Tidak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat. Gadis kecil bernama Liora sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Liora menjadi gadis yang sangat cantik.
Liora, kini sudah berusia 20 tahun. Dia juga sudah mulai membantu daddynya di dalam perusahaan. Banyak pria yang terpesona akan kecantikan yang dia milikki. Namun tidak ada satu pun yang menarik perhatian seorang Liora.
Sejak Maxim ke luar negeri, dia hanya datang setiap satu tahun sekali saja. Tapi Maxim tidak datang lagi saat usia Liora berumur 12 tahun. Maxim tidak pernah datang untuk merayakan hari ulang tahun Liora.
Meski Maxim tidak datang, dia selalu mengirimkan hadiah kepada Liora. Max juga memberikan foto-foto dirinya di balik hadiah itu.
Liora selalu datang ke danau buatan saat dia merindukan Max. Dia kadang berharap Max akan muncul saat dirinya berada di sana. Seperti saat ini, Liora tengah duduk di kursi menatap matahari terbenam. Dia masih memegang kalung pemberian dari Maxim.
Maxim tidak pernah menelepon atau pun mengirim pesan padanya. Hanya hadiah saja yang di kirim oleh pamannya itu. Semua media social milik Max juga sudah tidak aktif lagi. Maxim seperti hilang di telan bumi.
"Paman Max ... cepatlah pulang," lirih Liora.
Liora mengusap air mata yang menetes dari pelupuk mata. Dia menangis karna Max tidak pernah datang. "Paman ... aku merindukanmu."
Liora bangkit dari duduknya. Dia melangkah menuju mobilnya dan berlalu dari danau itu. Liora sampai di mansion mewahnya. Dia keluar dari dalam mobil. Liora mengernyit melihat mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.
Ada Vino serta keluarganya yang datang berkunjung. Alex dan Berli terlihat tertawa serta bercanda dengan para sahabatnya. Liora masuk ke dalam rumah dan turut menyapa Vino dan keluarganya.
"Liora ... duduk sini sayang," ucap Alex.
Liora duduk di samping sang daddy. Dia melihat sosok tampan yang duduk di samping Vino. Pria itu adalah Varo yang baru pulang dari luar negeri.
"Lio ... apa kamu ingat dengan Varo?" tanya Alex.
Liora mengeleng. "Tidak ... aku tidak ingat."
Saat lulus sekolah dasar, Varo sudah pindah ke luar negeri. Dia sekolah di sana dan tinggal bersama kakek dan neneknya. Setelah lulus kuliah, barulah Varo pulang.
"Dia Varo ... anak paman Vino," sahut Berli.
Liora mengangguk dan tersenyum pada Varo. "Hai Varo ... aku Liora." Lio mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Varo meraih tangan Liora dan mereka saling bersalaman.
"Varo," ucapnya.
Varo kagum melihat kecantikan Liora. Mata biru dengan rambut hitam pekat. Liora merasa tidak nyaman di perhatikan seperti itu. Dia mengalihkan pandangannya ke bawah.
"Vino ... anak kita sudah besar. Apa kita akan melanjutkan perjodohan ini?" tanya Alex.
Liora membelalak mendengarnya. Daddy Alex akan menjodohkan dirinya dengan Varo. "Maksud Daddy apa?"
Alex menatap wajah Liora. "Sejak kecil ... kamu sudah Daddy jodohkan dengan Varo. Kamu adalah calon istri Varo."
"Kenapa Daddy tidak bilang pada Liora?" tanya Lio.
"Saat itu kalian masih sekolah," ujar Alex.
"Vino, Elena ... gimana?" tanya Alex kembali.
"Terserah saja, yang penting anaknya mau," jawab Vino.
Alex terkekeh. "Liora tidak pernah membantah. Dia akan menurut apa yang orang tuanya ucapkan."
"Al ... beri mereka waktu untuk berpikir," ucap Berli.
"Benar ... aku mau mereka melakukan pendekatan dahulu," sahut Elena.
Liora tampak kecewa akan keputusan sepihak Alex. Dia tidak mau di jodohkan dengan Varo. Liora masih menunggu Maxim yang katanya akan menikahi dirinya jika sudah besar nanti.
...****************...
Keluarga Vino sudah pulang meninggalkan mansion. Alex dan Berli terlihat berbincang bersama dengan Larry. Liora menghampiri kedua orang tua nya itu.
"Daddy ... Lio tidak mau di jodohkan," ucap Liora.
Alex mengangkat salah satu sudut alisnya. "Kenapa? Kamu sudah punya pacar?"
Liora mengeleng. "Tidak ... aku hanya tidak mau saja."
"Larry ... kamu kembali ke kamar," titah Berli.
"Baiklah," sahut Larry.
Berli menyuruh Larry ke kamar karna dia tidak mau putranya itu mendengar perdebatan kakak dan daddynya.
"Varo sangat tampan. Dia juga dari lingkungan yang sama dengan kita," tutur Alex.
"Aku tidak menyukainya," ujar Liora.
Alex berdecak. "Lio ... Daddy sudah berjanji akan menjodohkan kamu dengan Varo. Kamu sendiri tahu, jika paman Vino adalah sahabat baik Daddy."
"Al ... apa kamu terlalu memaksakan kehendakmu?" Berli terlihat kesal kepada Alex.
"Tasia ... kita juga di jodohkan," ucap Alex.
"Tapi kita berpacaran dulunya," jawab Berli.
Berli sudah menatap tajam suaminya.Alex kesal sendiri jadinya. Dia takut untuk berdebat dengan Berli. Bisa-bisa dia akan tidur sendiri malam ini.
"Liora ... Daddy tidak terima penolakan. Kamu harus menikah dengan Varo. Adikmu Larry juga akan menikah dengan anak dari paman Brian," tutur Alex.
Berli mengelengkan kepalanya. "Al ... Larry itu baru masuk kuliah."
"Maksudku ... saat dia sudah tamat. Anak Brian yang perempuan masih sekolah."
Liora memutar mata malas. Mommy dan daddy nya malah membahas perjodohan Larry.
"Dad ... maaf, kali ini Liora tidak bisa menuruti keinginan Daddy," ucap Liora.
"Liora!" bentak Alex.
Liora dan Berli terlonjak kaget. Jika Alex sudah marah maka Berli sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana pun, Alex adalah kepala rumah tangga.
"Apa kamu ingin membuat Daddy malu?" tanya Alex dengan suara meninggi.
Liora mengeleng. "Tidak ... aku tidak bermaksud seperti itu."
"Daddy tidak mau persahabatan Daddy dan paman Vino menjadi retak hanya karna penolakan dirimu," hardik Alex.
Liora tidak dapat berkata apa-apa. Dia berlari menuju kamarnya. Liora membuka pintu kamar dan masuk. Tidak lupa Liora mengunci pintu kamar.
Berli menatap wajah suaminya. "Puas ... kamu puas menyakiti hati Lio!"
"Sayang ... jangan kira Lio menolak Varo hanya karna Maxim," kata Alex.
"Al ... Liora itu sudah dewasa. Biarkan dia memilih calonnya sendiri," kesal Berli.
"Termasuk Maxim, begitu?" Alex menghela napas panjang. "Tasia ... aku tahu Max selalu mengirimkan hadiah ulang tahun untuk Lio. Meski Max tidak datang, tapi dia selalu membayangi Liora."
Berli terkesiap mendengar ucapan Alex. Selama ini memang Berli telah menyembunyikan hadiah yang Maxim berikan. Alex akan marah jika tahu hal itu.
Alex tidak menyukai Maxim karna memang umur Max jauh di atas Liora. Max juga pernah mencintai istrinya Berli. Menurut Alex, Max itu hanya terobsesi karna tidak bisa mendapatkan Berli.
Liora meneteskan air matanya. Dia bersedih akan perintah dari Alex. Liora tidak mau di jodohkan karna menunggu Maxim. Liora menarik laci meja. Dia mengambil hadiah dari Maxim saat dirinya berumur 19 tahun.
Maxim mengirimkan sebuah cincin untuknya. Liora memakai cincin itu di tangannya. "Paman ... aku akan setia menunggumu."
Liora merebahkan dirinya di ranjang kasur. Dia berharap Maxim akan pulang dan menikahi dirinya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
Maxim...hot uncle liora....
aku udh agak lupa sama cerita Berli dan Alex..dan juga kawan" ny
2023-03-10
0
PeQueena
🤣🤣🤣bapaknya murka ..
tak kasih tua daddy
yg tua uppss maap bukan tua tapi matang like uncle max itu yg nyaman...
2022-09-15
0
PeQueena
gak ingat ..
yg ada diingatannya uncle max tersayang
sorry daddy 🤣
2022-09-15
0