Mobil sampai di kediaman Maxim. Liora keluar dari dalam mobil dan mengambil belanjaannya di kursi belakang. Max keluar dan membantu Liora membawa belanjaan mereka.
Keduanya masuk ke dalam rumah. Liora dan Max langsung menaiki anak tangga menuju kamar tidur. Liora meletakan semua kantong belanja itu di sofa kamar.
Dia langsung merebahkan diri di ranjang kasur. Max hanya mengeleng melihat kelakuan pacarnya.
"Cuci wajahmu dulu, Liora," ucap Max.
"Nanti saja ... aku masih capek," jawab Liora.
Max masuk ke dalam kamar mandi. Dia membersihkan wajahnya dan berganti pakaian dengan kimono tidur.
Max keluar dari kamar mandi. Liora masih berbaring di tempat tidur sambil bermain ponsel. Max merebahkan dirinya di samping Liora.
Dia mengambil ponsel dari tangan Lio. "Aku tidak suka di abaikan."
"Aku hanya melihat foto-foto saja di akun medsos. Kembalikan ponselnya," rengek Liora.
Liora menindih tubuh kekasihnya. "Kembalikan ponselnya!"
"Aku tidak mau," ucap Max.
Liora mengecup bibir Max. Dia melahapnya dengan lembut. Max terhanyut akan kelembutan bibir Liora. Dia tidak sadar jika ponsel di tangannya sudah berpindah ke tangan Liora.
Liora melepas bibirnya lalu bergeser ke samping sisi tempat tidur. "Terima kasih ponselnya."
"Lio ... aku masih menginginkannya," ucap Max.
Liora tidak sengaja melihat bagian bawah Max. Matanya membulat. "Max ... lihat milikmu!" Liora menunjuk bagian bawah Max. "Kamu punya pikiran kotor."
Max menatap arah yang di tunjukan Liora. Dia malah terkekeh. "Ini normal sayang."
Max membawa Liora ke dalam dekapannya. "Kamu tadi sudah menggodaku. Kamu harus tanggung jawab."
"Tanggung jawab apa?" Liora terkesiap mendengarnya.
"Kamu harus membuatnya tidur kembali," ucap Max seraya menunjuk bagian bawahnya.
Liora mendelik mendengarnya. "Aku tidak mau." Liora mengelengkan kepalanya.
Max terkekeh geli. "Kamu tidak bisa menolakku, gadis kecil."
Liora melepas pelukan Max. Dia turun dari ranjang kasur. Liora keluar dari kamar dan berlari menuruni anak tangga. Max mengejar kekasihnya itu turun ke bawah.
"Kemari kamu sayang," ucap Max.
"Tangkap aku kalau bisa." liora berlari mengelilingi sofa.
Max menarik tangan Liora. Dia memerangkap tubuh Lio ke dalam tubuh kekarnya. Liora berusaha untuk lepas tapi tenaga Max sangat kuat.
"Aku tidak bisa napas, Max," lirih Liora.
Max melepas pelukannya lalu mengangkat tubuh Liora layaknya karung beras. Max membawa Liora menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar.
Dengan perlahan Max merebahkan tubuh kekasihnya di atas ranjang kasur. "Kamu mulai nakal."
"Ampuni aku, Paman," ucap Liora.
Max mendelik. "Liora .... "
Liora tertawa, dia sangat senang menggoda Max. "Kemarilah!" Liora mengangkat kedua tangannya.
Max masuk ke dalam pelukan hangat sang kekasih. Liora mengusap lembut rambut Max. Dia juga memberi kecupan lembut di kening.
"Tidurlah ... aku akan terus memeluk kamu," ucap Liora.
Max mencari titik nyamannya dari tubuh Liora. Dia melingkarkan tangan di perut serta menaruh kepalanya di ceruk leher Liora.
...****************...
Pagi harinya, Liora telah sampai di mansion. Dia keluar dari dalam mobilnya lalu melangkah masuk ke dalam mansion. Liora langsung menuju kamar tidurnya.
Liora berganti pakaian kantor. Dia sudah mandi saat masih berada di rumah Max. Liora keluar dari dalam kamar untuk sarapan bersama.
Di ruang makan sudah ada Alex, Berli serta Larry. Liora menarik kursi lalu duduk. "Pagi semua," sapa Liora.
"Beberapa hari ini kamu tidak tidur di rumah. Kamu bermalam di mana, Liora?" tanya Alex.
Liora menelan salivanya. "Lio bermalam di tempat teman."
Alex memperhatikan wajah putrinya. "Kamu tidak sedang bermain-main di luar sana, kan?"
"Maksud Daddy apa?" tanya Liora.
"Dengar Lio ... Daddy membebaskan kalian semua, bukan berarti kamu seenaknya bermain dengan teman priamu," tukas Alex.
"Liora tidak seperti itu," ucapnya.
"Kamu sudah punya calon suami. Jangan berhubungan dengan pria lain!" seru Alex.
Alex bangkit dari duduknya. Dia membawa tas kerjanya. Berli ikut mengantar sang suami ke depan pintu.
"Al ... nanti malam aku ingin bicara padamu," ucap Berli.
"Bicara apa lagi? Jika masalah pertunangan Liora, keputusanku tetap sama. Liora harus menikah dengan Varo," tukas Alex.
Alex mengecup kening serta bibir istrinya. "Aku berangkat ke kantor."
Alex masuk ke dalam mobilnya. Supir menghidupkan mesin dan berlalu dari mansion. Berli menatap nanar kepergian suaminya. Dia tidak dapat mengutarakan pendapatnya.
...****************...
Larry menatap kakaknya yang tengah sarapan itu. "Kamu menginap di rumah paman Max?"
Liora melepas garpu dari tangannya. Dia kaget mendengar ucapan yang keluar dari bibir adiknya sendiri.
"A-a-aku tidak menginap di sana," kilah Liora.
"Aku melihatmu tadi malam. Kamu bermesraan dengan paman max," jawab Larry.
Larry yang melihat Liora dan Maxim yang tengah berjalan bersama di dalam mall. Larry juga melihat keduanya bermesraan di depan mobil, saat keduanya berada di parkiran mall.
"Aku kekasihnya Max," ungkap Liora.
"Apa kamu sadar akan tingkah lakumu. Kalian itu cocok jadi anak dan ayah," ucap Larry.
Liora mendelik. "Jaga bicaramu! Kami berdua saling mencintai."
"Liora ... usiamu dengan paman Max sangat jauh berbeda. Kamu juga sudah punya calon tunangan," hardik Larry.
"Cukup Larry!" Liora menunjuk wajah adiknya. "Aku tidak pernah ikut campur urusanmu. Aku mencintai paman Max. Dari dulu sampai saat ini. Paman Max adalah cintaku."
Larry bangkit dari duduknya. "Aku hanya mengingatkan saja, Lio. Jangan sampai kamu membuat malu Daddy dan keluarga kita. Daddy sudah berjanji pada paman Vino untuk menikahkan kamu dengan Varo."
Liora kesal pada adiknya. "Dengar Larry, kamu belum pernah merasakan apa yang aku rasakan. Saat kamu menemukan cinta sejatimu, maka kamu akan melakukan apa saja untuk bersamanya."
Liora hendak melangkah dari ruang makan. Tapi, suara Larry menghentikan langkah kakinya.
"Liora ... kamu akan tanggung akibatnya jika Daddy sampai tahu," pekik Larry.
Liora membalik tubuhnya menghadap Larry. "Jika itu terjadi, aku akan pergi dari sini. Aku mencintai Max. Jika kalian semua tidak merestui hubungan kami, aku akan pergi bersamanya."
"Liora," pekik Berli.
Larry dan Liora terlonjak kaget mendengar suara Berli. Tiba-tiba saja mommynya itu muncul. Berli berjalan menghampiri putrinya itu.
"Apa yang Mommy dengar itu benar?" tanya Berli dengan tatapan tajamnya. "Jadi kamu bermalam dengan Maxim?"
Larry mendekat pada mommynya. "Mom ... semua itu tidak benar."
"Diam Larry!" bentak Berli.
Larry merasa bersalah kepada Liora. Tidak seharusnya dia membahas masalah percintaan Liora di rumah mereka.
"Mom ... kami hanya bercanda," ucap Larry lagi.
Larry tidak ingin kakaknya di marahi oleh mommynya. Biar bagaimanapun, dia tetap menyayangi Liora.
Berli menatap tajam Larry. "Mommy tidak bertanya padamu, Larry. Mommy bertanya pada Liora."
"Liora ... katakan sejujurnya. Apa hubunganmu dengan Maxim?" tanya Berli.
"Dia kekasihku .... "
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Made Elviani
bagus Liora lbh baik jujur
2022-01-17
1
Lailatul Mufida
bagus liora... kl gk di restui kabur aja sama max ke Prancis di mana max yg merintis bisnisnya dari nol...
2021-10-25
1
Nita Anjani
emg lebih enak pacaran am yg lebih dewasa usianya kayanya ya thor aq tuh ngebayangin laura am max jadi greget sendiri deh
2021-07-09
1