Liora sampai di gedung perkantoran. Dia keluar dari dalam mobil. Liora berjalan masuk seperti biasa. Banyak para bawahannya yang menyapa. Liora memberikan senyuman manis di bibir.
Liora masuk ke dalam lift. Dia menekan angka menuju lantai dimana ruangannya berada. Pintu lift terbuka dan Liora keluar. Dia masuk ke dalam ruangannya.
Liora duduk di kursi kebesarannya. Dia mulai bekerja seperti biasa. Ada banyak sekali file-file yang harus dia kerjakan.
Detik berganti menit dan menit berganti jam. Pintu ruangan Liora di ketuk dari luar. Liora menghentikan pekerjaannya.
"Masuklah," ucap Liora.
Pintu di buka dan Liora sedikit kaget karna yang datang adalah calon tunangannya. Liora bangkit dari kursinya. "Varo ... kamu di sini?"
Varo tersenyum. "Aku ingin mengajakmu makan siang."
Liora melihat jam di pergelangan tangannya. Jam memang sudah menunjukkan waktunya makan siang. "Baiklah ... kita pergi makan siang."
Liora mengambil tasnya yang berada di meja. Varo dan Liora keluar dari ruangannya. Mereka berdua menuju lift. Varo serta Liora masuk ke dalam lift saat pintu sudah terbuka.
Denting lift berbunyi dan pintu terbuka. Keduanya keluar bersama. Banyak dari para karyawan yang memperhatikan keduanya. Mereka mulai berkasak-kusuk membicarakan Liora dan Varo.
Varo membukakan pintu mobil untuk Liora. "Silakan cantik."
Liora tersenyum. "Terima kasih."
Varo menutup kembali pintu mobil. Dia sedikit berlari menuju pintu sebelahnya. Varo membuka pintu dan masuk. Liora sudah memasang sabuk pengaman.
"Kamu mau makan siang dimana?" tanya Varo seraya memasang sabuk pengaman di tubuhnya.
"Terserah kamu saja. Aku akan ikut, asal jangan jauh-jauh dari kantor," ucap Liora.
Varo menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya. Varo menghentikan mobilnya di sebuah restoran seafood. Varo keluar terlebih dahulu. Dia lalu membuka pintu mobil untuk Liora.
Liora keluar dan dalam mobil. Keduanya melangkah bersama masuk ke dalam restoran. Varo menarik kursi untuk Liora duduk. Varo memang sangat perhatian pada Liora. Dia melakukan hal-hal kecil yang membuat hati wanita meleleh.
Varo memanggil pelayan wanita untuk memesan makanan. Pelayan itu datang dan memberikan buku menu kepada Varo dan Liora.
"Liora ... kamu mau pesan apa?" tanya Varo.
"Aku menu ikan saja," jawab Liora.
Varo lalu memesan makanan serta minuman. Pelayan wanita tadi mencatat semuanya di note kecil. Pelayan wanita itu pergi setelah Varo memberikan buku menu.
"Liora ... aku sudah tidak sabar untuk acara pertunangan kita," tutur Varo.
Liora kaget mendengarnya. "K-kenapa tidak sabar?" Liora bertanya dengan terbata-bata.
"Saat melihatmu pertama kali, aku sudah menyukai kamu. Aku jatuh hati padamu, Lio," ungkap Varo.
Liora menampilkan senyum tipis. "Varo ... aku ingin bertanya padamu."
"Apa?" tanya Varo.
"Apa kamu tidak memiliki kekasih?" tanya Liora.
"Aku sudah putus dengan para kekasihku. Semenjak papaku menjodohkan kita, aku tidak lagi menjalin hubungan dengan siapapun. Aku hanya ingin kamu yang menjadi pendampingku," tutur Varo.
"Varo ... kita masih muda. Apa kamu ingin menikah muda. Bukankah kamu tipe pria pemain," ucap Liora.
Varo terkekeh. "Aku tidak seperti itu. Aku hanya menjalin hubungan bersama kekasihku saja. Aku tidak sembarangan menyentuh wanita."
Liora tersenyum. "Aku mengerti maksudmu."
Pelayan datang dengan membawa makanan dan minuman pesanan Varo dan Liora. Pelayan itu menata semua makanan dengan rapi di atas meja.
"Silakan Tuan, Nona," ucapnya.
"Terima kasih," ucap Liora.
"Kita makan dulu," ajak Varo.
Liora dan Varo makan siang dengan lahap. Tidak ada yang berbincang saat keduanya tengah makan. Dari kejauhan Maxim memperhatikan keduanya.
Kebetulan Max memang di sana untuk makan siang. Max berada di sana dengan sekretaris pribadinya.
"John ... kamu kembali saja ke kantor. Aku akan langsung pulang saja," ucap Max.
"Baik, Tuan," jawab John.
Max bangkit dari kursinya. Dia berjalan menghampiri meja Liora dan Varo. Max juga ingin berkenalan dengan pria yang tengah makan bersama dengan kekasihnya.
"Liora," sapa Max.
Liora terkesiap dan menoleh ke arah sumber suara. "Pa-paman .... "
"Kamu di sini, Liora? Kamu bersama siapa?" tanya Max.
"A-aku bersama Varo," ucap Liora.
Varo bangkit dari kursinya. "Halo ... aku Varo calon tunangannya Liora." Varo mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Maxim meraih tangan Varo dan berjabat tangan. "Maxim!"
Maxim memperhatikan Varo yang masih muda dan tampan. Varo memang muda di usia. Tapi wajah serta tubuh atletisnya Maxim pemenangnya.
Saat Maxim masih berkecimpung di dunia model, dia kenal sebagai pria yang paling tampan. Maxim juga banyak di incar oleh para wanita. Beberapa kali dia di nobatkan sebagai pria paling tampan dan juga sexy.
"Duduk dulu Paman," ucap Liora tersenyum.
"Liora ... dia pamanmu?" tanya Varo.
Liora melirik Maxim. "I-i-iya ... dia paman Maxim. Papamu juga mengenalnya. Mereka berteman bersama."
Maxim menatap tajam Liora. Kekasih hatinya itu tidak mengakuinya di depan Varo.
Varo sedikit kaget. "Benarkah ... aku tidak tahu."
"Aku baru pulang dari luar negeri," ucap Maxim.
Dering ponsel Varo berbunyi. Segera Varo mengambil ponsel dari sakunya. "Liora, Paman ... aku tinggal sebentar."
Liora mengangguk. "Hem ... pergilah!"
Liora tidak berani menatap wajah Maxim. Dia takut jika kekasihnya itu akan marah dan salah paham.
"Kamu malu mengakui diriku sebagai kekasihmu?" tanya Max.
"Aku tidak bermaksud begitu," ucap Liora.
"Jika kamu tidak mau jujur dengannya, bagaimana perjodohan itu akan di batalkan," ucap Max.
"Aku perlu waktu, Max," ucap Liora.
"Aku akan menunggumu di rumah. Persiapkan dirimu malam nanti," kata Max.
Maxim bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah luar. Liora ingin menghentikannya tapi Varo sudah datang.
"Lio ... paman Max sudah pergi?" tanya Varo.
"Sudah ... paman Max bilang dia ada urusan lain," jawab Liora.
"Kita pulang sekarang, jam makan siang sudah habis," ucap Varo seraya melihat jam di pergelangan tangannya.
"Iya ... kita pulang sekarang," ucap Liora.
Varo meninggalkan beberapa lembar uang untuk membayar makanan mereka. Setelah itu Varo dan Liora keluar dari restoran. Keduanya masuk ke dalam mobil dan berlalu dari sana.
Maxim tidak pulang ke rumahnya. Dia masih ada di area restoran itu. Maxim mengikuti mobil Varo yang membawa kekasihnya. Max menghentikan mobilnya tidak jauh dari area perkantoran Alex. Maxim dapat mellihat mobil Varo di sana.
Liora keluar dari dalam mobil setelah Varo membukakan pintu mobil untuknya. "Varo ... terima kasih untuk makan siangnya."
"Aku ini calon tunanganmu. Sudah wajar jika kita makan bersama," ucap Varo.
Liora tersenyum. "Aku masuk, yah!"
Varo mengusap rambut Lio dan mendaratkan kecupan di kening Liora. Tentu saja Liora kaget akan hal itu.
"Lain kali kita makan siang bersama," ucap Varo.
Varo masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin dan berlalu dari sana. Liora memegang keningnya yang di kecup oleh Varo. Max yang melihat adegan itu mengepal geram. Max menjalankan mobilnya dan berlalu dari sana.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lailatul Mufida
liora bohong terus sama max, dan kenapa jg liora gk bilang kl sdh punya kekasih... benar kata max.... bagaimana mau di batalkan perjodohan kl varo gk film kasih tahu
2021-10-25
1
Ika Muslikah
harusnya liora bilang sama varo kalau udh punya kekasih. biar varo ga terus berharap
2021-09-19
3
Fatma Intan
kasian max😰😰😰😰😰
2021-09-18
0