Berli terduduk lemas di kursi sofa. Dia sungguh tidak mengira jika sikap Alex akan bertolak belakang. Berli sangat kaget saat Alex malah mengungkapkan masa lalu.
Alex datang menghampiri sang istri yang duduk sendiri. Dia mendekat tapi Berli menjauh dari duduknya. Berli bergeser dan tidak ingin berdekatan dengan Alex.
Alex mengembuskan napasnya kasar. Dia tahu jika Berli sedang marah. "Kamu tahu sendiri, jika Liora akan aku jodohkan dengan Varo. Aku juga tidak menyukai Max, mereka cocok sebagai paman dan keponakan saja."
"Tidak seharusnya kamu mengungkapkan hal itu pada Liora. Mereka saling mencintai, apa salahnya jika mereka bersama. Kamu tahu, dari kecil Max dan Liora sangat dekat," ungkap Berli.
Alex terkekeh. "Aku tahu sekarang, Max sengaja mendekat pada Liora karna memang dia mengincar putri kita." Alex meraih tangan Berli. "Sayang ... perasaan Max itu salah. Tidak ada pria yang mencintai seorang gadis bahkan saat gadis itu masih kecil. Percayalah, itu hanya obsesi saja."
Berli melepas tangan Alex. "Aku ingin menemui Liora. Berikan kunci kamarnya. Untuk apa kamu mengurungnya di kamar. Liora itu sudah dewasa, biarkan dia mengatasi masalahnya sendiri."
"Tidak akan ... biarkan dia di dalam sana. Aku tahu kamu ingin membiarkan dia bersama Maxim." Alex bangkit berdiri. "Tasia ... aku adalah kepala rumah tangga di sini. Keputusanku sudah bulat. Aku tidak ingin Liora terjebak dalam obsesi cinta Max."
Alex melangkah menuju kamar tidurnya. Berli terduduk di sofa dengan mengusap wajahnya. Berli tidak mungkin menolak perintah Alex. Bagaimanapun Alex adalah kepala rumah tangga dan dirinya ialah seorang istri.
Liora menangis tersedu-sedu di dalam kamar. Dia mencoba untuk membuka pintu namun tidak bisa. Liora ingin menemui Maxim. Dia ingin mendengar dari bibir Max sendiri tentang apa yang di katakan oleh daddynya.
Liora mengedor-ngedor pintu kamarnya sendiri. "Daddy ... buka pintunya."
Berli bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke kamar Liora. Berli mendengar suara tangis dan teriakan Liora dari dalam. Putrinya itu ingin minta di keluarkan.
"Sabar sayang, Mommy akan buka pintu kamarmu," pekik Berli.
Berli bergegas menuju dapur. Dia membuka laci tempat biasa dia menyimpan kunci cadangan. Namun kunci-kunci itu tidak ada. Berli terus mengobrak-abrik membuka laci lemari satu persatu.
"Dimana, semua kunci cadangan?" gumam Berli.
"Kamu mencari kunci cadangan?" tanya Alex yang tiba-tiba saja muncul di dapur.
"Al ... kamu yang menyembunyikan semua kunci, kan?" Berli terlihat kesal pada suaminya itu.
"Iya ... aku tahu, kalau kamu pasti akan membebaskan Liora," tukas Alex.
"Jangan seperti anak kecil, Al. Kalau terjadi apa-apa dengan Liora di dalam, bagaimana?" Berli memelas.
"Sayang ... kembali ke kamar. Liora biar aku yang urus." Alex mengangkat tubuh Berli. Dia membawa istrinya masuk ke dalam kamar. Alex merebahkan Berli ke atas ranjang tidur.
Alex mengusap puncak kepala Berli. "Tidurlah, aku akan melepas Liora. Tenang saja ... aku tidak sejahat itu." Alex menyelimuti tubuh Berli dengan selimut tebal.
Alex keluar dari dalam kamarnya. Dia melangkah menuju kamar Liora. Alex memutar kunci dan membuka pintu.
Terlihat Liora tengah duduk menangis di bawah ranjang. Alex berjongkok membelai rambut putrinya.
"Liora ... temui kekasihmu itu. Untuk malam ini, Daddy akan izinkan kalian bersama," ucap Alex.
Liora mendongkakkan kepalanya. "Daddy mengizinkan Liora bersama Max?"
"Hanya malam ini saja. Putuskan hubunganmu yang konyol itu dengan Max. Jika tidak, itu artinya kamu lebih memilih Max hancur," papar Alex.
"Maksud Daddy apa?" Liora kaget akan perkataan Alex.
"Dengar Lio, keluarga kita lebih berkuasa dari Max. Daddy bisa saja menghancurkan dirinya. Kamu tidak mau, kan? Usaha Max menjadi sia-sia," tutur Alex.
Liora terdiam memikirkan ucapan Alex. Dia tidak mungkin membiarkan usaha Max menjadi sia-sia begitu saja. Selama 20 tahun, Max merantau di negeri orang. Dia merintis bisnisnya dari bawah demi menjadi layak untuk Liora.
Jika Liora berpisah dari Max, maka kekasihnya itu sudah pasti akan hancur. Liora menatap wajah daddynya. Alex memberinya pilihan yang sulit.
"Pilih Liora, kamu ingin Max hancur atau berpisah darinya," ucap Alex.
Liora masih belum menjawab pertanyaannya dari Alex. Dia masih berpikir mengenai hubungannya. Jika Max hancur, dia juga tidak dapat bersama kekasihnya itu. Jika berpisah, Liora mungkin saja bisa melihat Max dari jauh.
"Aku akan berpisah dari Max," lirih Liora.
Alex tersenyum. "Pilihan yang bagus, Nak. Pergilah, temui Max sekarang. Waktumu hanya malam ini."
Liora menganguk dan bangkit berdiri. Dia mengambil kunci mobil dan bergegas keluar dari mansion. Liora masuk ke dalam mobil dan menjalankannya menuju rumah Max.
Alex memperhatikan mobil putrinya yang sudah melaju di jalan. "Semoga kamu sadar dengan perasaanmu sendiri. Max tidak cocok untukmu, Liora."
...****************...
Mobil Liora sampai di kediaman Maxim. Liora keluar dari dalam mobil. Dia berlari membuka pintu dan masuk. Terlihat Larry sedang mengobati luka-luka di wajah Maxim.
"Maxim .... " Liora berlari menghampiri Max.
"Liora, kamu kenapa bisa di sini?" tanya Larry.
"Larry, kamu bisa tinggalkan kami berdua saja. Aku ingin bersama dengan Max," ucap Liora.
Larry mengangguk. "Aku akan pulang sekarang."
Larry melangkah keluar rumah. Liora melanjutkan pekerjaan Larry tadi. Dia mengobati luka di wajah Maxim. Liora hanya diam, bibirnya terkatup untuk bicara.
Maxim memegang tangan Liora. "Apa kamu percaya padaku?"
Liora melihat mata Max. Hatinya masih ragu sebenarnya. Tapi, mata Max menunjukan kejujuran di sana.
"Dulu aku memang menyukai Berli. Tapi itu dulu, sekarang hanya ada kamu. Aku mencintai kamu, Liora. Dari kamu lahir aku sudah jatuh cinta padamu." Maxim meraih kedua pipi Liora. "Kamu sangat cantik dengan mata biru dan rambut hitammu. Aku sudah mencintai kamu sejak kecil. Percayalah padaku, hatiku hanya untukmu saja."
Liora mengangguk dan meneteskan air mata. Bagaimana dia sanggup untuk mengatakan perpisahan pada Maxim. Pria di hadapannya ini begitu mencintai dirinya.
Maxim telah mengorbankan segalanya hanya untuk menjadikan Liora miliknya. Liora juga sangat mencintai Max. Dia juga menyukai pamannya itu sedari kecil.
"Aku percaya padamu," lirih Liora.
Liora mendekatkan keningnya dengan kening Max. Hidung mereka juga menyatu. Air mata dari keduanya mengalir begitu saja. Hubungan cinta mereka sedang di uji saat ini.
"Lio ... aku mencintai kamu."
Liora tidak menjawab pernyataan cinta Max. Air matanya meleleh di pipi. Liora memikirkan bagaimana caranya untuk mengatakan jika dia ingin mengakhiri hubungan mereka berdua.
Liora memundurkan wajahnya. Tangannya masih membelai lembut wajah Max yang lebam. Liora mengecup pelan lebam di wajah kekasihnya.
"Maafkan aku, Max." Sungguh Liora tidak sanggup untuk mengatakannya.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Erviana Erastus
dr dulu Alex bisax cuma ngancam ckckck
2023-05-07
0
Nouva Quinny
the miracle of love
2022-01-21
1
Made Elviani
keteguhan cinta kalian sedang d uji........ bersabarlah n kuatkan hati....... yakin kalian busa lewati ini semua
2022-01-17
1