Liora duduk di sofa ruang keluarga. Di hadapannya sudah ada Berli dan juga Larry. Berli melipat tangan di perut. Dia menunggu putrinya itu bicara dengan jujur.
"Aku menjalin hubungan dengan paman Max. Kami berdua saling mencintai," ungkap Liora.
"Sejak kapan?" tanya Berli.
"Dari dulu ... aku memang menyukainya," jawab Liora.
"Apa waktu Max makan malam di sini, kalian sudah menjalin hubungan?" tanya Berli lagi.
Liora mengangguk. "Iya ... saat dia kembali dari Perancis. Aku sudah menjalin hubungan dengannya."
Berli mengeleng tidak percaya akan hal ini. Putrinya sungguh sangat pandai berbohong. Kenyataannya Liora telah bertemu dengan Max sebelum acara makan malam itu.
"Kamu sadar tidak, akan perbuatanmu. Kalian berdua tidak cocok. Max adalah pamanmu, Liora," tukas Berli.
"Mom ... apa salahnya jika aku menjalin hubungan dengan paman Max. Apa karna umur saja yang menjadi alasannya?" pekik Liora.
"Kamu tidak tahu apa-apa, Liora. Buka matamu, Max hanya cocok menjadi pamanmu saja," tukas Berli.
"Liora kira Mommy akan setuju dengan hubungan kami. Tapi apa ini, Mom? Mommy sama saja seperti Daddy." Liora bangkit dari duduknya. Dia melangkah keluar rumah.
"Liora ... kembali, Nak," teriak Berli.
Liora tidak menghiraukan teriakan mommynya. Dia keluar rumah menuju mobilnya. Liora menghidupkan mesin mobil dan keluar dari mansion.
Berli dan Larry keluar dari rumah. Mereka hanya menatap kepergian Liora yang melaju dengan mobilnya.
"Larry ... sejak kapan kamu tahu, Liora dan Max bersama?" tanya Berli.
"Semalam ... saat mereka berdua berada di dalam mall," jawab Larry.
Berli mengambil ponsel di tangannya. Dia mendial nomor Maxim. Tidak berapa lama Max mengangkat panggilan telepon darinya.
"Halo Bee." ~ Max.
"Aku ingin bertemu sekarang juga." ~ Berli.
"Berli ... ada apa?" ~ Maxim.
"Kita bertemu di cafe A. Aku akan menunggumu di sana." Berli.
Berli menutup sambungan teleponnya. Dia kembali ke dalam. Larry ikut menyusul mommynya.
"Kenapa Mommy tidak setuju dengan hubungan Liora dan paman Max?" tanya Larry.
"Bukannya tidak setuju. Mommy yakin, Max hanya terobsesi saja pada Liora," jawab Berli.
Bagaimana bisa, pria yang dulu mencintaiku malah mencintai putriku sendiri, batin Berli.
"Mommy akan keluar." Berli menatap putranya. "Larry ... Mommy mohon, jangan beritahu daddy masalah ini."
Larry mengangguk. "Iya, Mom ... Larry akan diam saja."
Berli masuk ke dalam kamarnya. Dia berganti pakaian dan mengambil tasnya. Berli mengambil kunci mobil di dalam laci dan keluar dari dalam kamar.
Berli bergegas keluar rumah. Larry hanya diam menatap kepergian mommynya. Berli masuk ke dalam mobil. Dia menghidupkan mesin dan berlalu dari mansion.
...****************...
Maxim sudah berada di cafe A. Dia memesan minuman terlebih dahulu. Max tidak jadi ke kantor karna harus menemui Berli.
Berli sampai di cafe A. Dia keluar dari dalam mobil dan melangkah menuju pintu masuk cafe. Berli mendorong pintu cafe. Dia mengedarkan pandangannya mencari Maxim.
"Bee .... " Maxim melambaikan tangannya.
Berli melangkah menuju meja yang di tempati Maxim. Dia menarik kursi dan langsung saja duduk. Berli memperhatikan wajah Max.
Wajah sahabatnya itu tidak berubah. Masih sama saat pertama kali Berli bertemu dengannya. Wajah yang membuat siapa saja tergila-gila akan ketampanannya.
Wajah baby face yang dulu sempat membuat Berli goyah terhadap Alex. Sayangnya waktu itu umur Max terlalu muda untuk Berli.
Maxim mengerutkan dahi melihat Berli. Wanita yang pernah dia cintai itu, tidak bicara melainkan menatap wajahnya.
"Bee ... ada apa?" tanya Maxim.
Berli terkesiap. "Bee ... kenapa kamu melakukan ini?"
Maxim mengerutkan dahi. "Aku kenapa?" Dia masih tidak mengerti akan pertanyaan dari Berli.
"Aku sudah tahu hubunganmu dengan Liora," ucap Berli.
Maxim membelalak mendengarnya. Dia tidak mengira jika Berli sudah mengetahuinya. Tapi itu bagus juga untuk Max. Dengan begini, perjodohan Liora akan di batalkan.
"Aku mencintai Liora," ungkap Max.
"Cinta? Itu obsesi atau cinta, Max?" decak Berli. "Apa ... karna kamu tidak bisa bersamaku, jadi kamu menginginkan Liora?"
Berli tentu saja ragu akan perasaan Maxim. Bagaimanapun Max pernah jatuh cinta padanya. Max pernah menyatakan cintanya pada Berli. Lalu sekarang, Max mencintai Liora. Bukankah itu hanya obsesi saja.
"Aku sudah jatuh cinta pada Liora saat pertama kali melihatnya. Mungkin ini gila, aku menyadari itu. Namun perasaan itu terus tumbuh." Max mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dia mengengam tangan Berli. "Kamu tahu kenapa aku pergi ke luar negeri? Aku memang merintis karier di sana. Tapi, sejujurnya aku hanya menghindar dari Liora," ungkap Max.
Berli mengengam tangan Max. "Apa maksudmu, Bee?"
"Aku sudah pernah mencoba melupakannya. Saat usia Liora 12 tahun, aku semakin menyukainya. Aku ingin memiliki dirinya. Aku tidak datang dan memberi kabar, itu semua hanya untuk melupakan dia. Tapi percuma saja, aku sudah terlanjur mencintai Liora," ungkap Max.
Berli menutup bibirnya. Dia tidak percaya akan hal ini. Berli mengira Max hanya bercanda saja. Dia memang tahu dari Jo dan Brian kalau Maxim menunggu Liora dewasa dan akan menikahinya.
"Perasaan apa itu, Max? Kamu harus melupakan Liora. Kamu tahu sendiri Liora sudah punya calon suami," tukas Berli.
Maxim beranjak dari duduknya. Dia berlutut kepada Berli. Tentu saja Berli kaget akan apa yang di lakukan oleh Max.
"Aku mohon ... restui kami. Aku mencintai Liora. Ini bukan obsesi tapi ini cinta," lirih Max.
"Bangunlah, Max. Tidak seharusnya kamu begini." Berli memegang kedua lengan Max agar pria itu berdiri.
Astaga ... apa ini, mereka berdua saling mencintai, batin Berli.
Berli memegang kedua sisi pipi Max. "Aku merestui kalian berdua. Tapi, aku tidak yakin dengan Alex."
Max tersenyum mendengarnya. Dia melepas tangan Berli dan mengengamnya erat. "Terima kasih, Bee. Aku akan bicara pada Alex."
Berli hanya bisa merestui hubungan keduanya. Terlepas itu perasaan cinta ataukah obsesi semata. Cinta memang mengandung obsesi di dalamnya.
Perasaan Max pada Liora terlalu dalam. Pria itu mencintai Liora dari kecil hingga beranjak dewasa. Bukankah perasaan cinta itu terlalu berlebihan. Berli hanya berharap hubungan itu akan baik-baik saja.
"Max ... aku hanya berharap kamu memang mencintai Liora dan bukannya terobsesi padanya," lirih Berli.
"Aku memang mencintai, Liora. Aku ingin dia menjadi pendampingku," ucap Max.
Berli mengangguk dan tersenyum. "Aku akan menunggumu. Datanglah ke rumah untuk bicara kepada Alex."
"Aku akan datang. Secepatnya aku akan bicara pada Alex," ucap Max.
Berli merangkul tubuh Max dengan erat. Dia mengelus punggung belakang sahabat sekaligus kekasih putrinya.
Berli melepas pelukannya. "Aku pamit pulang."
Max mengangguk. "Hati-hati di jalan."
Berli melangkah keluar dari cafe. Dia menuju mobilnya. Max melihat Berli dari jendela kaca transparant. Perasaannya menjadi lega sekarang. Berli sudah memberi restunya. Hanya tinggal Alex saja yang harus dia luluhkan.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
mantan ku.. mertua ku 🤭🤭
2023-03-11
0
Made Elviani
perjuangkan cintamu Max
2022-01-17
1
Lailatul Mufida
sampai berlutut ke berli... sampai nanggis aq bacanya.... tinggl restu dari alex nih yg butuh perjuangan.... semangat max💪
2021-10-25
1