Setelah penentuan tanggal pertunangan, kedua keluarga saling berbincang hangat. Liora melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Ini sudah jam 9 malam. Tapi, kedua keluarga masih saja tidak ingin pulang.
Varo memperhatikan Liora yang terlihat gelisah. "Lio ... kamu kenapa?"
Liora tergagap. "Ah ... tidak, apa kita bisa bicara sebentar?"
Alex tersenyum mendengar putrinya ingin bicara pada Varo. Itu artinya Liora ingin dekat dan mengenal Varo.
"Sebaiknya kalian bicara berdua saja," ujar Alex.
"Baiklah," jawab Varo.
Liora dan Varo beranjak dari kursinya. Mereka keluar dari restoran. Liora menatap wajah Varo. Pria di hadapannya ini memang tampan. Liora tidak enak untuk bicara pada Varo.
Liora berdehem. "Hem ... Varo, sebenarnya aku ada janji dengan temanku. Bisa tidak, kamu mengantarku ke tempatnya?"
"Tentu saja ... aku akan mengantarmu," jawab Varo.
Liora mengikuti langkah kaki Varo menuju mobilnya. Varo membukakan pintu mobil untuk calon tunangannya itu. Varo menyusul masuk ke dalam mobil. Dia menyalakan mesin lalu menjalankannya.
"Lio ... aku ingin bertukar nomor ponsel," kata Varo.
"Tentu saja ... berikan nomor ponselmu," ucap Liora.
"Ambil di saku celanaku," ucap Varo.
Liora mengambil ponsel dari balik saku celana Varo. Dia menyimpan nomor ponselnya di dalam ponsel milik Varo.
"Var ... aku sudah simpan nomorku. Aku juga sudah simpan nomormu," ucap Liora.
"Kamu mau di antar kemana?" tanya Varo.
Liora sedikit kebingungan. Jika dia minta di turunkan ke danau maka Varo akan curiga. "Itu ... rumah temanku tidak jauh lagi. Kamu antar kesana saja."
Liora menunjuk rumah bercat putih. Rumah siapa itu, dia juga tidak tahu. Liora main tunjuk asal saja rumah orang.
Varo melihat rumah bercat putih itu. Dia lalu menepi dan berhenti. "Mau aku tunggu?"
Liora mengeleng. "Tidak usah ... aku akan menginap. Biasa ... cewek mau saling curhat."
Varo tersenyum. "Baiklah ... kamu hati-hati. Ada apa-apa, hubungi aku saja."
Liora tersenyum. "Tentu saja ... aku akan menghubungimu."
Liora turun dari mobil Varo. Dia melambaikan tangan lalu masuk ke dalam gerbang rumah. Varo melajukan mobilnya setelah melihat Liora masuk ke dalam gerbang rumah.
Melihat mobil Varo sudah menjauh, secepatnya Liora keluar dari gerbang rumah itu. Dia memesan taksi online agar secepatnya sampai di danau.
Liora mengerak-gerakkan kakinya. Dia tidak sabar menunggu taksi online datang. Liora lega saat mobil taksi mendekat.
"Pak ... cepat antarkan saya ke danau," kata Liora.
"Siap, Nona," jawab supir taksi.
Supir melajukan mobilnya menuju danau yang di maksud oleh Liora. Sekitar lima belas menit, mobil sampai di danau buatan. Liora turun setelah membayar ongkos taksi.
Hari sudah gelap gulita. Di danau itu juga minim cahaya. Liora lekas menuju tempat biasa dia bersama dengan Max. Dia mencari-cari keberadan orang yang mengirimkannya bunga serta pesan.
"Paman ... apa kamu sudah kembali?" pekik Liora.
Tidak ada jawaban dari siapa pun. Tiada seorang pun di danau itu. Hanya gelap dan suara jangkrik saja yang terdengar. Liora terduduk lemas di kursi taman yang ada di danau itu.
Liora menutup wajahnya dan menangis. "Hiks ... hiks ... aku kira kamu sudah kembali."
"Aku sudah kembali," jawab seorang pria.
Liora melepas tangan dari wajahnya. Dia menoleh ke asal sumber suara. Liora mengosok kedua matanya. Dia lalu menghidup lampu senter lewat ponselnya.
"Paman Max," lirih Liora.
Max juga menghidupkan lampu senter lewat ponselnya. Keduanya saling melangkah mendekat. Liora berkaca-kaca melihat Max. Pria dewasa yang berumur 40 tahun, masih kelihatan sama saat Max meninggalkan dirinya.
Hanya tubuh Max yang berubah. Tubuh Max semakin kekar dan tegap. Wajahnya tetap sama tampannya. Max memang mempunyai wajah babyface.
Max menatap Liora yang sudah dewasa. Liora semakin cantik saja. Tinggi, langsing dan sexy. Liora berhambur memeluk Maxim. Dia sudah sangat merindukan pamannya itu.
Maxim juga sama rindunya pada Liora. Dia memeluk erat tubuh Liora. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Terakhir kali Max bertemu saat usia Liora 12 tahun.
"Paman ... maaf, aku telat menemuimu," ucap Liora.
"Aku sudah terbiasa menunggu. Selama ini, bukankah aku menunggumu sampai dewasa," ucap Max.
Liora melepas pelukannya. Dia meraih wajah Max. Liora mengecup pipi pamannya itu. Dia kembali memeluk tubuh kekar Maxim.
"Kamu ikut aku," kata Maxim.
Liora mengangguk lalu mengikuti langkah kaki Maxim. Mereka masuk ke dalam mobil. Maxim menyalakan mobil dan berlalu dari danau.
Mobil sampai di sebuah rumah mewah. Liora dan Maxim keluar dari dalam mobil. Lio memperhatikan sekeliling rumah itu.
"Apa ini rumah Paman?" tanya Liora.
Maxim tersenyum. "Kita masuk saja dulu!"
Maxim mengengam tangan Liora dan membawanya masuk ke dalam rumah. Max membuka pintu. Liora melihat sekeliling rumah yang di hias dengan nuansa putih. Liora memang menyukai warna putih.
"Kamu suka rumahnya?" tanya Maxim.
"Rumahnya cantik ... Paman menghiasnya dengan warna kesukaanku," ucap Liora.
Liora menatap wajah Max. Terlihat jelas jika pamannya itu tidak berubah. "Kenapa Paman semakin tampan?"
Maxim terkekeh. "Aku memang tampan."
Maxim mendekat pada Liora. Wajah cantik Liora terlihat jelas di matanya. Max meraih wajah itu. Max menempelkan keningnya pada kening Liora.
"Apa kamu merindukanku?" tanya Max.
Liora mengalungkan kedua tangannya pada leher Maxim. "Aku selalu merindukanmu."
Maxim melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Liora. "Perasaanku tidak pernah berubah. Aku memang mencintai kamu sejak kamu masih kecil sampai sekarang."
Tidak ada yang tahu jika di balik foto yang di kirim Maxim, ada kata-kata cinta untuk Liora. Meski Max tidak pernah menelepon atau pun memberi kabar, dia selalu membayangi Liora dengan kata-kata cinta yang dia kirimkan.
Keduanya saling menatap. Mereka saling merasakan hembusan napas karna jarak mereka yang sangat dekat. Hidung mancung mereka saling menyentuh.
Maxim menyusuri pipi Liora dengan hidungnya. Lio memejamkan matanya menikmati sentuhan yang di berikan oleh Max.
"Liora ... bagaimana perasaanmu terhadapku?" tanya Maxim.
Liora membuka matanya perlahan. "Aku juga sama. Aku mencintaimu Maxim."
Maxim tersenyum mendengar Liora menyebut namanya. Untuk pertama kalinya, Liora memanggil namanya secara langsung.
"Aku senang kamu memanggil namaku secara langsung." Maxim meraih tangan Liora dari lehernya. Dia mengecup kedua tangan itu. Max juga menangkupkan kedua tangan Lio pada wajahnya.
Liora mengecup kening serta hidung Max. Keduanya saling menatap. Max juga menangkupkan kedua tangannya pada wajah Liora. Wajah mereka saling mendekat. Hingga bibir mereka menyatu.
Kecupan bibir itu untuk pertama kalinya bagi Lio saat dia beranjak dewasa. Tapi bagi Max, itu kedua kalinya Liora mengecup bibirnya. Waktu Liora berumur 7 tahun dan sekarang berumur 20 tahun.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Legie
😘
2024-11-01
0
PeQueena
yg jadi pertinyiinnyi..,,selama 20th...gmn sih max menyalurkan hasrat terpendamnya...???
2022-09-15
0
deasyna
msh nyimak liora dan max😉
2022-02-08
0