Suasana menjadi hening saat Maxim mengatakan ingin bicara mengenai hubungannya bersama Liora. Alex mengernyitkan dahi saat Max mengatakan hal itu.
"Hubunganmu dengan Liora, apa maksudnya?" tanya Alex.
"Aku mencintai Liora dan kami sudah berpacaran," jawab Max.
Alex terdiam mendengar perkataan dari bibir Max. Sedetik kemudian, dia malah tertawa terbahak-bahak. "Max ... aku sedang tidak berulang tahun. Jangan mengerjaiku."
"Aku tidak bercanda. Kami sudah berpacaran, aku harap kamu merestui hubungan kami," lirih Max.
Alex mengalihkan pandangannya kepada Berli. Dia seolah mencari jawaban dari sang istri. Tentu saja Alex akan mencari tahu kebenaran dari istrinya. Sebab putrinya itu sudah pasti bercerita kepada mommynya.
"Mereka memang menjalin hubungan. Liora dan Max sepasang kekasih," ucap Berli.
"Dad ... aku mencintai paman Max. Aku ingin dia yang akan menjadi pendampingku," sahut Liora.
"Dad ... mereka memang berpacaran," sahut Larry.
Alex menatap satu persatu wajah di hadapannya. Dia memberi tatapan tajam. Istri serta anaknya telah membohongi dirinya.
"Jadi, wanita yang kamu maksud waktu itu adalah Liora?" tanya Alex pada Max.
Alex masih ingat saat Max mengatakan jika dia sudah mempunyai kekasih. Ternyata itu adalah putrinya sendiri.
"Itu Liora, saat aku kembali, kami sudah berhubungan," jawab Max.
"Liora, Larry ... kalian masuk ke kamar. Jangan keluar sebelum Daddy izinkan," perintah Alex.
"Tapi Dad," protes Liora.
"Daddy bilang masuk ke kamar kalian," hardik Alex.
Liora menatap kekasihnya. Max menganggukkan kepalanya agar Liora menuruti perintah Alex. Liora beranjak dari duduknya. Dia melangkah bersama Larry masuk ke dalam.
Alex melihat istrinya. "Sayang ... kamu masuk ke dalam juga."
"Al ... aku ingin tetap di sini," ucap Berli.
Alex memberi tatapan tajam. "Aku bilang masuk!"
"Masuklah, Bee," ujar Maxim.
Berli mengangguk dan berjalan meninggalkan Alex dan Maxim. Setelah Berli menghilang dari pandangan matanya, Alex menatap tajam Maxim.
"Pulanglah, Max ... aku harap ucapan tadi hanya lelucon saja." Alex bangkit dari duduknya. Dia hendak melangkah menyusul istrinya.
"Tunggu Al!" Max bangkit berdiri dan berjalan mendekat pada Alex. "Apa kamu tidak menyetujui hubungan kami?"
Alex mengepalkan kedua tangannya. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. Max telah mempermainkan dirinya. Alex telah memberitahu Max jika Liora akan tunangan. Nyatanya Max dan Liora malah menjalin hubungan.
"Apa kamu sadar dengan perbuatanmu? Lihat dirimu, kamu lebih cocok menjadi ayahnya," cerca Alex.
"Apa karna umurku saja, kamu tidak menyetujui hubungan kami?" tanya Max.
"Max ... aku tahu kamu mencintai Berli. Tidak seharusnya kamu menjadikan Liora sebagai pengganti Berli," cicit Alex.
"Al ... aku tidak mencintai Berli. Aku mencintai Liora," lirih Max.
Alex berdecih. "Omong kosong! Kamu hanya terobsesi saja pada Liora. Kamu menganggapnya sebagai Berli, kan?"
Max mengeleng. "Itu tidak benar, aku hanya mencintai Liora."
"Aku tidak mau dengar apapun alasanmu. Lebih baik kamu pulang sana. Aku tidak akan menyetujui hubungan kalian yang konyol itu. Liora akan segera bertunangan dengan Varo," tutur Alex.
"Aku mencintai Liora, tidak akan aku biarkan dia bersama orang lain," kekeh Max.
Bugh ... !
Satu pukulan mendarat di wajah tampan Max. Alex sangat kesal mendengar ucapan dari Maxim. Darahnya sudah mendidih sedari tadi.
Alex menunjuk wajah Max dengan telunjuknya. "Dengar Max, sampai mati pun aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan Liora."
Maxim mengusap darah di bibirnya. "Asal kamu tahu, kali ini aku tidak akan melepas cintaku."
Bugh ... bugh ... !
Alex memukuli Maxim. Dia meluapkan emosinya. Maxim mundur ke belakang. Dia membiarkan Alex memukulinya. Saat Alex ingin memukul wajahnya, Max menahan tangan Alex.
"Aku tidak mau melawanmu karna kamu ayah dari Liora. Aku masih menghormati kamu, Al," lirih Max.
"Bre**k kamu, Maxim," teriak Alex.
"Daddy ... hentikan," teriak Liora.
Liora berlari memeluk Maxim yang terduduk lemas. Dia meraih wajah kekasihnya yang babak belur di pukuli. Darah juga menetes di bibir dan pelipis mata Max. Liora menangis seraya memeluk kekasihnya.
"Apa yang Daddy lakukan, huh? Kenapa harus memukuli kekasihku," pekik Liora.
"Kembali ke kamarmu, Liora!" bentak Alex.
Liora mengeleng. "Aku tidak mau. Aku ingin bersama dengan Max."
Berli dan Larry juga keluar dan berlari ke tempat pertengkaran itu terjadi. Berli mengelengkan kepala melihat Max yang terluka di wajah.
"Apa yang kamu lakukan, Al? Apa harus ... kamu memukul Maxim?" pekik Berli.
"Kenapa, apa kamu ingin membela pria yang pernah mencintaimu, huh?" teriak Alex.
Berli kaget akan ucapan dari suaminya. Liora dan Larry juga kaget akan apa yang barusan Alex katakan.
"Apa maksud Daddy?" tanya Liora.
"Asal kamu tahu Liora, pria yang kamu anggap kekasihmu itu, adalah pria yang mencintai Mommymu sendiri," hardik Alex.
"Alex," teriak Berli.
"Kamu tahu, kenapa Max memanggil Mommymu Bee? Itu adalah panggilan kesayangan mereka," ungkap Alex.
"Cukup Alex!" bentak Berli.
"Biar aku jelaskan kepada putrimu itu. Dia harus tahu kebenarannya," terang Alex.
Alex menarik tangan Liora agar menjauh dari Maxim. Air mata Liora tiada henti menetes. Dia menutup bibirnya dengan apa yang barusan daddynya katakan.
"Putuskan hubunganmu dengannya. Maxim hanya terobsesi saja denganmu. Dia hanya menjadikan kamu sebagai pengganti saja. Max itu menganggap kamu adalah wanita yang dia cintai," terang Alex.
Maxim mengeleng. "Itu tidak benar, Liora. Aku mencintai kamu. Aku sudah menunggu kamu dari kecil sampai dewasa."
"Larry ... bawa keluar Maxim dari sini," titah Alex.
"Jangan kejam begitu, Al. Maxim adalah sahabat kita," lirih Berli.
Alex berdecih. "Dia hanya kenalanku saja. Max bukan sahabatku, dia sahabat sekaligus pria yang mencintai kamu."
Alex beralih menatap tajam Maxim. "Mulai saat ini, aku dan keluargaku tidak pernah mengenalmu."
Alex menyeret tangan putrinya dan meninggalkan yang lain. Liora berusaha untuk melepaskan tangannya dari Alex. Dia masih ingin menemui Maxim.
Berli meneteskan air matanya melihat kejadian yang barusan terjadi. Dia tidak mengira Alex menolak Maxim. Suaminya itu bahkan memutuskan hubungan persahabatannya dengan Maxim.
"Larry ... kamu antar Paman Max pulang," ucap Berli.
Larry mengangguk. "Iya, Mom .... "
Larry membantu Maxim berdiri. Dia mengalungkan sebelah tangan Max di pundaknya. Berli menghapus air matanya yang melihat Larry membopong Max.
"Paman ... kita pulang sekarang. Paman tenangkan diri dulu. Nanti aku akan bicara pada Liora," ucap Larry.
"Larry ... itu semua tidak benar. Aku hanya mencintai kakakmu saja," ucap Max.
"Iya ... aku tahu itu," jawab Larry.
Alex menendang pintu kamar Liora. Dia memaksa anaknya untuk masuk ke dalam. Liora terduduk di atas ranjang kasur.
"Kamu akan terus di kamar ini. Kamu akan Daddy izinkan keluar saat acara pertunanganmu dengan Varo di selenggarakan," titah Alex.
Alex keluar dari kamar Liora dan tidak lupa menguncinya dari luar.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Kiki Rizkia Apriliani
ceritanya sangat bagus, sesuai logika. yg dilakukan alex itu ya sewajarnya. tp kasihan juga sama max yg sdh bgtu lama menunggu
2022-08-09
0
Made Elviani
Al kejam pakai banget lg....... kebahagiaan Putri d atas segalanya Al
2022-01-17
0
Aprilia***
Alex lebih kejam dari ayah William 😭😭😭😭
2021-11-01
0