Selesai makan malam, semuanya duduk di ruang keluarga. Pelayan datang dengan membawa minuman dan cemilan. Liora menunduk saja. Dia duduk di samping Alex dan berhadapan langsung dengan Maxim.
Alex menyeruput teh yang telah di hidangkan di atas meja. "Max ... apa kamu sudah punya kekasih?"
Maxim mengangguk. "Aku sudah punya kekasih. Dia wanita yang sangat cantik."
Wanita itu adalah putrimu, Alex, batin Maxim.
"Aku kira kamu akan terus menjomblo," sahut Berli.
Maxim terkekeh. "Aku juga ingin pendamping di sisiku."
"Apa dia wanita dari Perancis, Paman?" tanya Larry.
Maxim mengeleng. "Bukan ... dia berasal dari sini."
"Bee ... aku tidak sabar untuk segera melihatmu menikah," ucap Berli.
"Liora ... kamu tidak bisa menjadi cinderella Paman. Karna Paman sudah punya kekasih," ucap Larry pada kakaknya.
"Tapi Liora sudah punya pangeran yang lain," sahut Berli.
Alex mengusap rambut panjang putrinya. "Liora juga akan segera menikah."
Maxim tersedak minuman. "Uhuk ... uhuk, maaf."
Berli memberi tisu kepada Max. "Pelan-pelan minumnya. Teh itu masih panas."
Maxim mengambil tisu dan mengelap bibirnya. "Al ... maksudmu apa?"
"Liora akan bertunangan dengan Varo. Dia sudah kami jodohkan dengan anak Vino," tutur Alex.
Maxim begitu kaget mendengarnya. Dia berpura-pura tersenyum. Max berusaha agar tetap tenang. Max melirik Liora yang menundukkan kepala ke bawah.
"Kapan mereka akan bertunangan?" tanya Maxim.
"Bulan depan," ucap Alex.
Liora merasa tidak nyaman akan situasi ini. Dia tidak berani menatap wajah Maxim. Liora juga kaget saat daddynya malah memberitahu tentang perjodohan itu.
"Liora ... selamat untukmu," ucap Maxim.
"Te-terima kasih, Paman," ucap Liora terbata-bata.
"Max ... kamu harus secepatnya menikah. Jangan sampai malah Liora yang mendahului kamu," ucap Berli terkekeh.
Maxim tersenyum. "Kamu benar ... aku harus secepatnya menikah."
Maxim melirik jam di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. "Alex, Berli ... aku sudah harus pulang."
"Cepat sekali," ucap Berli.
"Aku ada janji dengan temanku," ucap Maxim.
Maxim, Alex serta Berli beranjak bangkit dari duduknya. Larry juga ikut mengantar Maxim keluar pintu rumah. Hanya Liora yang tidak mengantar. Dia langsung menuju kamarnya.
"Aku pulang dulu. Lain waktu kita berkumpul bersama lagi," kata Max.
"Hati-hati di jalan," ucap Alex serta Berli.
Maxim masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil dan berlalu dari sana. Maxim melaju dengan kecepatan tinggi. Emosi di dalam dirinya sudah memuncak.
Maxim tidak mengira jika Liora telah berbohong padanya. Pada hal Max sudah bertanya siapa itu Varo. Namun Liora tetap tidak memberitahu dirinya.
Maxim sampai di kediamannya. Dia menuju bar minuman. Max mengambil sebotol minuman beralkohol dan meneguknya.
Craang ... !
Maxim melempar botol minuman beralkohol itu ke lantai. Dia menarik napasnya agar emosinya terkendali. "Liora ... kenapa kamu tidak memberitahu diriku? Kenapa kamu memberiku harapan?"
Liora meraih ponselnya di atas meja. Dia mencoba untuk menelepon Maxim. Berkali-kali Liora mendial nomor kekasihnya. Namun Max tidak mengangkatnya.
"Max ... angkat teleponnya," lirih Liora.
Liora mengambil tas serta kunci mobil. Dia keluar dari dalam kamar. Dia bergegas keluar rumah. Liora hendak pergi ke rumah Maxim.
"Liora ... kamu mau kemana?" tanya Alex yang heran melihat putrinya melangkah tergesa-gesa.
Liora menghentikan langkah kakinya. "Lio ... ingin berkumpul bersama teman-teman."
"Hati-hati dan jaga dirimu," ucap Alex.
"Iya .... "
Liora keluar dari mansion. Dia menuju mobilnya yang berwarna hitam metalik. Liora masuk ke dalam mobil. Dia menyalakan mesin dan berlalu dari sana.
Mobil Liora sampai di rumah Max. Dia bergegas membuka pintu rumah yang memang tidak di kunci. Liora masuk dan mencari Max.
Liora melihat botol kaca yang berserakan. Maxim menelungkupkan kepalanya di atas meja bar. Liora meletakan tangannya di bahu Max.
"Kenapa kamu datang. Sudah puas telah membohongiku?" Maxim bicara tanpa mengangkat wajahnya.
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku tidak mau di pertemuan pertama kita, aku malah membahas perjodohan itu," ucap Liora.
Maxim mengangkat wajahnya. "Jadi ... kamu malah memilih aku mendengar sendiri dari orang tuamu?"
Liora belum bisa untuk menjelaskan masalah perjodohan antara dirinya dengan Varo kepada Max, karna dia tidak ingin merusak moment pertemuan mereka.
Liora memang merasa bersalah saat Max bertanya mengenai Varo. Dia hanya mengatakan jika Varo itu adalah temannya saja.
Sungguh Liora tidak ingin berbohong. Dia hanya berniat mengatakannya di saat yang tepat. Tapi, rencana itu malah terbongkar dulu. Daddynya sendiri yang mengatakan kepada Maxim.
Maxim beranjak dari duduknya. Dia melangkah menuju kamar tidur. Liora mengikuti langkah kaki kekasihnya itu.
"Max ... bukan begitu maksudku. Aku hanya takut kamu kecewa," lirih Liora.
"Aku sudah kecewa, Liora," teriak Max.
Liora meraih lengan Max agar menghadap padanya. "Aku juga tidak mau di jodohkan. Aku sudah menolaknya. Tapi daddy tetap memaksaku."
"Lalu ... kenapa kamu tidak bilang saat aku bertanya siapa Varo itu?" tanya Max kesal.
"Maafkan aku, Max. Aku tidak ingin menyakiti kamu," lirih Liora.
"Kamu sudah menyakitiku," ucap Max.
Liora memeluk erat tubuh Max. "Aku mencintai kamu."
Maxim melepas pelukan itu. Dia duduk di tepi ranjang. Liora ikut menyusul duduk di samping Max. Liora mengengam tangan kekasihnya. Dia mengecup serta menempelkan tangan Max pada pipinya.
Max menatap wajah cantik kekasihnya. "Kamu milikku, Liora. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memiliki kamu."
Liora mengangguk. "Aku hanya milikmu."
Max mendaratkan bibirnya di bibir Liora. Keduanya saling mengunci satu sama lain. Max merebahkan tubuh Liora ke ranjang kasur.
"Lio ... sebelum pertunanganmu terjadi, aku akan bicara pada orang tuamu," ucap Max seraya tangannya membuka kancing kemeja Liora.
"Aku juga akan bicara jujur kepada mommy, jika kita berdua saling mencintai," ucap Liora.
"Aku berharap Berli akan mendukung kita berdua." Maxim membuka pembungkus yang melindungi bagian terindah dari tubuh Liora.
Liora membelai rambut Max saat kekasihnya itu sudah membenamkan kepalanya di sana. Dia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dari bibir Max.
Liora tertidur di saat Max bertingkah seperti bayi. Max melepas bibirnya dari sana. Dia merapikan kembali pakaian Liora. Dia memindahkan kepala Lio di atas bantal.
"Liora ... aku akan membawamu pergi jika Alex tidak merestui hubungan kita. Aku akan membawamu jauh dari sini. Kita akan hidup di mana semua orang tidak ada yang mengenal kita." Max mengecup lembut kening Liora.
Max beralih menuju lemari pakaian. Dia membuka lemari itu. Terdapat kotak besi di sana. Max menekan kode dari kotak besi itu. Dia menyimpan segala uang dollar serta emas batangan di dalam sana.
Hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun di negeri orang, hanya untuk membuat Liora menjadi miliknya.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
semangat Maxim...💪💪💪
2023-03-10
0
Zamie Assyakur
jangan karena putus cinta...kau lari keminuman..bermabuk'an hingga lupa diri sebotol minuman kau jadikan sahabat...
2023-03-10
0
Meta Lia
semangat max
2022-03-13
0