****
Mutiara merasa dirinya seperti orang bodoh saja, berharap suaminya akan segera pulang. Ia menunggu dan terus menunggu hingga waktu menunjukan larut malam.
"Harusnya aku tahu jika dia mungkin akan pulang diwaktu dini hari atau bahkan tidak pulang sama sekali" ucap Mutiara pada dirinya sendiri.
Mutiara beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju kamar utama, tempat dimana ia dan suaminya melepas rasa penat.
Mutiara tersenyum getir saat memasuki kamar yang begitu luas, ia mengingat jelas bagaimana Gilang menegaskan bahwa mereka akan tetap tidur dalam satu kamar dan pria itu berjanji tidak akan menyentuhnya selama dirinya belum siap untuk menyerahkan diri sepenuhnya.
"Apa aku salah karena sudah menolak memberikan hak suamiku? Tapi aku takut jika harus hamil pada usia dini, lagi pula aku juga masih sekolah bukan?" Mutiara berperang melawan hatinya sendiri.
Baru kali ini ia mengalami dilema hati yang sangat kuat. Ia ingin suaminya menghargai pernikahan mereka. Akan tetapi Mutiara takut Gilang akan terus menuntut haknya jika ia melarang suaminya berkencan dengan wanita lainnya.
Mutiara melangkah masuk, rasa dingin menyeruak ke dalam hatinya. Ia pun berbaring di tempat tidur dengan posisi miring. Ditariknya selimut hingga menutup seluruh tubuhnya. Dengan berat akhirnya ia berusaha untuk memejamkan mata dan pergi ke alam mimpinya.
🔹
🍁
🔹
* Hoammmm *
Secara perlahan Mutiara membuka kedua matanya, ia berusaha mengumpulkan seluruh jiwanya yang masih berpencar. Mutiara duduk dan melirik arah jam weker, sudah pukul 06.00 WIB. Sepertinya ia lupa menyalakan alarm sehingga bangun sedikit terlambat.
Mutiara beranjak dari tempat tidur, kemudian menuju kamar mandi. Ia harus segera mandi, dan bersiap-siap ke sekolah. Untung saja dia bukan tipe wanita yang suka berlama-lama berada di dalam kamar mandi. Cukup 20 menit saja.
Mutiara sudah selesai dengan aktivitas rutinnya, yakni mandi. Ia pun sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Selesai. Sekarang waktunya turun dan sarapan, mas Gilang pasti sudah berada di bawah" cicit Mutiara segera keluar dari kamarnya.
Hatinya sangat bersemangat, semalaman ia sudah memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan sang suami. Semoga saja ini merupakan sebuah keputusan yang baik.
"Selamat pagi nona muda" sapa Laras ketika melihat majikannya baru keluar dari kamarnya.
"Pagi juga mbak Laras, apa mas Gilang sudah ada di meja makan?" tanya Mutiara.
"Maaf nona, sepertinya semalam tuan tidak pulang" jawab Laras mematahkan hati majikannya.
Mutiara mendadak lemas, ia mengira suaminya sudah pulang dan sedang sarapan. Tapi nyatanya pria itu tidak pulang sama sekali.
"Nona mau sarapan??" tanya Ratna
Mutiara menggeleng, "Aku sarapan di kantin sekolah aja mbak" lirihnya.
Mutiara berpamitan pada Laras. Meskipun baru bertemu semalam, ia sudah merasa nyaman dengan Laras. Selain baik dan sopan, Laras ternyata juga seorang yang humoris. Jadi Mutiara bisa merasa sedikit terhibur dengan segala candaannya.
🔹
🍁
🔹
Mutiara ke sekolah menggunakan angkutan umum, ia tahu benar jika dompetnya semakin menipis. Untung saja ia masih menyimpan uang jajan yang pernah di kasih oleh ibu Meisya saat ia belum resmi menjadi menantunya. Meskipun tidak banyak, tapi cukuplah untuk naik angkotan umum selama satu bulan.
"Apa aku makan ke kantin dulu ya" Mutiara bicara pada dirinya sendiri.
"Tapi kan sepuluh menit lagi bel masuk, jadi sayang kalau aku ke kantin" ucapnya lagi.
Mutiara pergi ke perpustakaan, hari ini ia tidak masuk kelas lantaran harus mengikuti ulangan susulan.
"Mutiara" panggil seorang pria. Mutiara menoleh, ia pun tersenyum.
"Elo mau kemana?" tanya pria itu.
"Aku mau ke perpustakaan, hari ini kan aku ada ulangan susulan" jawab Mutiara.
"Oh..." pria itu manggut-manggut
"Kalau begitu semangat ya!!" ucapnya lagi memberikan semangat pada Mutiara.
"Terima kasih ya Rif, kamu emang sahabat terbaikku" cicit Mutiara.
Arif hanya tersenyum ketika mendengar kata sahabat terbaik. Andai saja gadis itu tahu bagaimana isi hatinya, mungkinkah Mutiara tetap mau bersahabat dengan dirinya??
"Ya udah kalau begitu buruan gih ke perpusnya! Nanti telat lho dan nggak bisa ikut ulangan susulan"
Mutiara mengangguk, ia pergi meninggalkan Arif sendirian. Membiarkan pria itu tetap mengawasi dirinya dari belakang, mungkin sampai tubuhnya menghilang ketika harus berbelok ke sebuah lorong menuju perpustakaan.
"Maafin aku Rif, bukannya aku tidak peka dengan perasaanmu" ucap Mutiara setelah menghilang dari pandangan Arif.
Mutiara tahu bagaimana perasaan Arif. Ia pernah menemukan sebuah amplop berisikan surat di dalam laci sahabatnya itu. Arif sepertinya ingin memberikan surat tersebut pada dirinya, tapi ia tidak berani dan akhirnya menyimpan kembali ke dalam lacinya.
Mutiara diam, ia tidak akan membuka suara sebelum Arif berkata jujur pada dirinya. Ia akan menunggu sampai pria itu siap. Namun setalah 3 bulan berlalu, Arif tidak pernah mengungkap isi hatinya sama sekali. Padahal jika ia mau bicara jujur, besar kemungkinan Mutiara juga tidak akan menolak.
Hanya saja Arif terlalu penakut, dan sekarang pun sudah tidak ada harapan baginya. Mutiara sudah menikah dan ia mulai menaruh hati pada sang suami.
🔹
🍁
🔹
Mutiara bisa bernafas dengan lega, akhirnya ia bisa melalui ulangan susulan dengan baik dan lancar. Meskipun tadi di pertengahan jalan perutnya sempat melilit akibat rasa lapar, tapi syukurlah tidak sampai mengganggu ulangannya.
Mutiara buru-buru pergi ke kantin sekolah, ia harus segera mengisi perutnya yang kosong sebelum bel masuk. Masih ada waktu 10 menit.
"Mutiara..."
Mutiara menoleh ke arah sumber suara yang sudah memanggilnya. Ternyata ada Elvina juga di kantin. Mutiara tersenyum, ia menghampiri sahabatnya itu.
"Vin, kamu tumben ke kantin? Biasanya bawa bekal?" selidik Mutiara.
Elvina hanya cengengesan, Mutiara melirik ke arah pria yang duduk di hadapan sahabatnya. Dion Permana anak X11 IPS 1, dia cowok yang ditaksir oleh Elvina sejak pertama kali memasuki SMU Dirgantara. Tapi pria itu sudah memiliki kekasih sejak SMP, Elvina sempat patah hati tapi ia berusaha menerima dengan ikhlas. Itulah desas-desus yang pernah di dengar oleh Mutiara, tapi bagaimana bisa sekarang mereka bisa bersama? Bukankah Elvina sudah menjauhi pria itu semenjak ia tahu jika Dion sudah memiliki kekasih.
"Hai Mutiara" sapa Dion
"Hai juga" balas Mutiara.
"Elo sendiri sedang apa disini?" tanya Elvina balik.
"Tadi pagi aku bangun kesiangan, jadi nggak sempat sarapan" jawab Mutiara
"Ya udah aku pesan makanan dulu ya, takut waktu istirahat habis" ucap Mutiara lagi.
Elvina dan Dion serempak mengangguk, Mutiara segera berlalu dari mereka berdua.
🔹
🍁
🔹
Jam terakhir mata pelajaran terasa membosankan bagi seluruh siswa kelas X11 IPA 1. Mereka semua terlihat tidak bersemangat. Ada yang mengobrol sendiri, tidur, dan ada pula yang diam-diam bermain ponsel. Andai saja di suruh memilih, mungkin mereka menginginkan pelajaran sejarah dihapuskan saja. Toh itu tidak terlalu penting bagi kelas mereka.
*Tet...Tet...Tet...Tet...Tet....*
"Akhirnya pulang juga" celetuk seorang siswa.
Mereka mengemasi semua peralatan sekolah, dan bersiap-siap untuk pulang. Sementara Mutiara, wajahnya terlihat pucat. Mungkin ini efek dari dia belum makan apapun sejak pagi. Tadi saat jam istirahat, ia belum sempat memakan pesanannya sedikitpun karena keburu bel masuk berbunyi.
"Mutiara, elo baik-baik aja?" selidik Arif.
"Aku baik-baik aja kok" jawab Mutiara.
"Mau pulang bareng?" ajak Arif.
Mutiara menggelengkan kepalanya pelan,
"Tidak, terima kasih" ucapnya dengan lembut, berharap pria itu tidak akan kecewa.
"Ya udah kalau begitu gue duluan ya" ujar Arif kemudian.
Mutiara mengangguk, ia tahu jika Arif sedikit kecewa. Sebelum menikah, ia dan Arif selalu pulang bersama. Tapi sekarang itu mustahil, ia sudah sah menjadi istri Gilang. Jadi tidak baik jika harus jalan bersama pria lain.
Mutiara segera keluar kelasnya, ia takut jika suaminya sudah menunggunya seperti kemaren.
Elvina hanya memandang iba pada sahabatnya, ia merasa seakan Mutiara mulai menjauh dari sahabat-sahabat dekatnya. Terutama Arif.
"Semoga pengorbananmu tidak akan sia-sia, teman" lirih Elvina.
Elvina tidak bisa ikut campur lagi dengan urusannya sahabatnya, Gilang sudah mengatakan secara terang-terangan padanya jika ia terus ikut campur dengan urusan rumah tangga mereka, maka Gilang akan melupakan perjanjian yang sudah disepakati.
Mutiara melihat ke luar parkiran, disana memang tampak mobil Gilang telah menunggu. Mutiara bergegas menghampiri mobil tersebut.
"Pak Heru yang jemput saya? Mana mas Gilang?" selidik Mutiara
"Tuan sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, untuk itu saya yang akan menjemput Nona selama 2 minggu ke depan" jawab Heru.
"Oh..."
Mutiara tersenyum getir, ia tidak tahu harus senang atau tidak. Tapi mengingat Gilang pergi tanpa pamit kepada dirinya, Mutiara semakin menyadari jika dia bukan-lah siapa-apa bagi suaminya.
"Kalau begitu kita pulang sekarang aja, Pak!!" ajak Mutiara kecewa.
"Baik nona..." ucap pak Heru, ia melirik istri majikannya. Tampak pucat dan sedih.
"Apa Nona sedang sakit??" tanya pak Heru.
"Tidak, aku baik-baik saja" bohong Mutiara.
Ia malas jika harus berkata jujur. Pak Heru pasti langsung memaksanya untuk makan, sedangkan nafsu makannya telah lenyap.
Up lagi ya dari Author, maaf kalau sedikit
soalnya masih terasa sedikit lelah🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Shautul Islah
sabar ya
2020-10-29
2
Fitri Sasa
lanjut
2020-03-10
3
Ummu Fawwaz
next Thor
2020-03-10
3