamar mandi. Liora menghela napas panjang. Kekasihnya itu terlihat marah.
Max keluar setelah membasuh wajahnya. Dia hendak keluar dari kamar, tapi Liora menahan tangannya.
"Aku tahu kamu marah. Maafkan aku, bukan maksudku unt-" Liora terdiam saat Max mengangkat tangannya.
"Sudah cukup kata maafmu itu. Aku bosan mendengarnya. Jika kamu menginginkan bersama Varo maka pergilah. Aku akan melepasmu," tutur Max.
Liora kaget mendengarnya. "Apa maksudmu?"
"Katakan padaku, apa kamu sudah tidur dengannya?" tanya Max.
Liora mendelik. "Max ... pertanyaan macam apa itu? Kamu satu-satunya pria yang menyentuhku."
Max terkekeh. "Oh, ya ... aku tidak tahu, apa saja yang kamu lakukan bersama Varo di saat aku belum kembali. Aku juga belum menyentuhmu sepenuhnya."
"Tutup mulutmu, Max!" bentak Liora. "Kamu kira aku wanita seperti itu. Asal kamu tahu, aku menunggumu dan tidak menjalin hubungan dengan siapapun." Liora sedikit berteriak.
"Kenapa kamu diam saja, saat Varo menyentuhmu, huh," hardik Max.
Liora terlonjak kaget. Max mengetahui saat Varo mengecup kening serta mengusap rambutnya.
"Jangan katakan itu hanya kecupan biasa, Liora," ucap Max.
"Aku juga kaget saat Varo mengecup keningku. A-aku juga tidak mengira dia akan melakukan hal itu," lirih Liora.
Max menunjuk wajah Lio. "Itu karna salahmu sendiri. Jika kamu memberitahu Varo, kita menjalin hubungan, kejadiannya tidak seperti ini. Katakan Lio, apa kamu malu berpacaran denganku?"
Liora mengeleng. "Tidak ... aku tidak malu. Aku hanya belum punya kesempatan saja. Ini terlalu cepat Max. Ini tidak semudah membalik telapak tangan."
Tentu saja itu tidak mudah bagi Liora. Dia harus menunggu waktu yang tepat untuk berkata jujur. Ada banyak kepala yang akan dia hadapi.
Liora menatap wajah Max. "Kamu sendiri juga sama, Max. Kapan kamu akan memberitahu hubungan kita. Kamu saja belum bicara kepada orang tuaku. Jangan menyalahkan aku, Max."
Liora keluar dari dalam kamar. Max terduduk lemas di tepi ranjang. Dia menutup wajahnya dengan satu tangan. Liora memang benar. Dia juga belum bicara kepada Alex dan Berli.
Max keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Max mencari keberadaan Liora. Dia menuju ruang makan. Terlihat kekasihnya itu tengah menata makanan di atas meja.
Liora melihat Max yang sudah berada di depannya. "Aku sudah menyiapkan makan malam. Makanlah, aku mau pulang."
Max meraih tangan Liora saat kekasihnya itu hendak pergi. Max memeluk Liora dengan posisinya di belakang.
"Maaf ... aku cemburu saat Varo menyentuhmu. Aku kesal melihatnya. Hanya aku yang boleh memiliki dan menyentuhmu." Max berbisik di telinga Liora.
Liora menghela, pacarnya tipe pria pencemburu dan posesif.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lailatul Mufida
perjuanganmu begitu berat max, tp kamu harus semangat... Cayooo 💪
2021-10-25
1
helga
perjuangan max dgn liora berat
dag dig dug gue thor mau lanjut baca nie novel
2021-05-29
2
Zuanita Safaruddin
hubungan max tidak sehat kayaknya, terlalu terobsesi
2021-04-24
0