19 Arinda

14 tahun yang lalu, aku tidak menduganya

Saat Wanita tua itu datang menghampiri keluarga kecilku.

Saat itu istriku yang hamil tua tertidur lelap setelah perayaan sederhana kami

 anakku ada sepasang dengan satu laki-laki dan satu perempuan, dan mereka bayi yang sehat.

Tapi sejak kedatangan Wanita itu, Karinku sakit

Saat kami periksa kesehatannya dan ternyata itu mempengaruhi salah satu anak kami.

“Anak laki-laki anda sedikit janggal, sepertinya dia memiliki masalah Kesehatan,” begitu jelas dokter.

Tapi aku memiliki argumen yang berbeda.

Dia seperti itu karena Wanita tua itu.

*Dia menjadikan anakku sebagai pengganti diriku. 

Hal itu membuatku menyesal karena telah hidup seperti orang normal lainnya.

Seharusnya aku tidak perlu keras kepala, dan ikut saja dengannya saat berada di rumah sakit waktu itu.

Sewaktu tragedi aneh yang menimpa kami saat masih SMA

.

.

.

“Aku tidak tau dimana mereka, Karin.” Jelas Agus. Ia langsung memeluk Karin yang terisak. “Tapi aku berjanji akan menyelamatkan mereka.”

“Bawa mereka pulang, Agus!” isak Karin.

Agus semakin erat memeluk istri tercinta. Permintaan Karin membuatnya tidak perdaya. Namun disisi lain dia ingin sekali menjadi orang yang berguna terutama untuk menyelamatkan buah hatinya.

TOK TOK TOK

Seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Agus menenangkan Karin dan membujuknya agar tetap bersabar.

Saat Karin menenangkan dirinya, Agus segera membuka pintu rumah mereka. "Siapa yang datang malam-malam begini?" pikir Agus.

"Apa petugas tadi?" gumamnya. Sesaat Agus merasakan sesuatu yang aneh. Tiba-tiba suhu udara menjadi dingin. "Atau...?" Agus merasa sedikit ketakutan, tapi dia tetap penasaran sosok di balik pintu itu.

Dengan jantung berdebar, dan persiapan payung hitam yang tergantung dekat pintu depan rumah mereka, Agus membuka pintu tersebut.

"Agus, Karin mana?" sosok itu langsung bertanya dengan wajah yang cemas.

Agus langsung menyembunyikan payung tersebut dibelakang punggungnya. Dia tidak mau membuat sosok dengan wajah bulat dan sedikit tambun itu ketakutan.

“Gua sudah dapat ceritanya, Karin sempat nelfon gue, makanya gue datang kesini.” Jelas tamu tersebut yang tidak lain adalah Fitri. “Dan gua tau kalian belum makan seharian ini,” tambahnya mengangkat tas yang bersisi kotak bekal dan buah-buahan.

Tapi Fitri tidak datang sendiri. Dia Bersama Wanita lainnya. Wanita cantik dan terlihat anggun dengan stelan pakaiannya yang berkelas.

“Arinda?” sapa Agus tidak percaya. "Apa aura dingin itu datang dari dia?" pikir Agus.

Agus berpikir demikian sebab Arinda juga mengalami hal yang sama dengannya setelah tragedi itu.

“Ya, Agus, ini gue. Lama udah gak ketemu?" sahut Karin.

"Ya sudah lama. Lama banget." jelas Agus.

"Dimana Karin?” tanya Arinda.

Pengalaman yang tidak menyenangkan semakin mendekatkan hubungan silaturahmi mereka, begitu juga dengan Agus, Merri dan satu teman yang saat ini entah berada dimana.

.

.

.

.

Karin memeluk Fitri dan Arinda. Dia merindukan sosok sahabat-sahabatnya, terumata Arinda yang sudah lama tidak berjumpa.

“Maafin gue baru datang sekarang.” Jelas Arinda.

“Arinda!!!" Karin tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa memeluk tubuh ramping Arinda sambil menangis.

Arinda saat ini terkenal sebagai seorang desainer baju. Akhir-akhir ini hasil rancangannya mendapat perhatian pecinta fashion. Ia sering diundang melakukan peragaan busana dibeberapa negara.

“Kok anak-anak bisa hilang, gimana ceritanya?” tanya Fitri.

Karin terdiam. Dia hanya takut dianggap tidak becus menjaga anak.

“Kita sudah laluin masalah aneh, paling tidak masuk akal. Cerita aja Karin.” Bujuk Arinda.

“Gue rasa dia dibawa makhluk tak kasat mata.” Ucap Karin bergetar.

"Anak-anak di bawa sama makhluk tak kasat mata? kenapa?" tanya Arinda.

“Iya.” Jawab Agus. “Salah satu anak gue punya kelebihan sama

seperti gue dan…” Agus terdiam sejenak.

“Apa jangan-jangan anak laki-laki lo di incar?” tanya Arinda.

Agus hanya terdiam. Dia tidak tau siapa yang diinginkan makhluk itu. Apakah anak perempuannya atau anak laki-lakinya.

“Gua tidak percaya saat sosok mengerikan membisikkan Takdir kepada gue. Tapi saat mendapat kabar jika anak kalian hilang gue mulai memikirkan kata itu ada kaitannya dengan mereka.” Jelas Arinda.

“Takdir, takdir sepeti apa?” tanya Fitri.

“Aku tidak tau." geleng Arinda. Kemudian matanya menatap Agus dan mulai memikirkan suatu hal yang membuat Agus hanya terdiam.

Fitri dan Karin yang juga menyadari maksud yang berjalan di benak Arinda hanya terkejut. Fitri menutup mulutnya. Dengan hati-hati ia menatap Agus.

“Arinda! STOP mikirin hal yang aneh-aneh!!” bentak Karin.

Agus menunduk, “Sepertinya memang seperti itu.” Jelas Agus.

“AGUS!! Itu tidak benar!” kali ini Karin meneriaki Agus. “Kalian harus cari anak-anakku, kalian harus temuin mereka. Arda dan Kana harus ditemukan!!!” teriak Karin.

“Karin istifar!!” Fitri memeluk Karin. Dia mencoba menenangkannya.

Agus juga terduduk lesu. Dia mulai berfikir, seharusnya saat itu dia mati saja. Dia seharusnya tidak usah selamat.

Arinda menepuk Pundak Karin. “Boleh gue tau kamar mereka, atau tempat terakhir mereka berada?” izin Arinda. “Tapi jujur, gue ga akan bisa nemuin mereka. Karena gue bukan dia.” Tambahnya.

Karin dan Agus mengangguk. "Biar gue yang antar." ucap Agus.

.

.

.

.

Rohi melihat keadaan rumah yang telah ditinggalkan selama kurang lebih 15 tahun itu. Dari luar rumah tersebut terlihat sangat mengerikan karena tidak terurus sama sekali.

“Pekerjaan yang sangat berat,” gumam Rohi.

Merri yang menggendong Satria yang telah terlelap terlihat tidak peduli. Dia mengambil perlengkapan bayinya dan kemudian masuk kedalam rumah.

Rohi melihat sikap Merri tidak berkomentar apa-apa lagi. Dia mengikuti Wanita muda tersebut untuk memasuki rumah.

Pintu rumah terbuka sendirinya. Rohi yang waspada langsung melakukan ancang-ancang, dia tidak ingin ada makhluk aneh yang menyerang Merri dan juga Satria.

“Selamat datang ibu Merri.” Ucap Wanita kepala lima puluhan yang berdiri dibalik pintu tersebut. Dia juga yang membuka pintu tersebut.

“Mbok Lastri.” Sapa Merri yang menyunggingkan senyum ramah. Dia mengenal sosok yang menyambutnya itu dengan baik.

Rohi tercengang. Dia tidak tau ada manusia Bernama Lastri sebelumnya.

“Bagian dalam rumah telah dibersihkan.” Ucap mbok Lastri. "Bagian luar mungkin akan selesai besok pagi," lanjutnya.

Rohi yang mendengar itu tercengang. Dia melihat halaman rumah yang luas itu. Kondisinya juga berantakan. Manusia otot kawat tulang besi juga tidak akan bisa menyelesaikan dalam satu malam. Apalagi seorang wanita yang sudah terlihat menua?!

“Terimakasih, sudah mau membantuku dan merawat tempat ini.” Jelas Merri.

“Maafkan saya. Selama ini saya tidak merawat tempat ini. Setelah kalian pergi, aura jahat ditempat ini masih sangat kentara. Hal itu membuat saya juga takut memasukinya.” Jelas Wanita tua tersebut.

“Maksudnya?” tanya Merri.

“Nenek anda masih menempati tempat ini untuk waktu cukup lama. Dia mencari sesuatu dan juga membutuhkan beberapa tumbal.”

“Tumbal?”

“Iya, dia berhasil memperdaya beberapa orang yang membutuhkan kesaktiannya. Kemudian beberapa dari mereka yang tidak memenuhi keinginannya juga mati disini. Setelah ia merasa cukup puas, kemudian nenek anda pergi. Kesempatan itu saya gunakan untuk masuk dan mengunci rumah ini agar tidak bisa dimasuki siapa-siapa lagi.” jelas Lastri, “Maafkan saya.”

“Tidak apa-apa, mbok Lastri tidak usah minta maaf. Melihat Mbok Lastri selamat membuat saya bersyukur,” ucap Merri tulus.

“Saya juga turut berduka cita atas kematian ibu anda.”

“Iya, terimkasih. Ibuk sudah aman disana.” ucap Merri. Tapi rasa getir masih menyelimuti hatinya.

“Tapi rumah ini terlihat menyedihkan.” Ucap Rohi tiba-tiba. “Arwah mereka yang menjadi tumbal malah terperangkap dirumah ini.” Ucap Rohi kesal.

“Saya akan mengurus semua itu, tapi butuh waktu cukup lama.” Ucap Lastri.

“Tidak perlu, biarkan itu diatur oleh dia.” Ucap Merri sambil menunjuk Rohi. “Dia Rohi, penjagaku saat ini. Dan Rohi dia Mbok Lastri, salah satu kepercayaan Ibuk sewaktu masih tinggal disini.”

Mbok Lastri menundukkan kepala. Saat itu Rohi melihat ada sebuah paku logam yang menancap dikepala Mbok Lastri. Dan didahinya ada sepasang tanduk kecil yang memiliki warna seperti kulitnya yang kuning langsat.

“Hmm bangsa Jin.” Gumam Rohi dalam hati.

“Ya, beristirahatlah, biar mereka yang mati karena nafsu dan amarah ini saya yang urus. Terlebih lagi saya harus menjaga adik kecil ini biar tidak diganggu mereka bukan?!” Ucap Rohi tersenyum meihat Satria yang tertidur.

Ucapan Rohi membuat para arwah penasaran tersinggung. Baik Merri dan Lastri merasakan amarah mereka. Satria berlahan membuka matanya tiba-tiba merengek dan meronta.

“Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang paling gila,” gumam Merri. Dia segera pergi.

“Saya akan antarkan anda kekamar, disana sudah saya pasang mantra dan juga pengaman agar mereka tidak bisa masuk kesana. Setidaknya itu baik buat anak anda.” Ucap Mbok Lastri.

“Terimkasih ya Mbok.” Ucap Merri.

“Tidak usah berterima kasih. Ibu anda dulu banyak menolong saya, hal itu membuat saya berhutang budi kepada beliau. Tapi hanya ini yang bisa saya bantu.”

“Ini juga sudah cukup,” ucap Merri.

Merri meninggalkan Rohi yang sudah mulai menampakkan wujud aslinya sebagai iblis dengan tubuh setengah reptile. Dia terlihat percaya diri dengan tugasnya.

“Sudah lama saya tidak bermain-main.” Ucap Rohi yang kemudian mengenakan kaca mata hitam manusianya. “Oke para demit, kontrak sewa kalian sudah habis, pemilik rumah sudah ada disini. Kalian harus kembali pulang, ke neraka.” Ucap Rohi.

Para hantu yang terperangkap di rumah tersebut melihat Rohi dengan tatapan bengis. Mereka yang terlihat sangat marah mulai berlari dan mendekati Rohi.

Pengkeroyokan satu melawan puluhan demitpun berlangsung malam itu.

Dari puluhan demit yang berusaha kabur, terdapat 3 makhluk tak kasat mata yang berhasil kabur ketempat paling aman. Mereka melompat kedalam tongsampah dan bersembunyi disana mungkin untuk waktu yang cukup lama. (Spoiler)

.

.

.

.

Merri yang telah berada di kamar hanya bisa menghembus nafas karena Lelah. “Ibuk, bantu saya agar bisa menjadi kuat dan tegar sepertimu.” Ucapnya dalam hati.

“BAYIIII!!!!!!” tiba-tiba satu demit mendekati Satria yang telah berada di tempat tidur kamarnya.

Merri membalikkan badannya dan melihat satu sosok demit Wanita dengan wajah pucat mendekati anaknya. Makhluk itu terlihat senang dengan bayi tersebut.

Mbok Lastri yang juga berada di kamar tersebut juga langsung mengeluarkan ancang-ancang. “Izinkan saya yang hadapi, Merri,” ucapnya.

Lastri menarik paku yang menancap dikepalanya. Paku itu terlihat kecil, namun saat di Tarik tidak disangka jika paku tersebut memiliki Panjang seperti keris. Merri yang baru menyadari hal itu tersebut terpukau melihatnya.

"Dia semakin hebat." gumam Merry.

Kemudian wajah Lastri berubah semakin pucat dengan tatapan mata yang sangat tajam. Sekitar dahi hingga mata terdapat urat-urat membiru yang menonjol dengan jelas. Tanduknya yang kecil muncul dan melihatkan warna hitam batu yang diujungnya sangat tajam. Begitu juga dengan taring-taring digiginya yang sebelumnya sama sekali tidak terlihat tersusun rapi di wajah tirusnya.

Tubuh yang transparant seperti kabut putih itu siap melawan siapapun yang ingin mengganggu Merry ataupun Satria.

Demit yang melihat Lastri terlihat ketakutan. Tanpa ampun Lastri langsung mendorong demit tersebut hingga terdorong menembus tembok kamar tersebut. Saat berada di ruangan yang berbeda, ia langsung mengabisi demit tersebut.

Rohi yang baru menyelesaikan tugasnya mengusir demit di lantai dasar rumah melihat sosok Lastri yang berada di lantai dua. Dia melihat wujud asli Wanita yang ia anggap tua bangka.

Sampai Rohi tidak menyadari kalau ada sesosok demit lainnya hendak menyerangnya. Lastri yang menyadari hal itu langsung melempar paku berbentuk keris tersebut.

Hasil lemparannya tepat mengenai jidat demit tersebut sehingga dia mati dan sekaligus langsung menguap diuadara.

Rohi yang terselamatkan dengan bantuan kecil tersebut kembali menatap Lastri. Detak jantungnya memanas dan dadanya terasa sesak.

Lastri segera menghampiri Rohi. Dia mengambil paku miliknya dan segera menyimpannya ditempat semula, yaitu diatas kepalanya. Seketika wajah Lastri terlihat kembali seperti semula.

Lastri yang pendiam mengangguk kepada Rohi dan kembali menuju kamar lantai dua dimana Merri berada. Ia meninggalkan Rohi yang masih terpana menatapnya.

“Apa yang barusan terjadi?” pikir Rohi yang belum bisa memaknai detak jantung dan panas di separuh atas badannya.

"To tolong...!" Seperti tiupan angin malam.

Sepasang daun telinga Rohi menangkap suara lembut yang meminta pertolongan. Tapi sayangnya saat ia mengitari rumah itu, tidak ada satu sosok apapun di rumah itu.

"Apa itu barusan?" pikirnya.

.

.

.

Sementara itu di kediaman Karin dan Agus,  Arindan memperhatikan lemari kamar anaknya. Lemari itu terkuci dengan rapat. Beberapa kali coba dibuka, tidak berhasil.

“Biar saya coba!” ucap Agus yang mencoba membuka paksa lemari tersebut.

"Apa perlu menggunakan kapak?” tanya Fitri.

“Tidak mungkin, kalau ada anak-anak bagaimana?” tanya Karin.

“Ambilkan kapak kalau perlu!” desak Agus.

“KAMU GILA?!”

“Kita tidak tau apa yang terjadi kalau lemarinya tidak bisa dibuka?!” ucap Agus.

“Tapi kalau mereka terluka bagaimana?”

“Kamu yakin mereka didalam?” tanya Agus.

“Aku tidak tau. Aku hanya takut!!!!” teriak Karin.

“Kita gunakan kapak untuk membuka kuncinya!” ucap Arinda.

“ARINDA APA KAU GILA?!”

.

.

.

.

Pesta Jailangkung 2// Bersambung…

Terpopuler

Comments

Elly Arsida Lubis

Elly Arsida Lubis

sampe hmpir lupa tokoh dan ceritanyaa

2021-07-25

1

Fah3751

Fah3751

lanjut lagi kak yang semangat nulis nya

2021-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!