Arda berlari mengitari rumah. Ia ingin menemui Karin. Mengetahui saudarinya tidak pergi kesekolah, membuat Arda enggan berangkat juga.
Dia tidak tau kalau Kana sebenarnya di skors oleh pihak sekolah. Sesuai penilaian Arda Kana sedang berlibur dan ia ingin dapati hak yang sama.
Setelah menuruni anak tangga Arda mendapti rumah yang sepi. Ia langsung menuju dapur, namun tidak ada siapa-saipa. Ia langsung menuju pintu belakang rumah, siapa tau ibunya sedang menjemur pakaian. Nihil.
“Mama?” panggil Ardaya. Dia mulai panik.
“Ma mama di dimana?” tanyanya. Pencariannya berlanjut ke garasi mobil. Tetap saja, ia tidak menemukan sosok mamanya.
“TRAANGGG!!!”
Arda menoleh keatas. Dia mendengar sebuah benda terjatuh. Suara itu terdengar dari arah dapur.
“Mama?” pikir Arda yang kembali masuk kedalam rumah. Ia menuju sumber suara yang tidak lain berasal dari dapur.
Sekali lagi, dia tidak menemukan siapa-siapa. Namun sebuah wajan sudah tergeletak di atas lantai. Arda hanya menapat wajan yang terjatuh dalam beberapa detik.
Dia menatapnya dengan ekspresi datar. Wajan itu terjatuh dengan posisi yang agak aneh. Seolah-olah wajan itu tidak jatuh, tapi dilempar seseorang. Kalau jatuh, seharusnya vertikal, bukan horizontal.
Namun apa daya, yang memperhatikan hanya Arda, masalah seperti ini tidak akan ia pikirkan sejauh itu.
"Tidak ada mama, gimana ini?” pikir Arda mulai cemas.
Ya, Arda hanya memikirkan dimana ibunya berada.
“Kana tau ga ya?” pikir Arda yang sibuk beratanya kepada dirinya sendiri. Ia pun meninggalkan dapur. Pas satu langkah ia meninggalkan dapur…
“BAMMM!!!”
Pintu dapur dibanting dengan keras. Arda menoleh kebelakang dan melihat pintu tertutup rapat.
Pintu itu terbuka sendiri secara berlahan. Sangat pelan, seperti seseorang sedang membukanya di balik sana.
Arda hanya melihat dan menunggu siapa dibalik pintu itu. "Ma...ma?!"
Saat pintu terbuka sangat lebar, ia melihat wajan yang tiba-tiba berputar-putar sendirinya. Seseorang dengan kulit kurus dan pucat mengambil wajan itu.
Sepintas memang terlihat seperti Karin. Tapi Karin tidak mungkin memakai pakaian sekumal itu. Apalagi dengan tubuh kurus kering dan pucat.
Tapi dimata Arda, dia bisa jadi Karin, “Ma… mama?” panggilnya.
Sosok wanita kurus dibalik itu juga menoleh dengan tatapan tajam dan mulut menganga.
Bersaman dengan suara angin yang datang dari mana, wanita berparas menakutkan itu berteriak dengan suara serak "MATIIIIIIIIIII!!!!!!!"
“BAMMMM!!!!!” pintu kayu itu kembali tertutup dengan dorongan yang sangat kuat. Arda terduduk karena kaget dan langsung menutup kupingnya.
“GYAAAA!!!” suasana semakin mencekam saat ia mendengar teriakan Kanaya dari kamar.
Arda menoleh kearah sumber suara. "Ka kana!!" serunya. "Kana...kana...kana...!!!"
DUK DUK DUK DUK!!!
Pintu dapur terbuka dan tertutup dengan kencang. Begitu juga dengan berbagai perkakas yang ada disana. Kombinasi itu menciptakan suara gaduh sehingga membuat Arda tidak tenang.
Dia menjadi panik sekaligus ketakutan. Arda yang kebingungan tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya berlutut, menyembunyikan kepalanya agar tidak bisa mendengar suara gaduh itu lagi.
“GYAAAAAAA” teriakan Kanaya semakin kencang.
"Kanaaa!!" lirih Arda yang tidak berdaya.
Sepasang bola mata merah yang berdiri di balik pintu dapur itu ternyata telah memperhatikannya dari tadi. Dia terlihat senang dengan kerumitan yang dialami di rumah ini.
"Sebenatr lagi...Sebentar lagi Mbah Uti!!!" bisik puluhan suara yang saling sahut menyahut.
HENING...
Semua kegaduhan itu berhenti begitu saja. Teriakan Kana, pintu yang dibanting, suara benda-benda yang jatuh, orang-orang yang berbisik. Semuanya terdiam.
“Arda!!!” bahu Arda di tepuk. Tapi anak itu tidak bergeming sedikitpun. Dia masih ketakutan.
“Arda! AYOK!!!”
Kepala Arda langsung tegak. Dalam pandangan yang masih samar-samar, ia melihat sosok wajah yang sangat mengerikan. Arda mengucek kedua matanya, pandangannya makin kian jelas. Ia melihat Kanaya, hanya saja dia memiliki sepasang tanduk bewarna hitam diatas kepalanya dan bola mata bewarna senada.
“GYAAAA!!!” Arda teriak dan langsung memejamkan mata.
“Arda!! Ini AKu!!!” teriak Kana. Dia mengguncang tubuh Arda agar segera membuka matanya.
Arda membuka matanya, kali ini ia benar-benar melihat Kana. “Kana ya.. kana!” serunya.
“Ayo kita sembunyi!” ajak Kana menarik tangan Arda.
“Kemana?”
“Buruan, sebelum dia menangkap kita…!!” desak Kanaya.
Arda hanya mengikuti, “Kita cari mama?” tanya Arda.
“Ya!” jawab Kana dingin. “Kita sembunyi di dalam lemari kamarmu.” Ajak Kanaya.
“Kenapa?”
“Ada mamamu disana!”
.
.
.
.
“GYAAA!!!!”
Suara teriakan itu Kembali terdengar. Suara itu bersumber di balik pintu kamar kedua orang tuanya. Suara itu juga mirip dengan suara Kana.
Arda mendengar suara itu. Dia merasa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. “Ka na?” pikir Arda.
Dia menyadari ada suatuhal yang aneh. Jika Kana disini, disampingnya, lantas siapa yang ada di kamar?
Arda menoleh kearah Kana yang diam membatu disampingnya. Mata Kana terlihat sayu. Dia memberikan tatapan dingin tanpa ekspresi kepada Arda.
“Kana?” Arda memanggil Kana. Tatapan itu tidak singkron dengan genggaman tangan Kana yang begitu kuat memegang tangan Arda.
.
.
.
Pintu kamar Karin terbuka, Arda melihat sosok Kana yang lain. Berbeda dengan Kana yang berdiri disampingnya, wajah Kana yang ada dihadapannya terlihat ketakutan.
Ekspresi itu semakin ketakutan ketika melihat Arda. Tepatnya kepada sosok yang berdiri disamping Arda.
“Setan sialan! Menjauh dari adikku.” Ucap Kana yang berdiri disamping Arda.
“Kkau yang siapa, kenapa kau menyerupaiku?” tanya Kana yang berada didepan pintu kamar orang tua mereka.
Arda semakin bingung dengan situasi dia hadapi. Dia tidak tau siapa yang harus ia percayai.
“Arda mari kita bersembunyi!” ajak Kana yang bergegas masuk dalam kamarnya.
“JANGAN BAWA ARDAAAA!!!!” teriak Kana yang lain.
Tidak ada jawaban, Kana tetap membawa Arda untuk bersembunyi ke kamarnya. Arda sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa ia sadari, ia juga mengkuti instruksi kakaknya.
“DASAR BOCAH PENIRU!!!!!!” teriak Kanaya yang lain. Ia berlari dan manarik tangan Arda. Saat ini posisi Arda diantara dua Kanaya.
“Lepaskan tanganmu!!”
“Tidak akan!!”
“Dia adikku!”
“Kau peniru!!”
“Kau yang meniru!”
“HENTIKANNN!!!!” Arda teriak, dia semakin sesak dengan perdebatan antara perempuan ini atau salah satunya bukan perempuan.
“Aku Kanaya!!” teriak kanaya yang dari tadi terlihat ekspresif.
Sedangkan Kanaya yang pendiam tidak berkata apa-apa. Dia menarik Arda dan mendorongnya dengan kuat. Pintu lemari kamar yang terbuat dari kayu jati itu terbuka dengan sendirinya. Arda terdorong hingga masuk kesana.
“BLAM!” pintu lemari tertutup.
Arda meringis kesakitan. Pintu lemari tertutup dan kemudian tidak bisa dibuka. Arda mulai diserang panik. Dia berada ruang sempit dan juga gelap.
“Kana…bu buka pintunya!!” teriak Arda. "Aku hanya ingin ketemu Ma ma...?!"
Suara Arda tidak terdengar. Sebab diluarsana masih terus terjadi perdebatan.
“Kurang Ajar.. apa yang kau lakukan kepada Arda?!”
“Kau iblis peniru, jangan berlagak baik!! PERGI DARI RUMAH INIII!!!!” teriak Kana yang lain.
Meski tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi Arda dapat menebak jika diluar ada keributan hebat. Entah keduanya saling melempar barang atau memang terjadi pertengkaran hebat.
Arda mencoba mengintip dari celah lemari. Ia melihat pemadangan yang sangat mengerikan. Satu Kanaya berdarah tepat diperut. Sedangkan Kanaya yang lain berdiri dihadapannya.
Arda langsung menahan nafas. Kanaya yang selamat itu memiliki sepasang tanduk tajam diatas kepalanya. Tanduk itu mempelihatkan sisa darah. Bisa jadi itu bekas darah yang telah dihunus keperut Kanaya yang lain.
Kini Kanaya bertanduk itu melihat kearahnya. Matanya tiba-tiba bewarna hitam. Dia sosok yang dilihat Arda saat di dapur.
Kini Kanaya bertanduk itu berjalan mendekati arah lemari tempat Arda bersembunyi. Arda mulai ketakutan. Dia memjamkan matanya dan menutup telinga dan kedua matanya.
“Mama… mama… Kana kenapa? Kana mati?” dia hanya bicara kepada dirinya sendiri dengan suara lirih.
Pintu lemari itu dibuka. Arda terduduk ketakutan. Tanpa memperdulikan keadaan Arda, Kanaya yang memiliki tanduk itu masuk dan duduk didekat Arda. Pintu lemari tertutup dengan sendirinya.
“GYAAAAAA!!!!” terdengar teriakan Arda dari dalam lemari.
Lemari kayu dengan ukiran jawa kuno itu sempat bergoyang. Tak lama kemudian lemari itu diam. Begitu juga dengan teriakan Arda.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Wika Harman
kesel sama karin ih, jelas2 anaknya baru dapat tragedi eh malah ngilang ntah kemana
2021-07-23
1
Elly Arsida Lubis
oalh lmanyaaa
2021-06-04
0
Emanuel Badin
update lh thor sampe bekarat kmi nunggunya :v
2021-06-01
0