#PERNIKAHANBEDAUSIA_08 ( Revisi )

***

Mutiara tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan Gilang. Ia terpaksa menemani pria itu tidur hingga matahari akan terbit. Dengan berat hati ia menaiki salah satu sisi tempat tidur dan berbaring memunggungi pria yang notabandnya adalah suami sahnya sendiri.

*Deg

Mutiara membeku. Jantungnya seakan hampir copot saat ia mulai merasakan sebuah tangan mulai menyentuhnya. Ia berusaha menahan nafasnya.

Gilang berbaring menyamping, menyibakan rambut istrinya yang tegerai panjang. Kemudian mengecup tengkuknya yang terlihat begitu bersih dan mulus.

Mutiara merasakan geli dan panas. Otaknya kembali menerawang pada kejadian tadi, dimana pria itu telah menc*** bibirnya untuk yang kedua kalinya. Wajah Mutiara memanas. Ia merasa heran pada dirinya sendiri yang sama sekali tidak bisa menolak ataupun memberontak atas perlakuan dari Gilang. Bahkan bisa dibilang ia terlihat begitu pasrah dan menerimanya dengan suka rela.

"Gadis kecilku" pangil Gilang dengan suara purau.

Mutiara hanya bisa menelan ludahnya ketika Gilang membalikan tubuhnya. Posisi keduanya kini sudah berhadapan dan tatapan mereka saling bertemu satu sama lainnya.

Mutiara kembali membeku. Jantungnya bergemuruh dengan sangat kencang, saat menyaksikan wajah tampan milik suaminya mulai mendekat. Ia bisa merasakan deru nafas Gilang menerpa wajahnya. Mereka semakin dekat hingga tidak ada jarak sedikitpun.

Gilang mengecup b**** ranum milik Mutiara dengan penuh kelembutan, dan kali ini terkesan tidak menuntut. Mutiara memejamkan kedua matanya. Ia bisa merasakan adanya sentuhan yang hangat, bukan nafsu yang bergelora.

Gilang melepas c***annya, dan menatap kedua manik mata istrinya. Wajah Mutiara menjadi merah seperti kepiting rebus, karena menahan malu.

"Apa yang sedang kamu lakukan gadis kecil? apakah kamu ingin berubah pikiran dan berniat menyerahkan dirimu secara suka rela kepada suamimu ini?" ucap Gilang hingga berhasil membuat kedua mata indah istrinya membulat dengan sempurna.

Mutiara membekap mulutnya menggunakan kedua tangan. Ia baru menyadari jika dirinya hampir melakukan sebuah kesalahan yang fatal. Untung saja pria itu bisa mengontrol dirinya, jika tidak mungkin semua akan berakhir disini.

Gilang menyimak setiap perubahan dari raut wajah istrinya. Ia tersenyum jail, merasa puas hati karena berhasil membuat seorang gadis lugu seperti Mutiara ikut terbuai dengan sentuhannya.

Mutiara segera bangun dan ingin beranjak dari tempat tidur. Akan tetapi sebelum ia berhasil melakukannya, ternyata Gilang sudah terlebih dahulu sigap menarik dan mengungkung tubuh Mutiara ke dalam pelukannya.

"Mas" Mutiara meronta agar suaminya mau melepaskannya.

"Mau kemana gadis kecil?" Gilang semakin mempererat pelukannya.

"Aku tidak akan kemana-kemana, hanya mau pindah ke sofa aja" ucap Mutiara.

"Untuk apa ke sofa?? disini saja, temani aku!!" tegas Gilang.

"Tapi mas..."

"Tidak ada tapi-tapian, aku janji tidak akan berbuat macam-macam padamu!" Gilang menyela.

Mutiara mendengus kesal, ia sudah terlihat pasrah lagi. Toh tidak ada gunanya juga jika ia terus melawan. Gilang pasti memiliki banyak cara untuk mewujudkan keinginannya.

🔹

🍁

🔹

Waktu sudah menunjukan pukul 8.30 WIB. Mutiara mulai merasakan perih dibagian perutnya. Ia lapar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Pria itu asyik bergelut dengan dunia mimpinya, sedangkan tangannya yang kekar masih mengungkung tubuhnya.

Mutiara mendongak, ia memperhatikan setiap inci wajah suaminya yang tengah terlelap. Tentu saja terlihat lebih tampan dan manis, sangat berbeda ketika ia sedang terjaga.

"Hufff... Mutiara, apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu tidak boleh lemah! Saat ini Gilang hanya ingin mempermainkanmu saja, jadi jangan sampai kamu jatuh hati terlebih dahulu padanya! Kamu akan kecewa nanti" bathin Mutiara

Mutiara berusaha mengingatkan dirinya sendiri agar tidak masuk ke dalam jebakan pesona suaminya.

Mutiara sudah tahu seperti apa sosok Gilang, pria itu tidak akan bisa mencintai wanita manapun dengan tulus. Ia bersedia menikah dengan Gilang karena adanya sebuah alasan, ia hanya ingin membantu seorang ibu yang memiliki keinginan untuk mengubah perilaku hidup bebas dari putranya yang sudah terlalu menyimpang jauh.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu gadis kecil? Apa kamu sudah mulai terpesona dengan ketampanan wajah suamimu ini"

Mutiara menelan salivanya, ia tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun.

"Mas" lirih Mutiara, ia menggigit bibir bawahnya

"Hmmm, ada apa?" Gilang masih setia memejamkan kedua matanya.

Ia mati-matian berusaha menahan gejolak yang ada dalam dirinya agar tidak lepas kendali. Dari tadi otaknya selalu berpikir ingin memakan istri kecilnya.

"Aku lapar"cuit Mutiara.

"Jam berapa ini?" tanya Gilang.

"Sudah jam setengah sembilan" jawab Mutiara.

Gilang membuka kedua matanya, ia melirik ke arah dinding. Benar sudah setengah sembilan. Kenapa waktu berlalu dengan begitu cepat? Padahal baru saja ia mendapatkan suatu kenyamanan bersama istri kecilnya.

"Baiklah... aku mandi dulu, baru nanti kita cari makan" tutur Gilang langsung beranjak meninggalkan tempat tidur.

Mutiara menghela nafas lega, akhirnya bisa terlepas dari kungkungan suaminya. Ia turun dari tempat tidur menyiapkan pakaian ganti untuk suami.

🔹

🍁

🔹

Entah apa yang dilakukan Gilang di kamar mandi? Ia sudah berada di dalam sana selama setengah jam lebih. Tapi belum ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa pria itu akan segera keluar.

Mutiara mendengus kesal, perutnya semakin perih karena lapar. Sekali lagi ia melirik ke arah pintu kamar mandi, berharap pria itu segera keluar.

"Hufff...sepertinya aku akan mati kelaparan" keluh Mutiara mengelus perutnya yang rata.

*Cekleekkkk

Spontan Mutiara menoleh, wajahnya memerah lagi seperti udang rebus. Meskipun sudah pernah melihatnya tetap saja ia merasa malu ketika harus dihadapkan dengan tubuh sixpack suaminya. Mutiara segera memalingkan muka, mengambil pakaiannya. Ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

Gilang terkekeh, ia tahu jika istrinya masih malu dan merasa canggung saat melihat tubuhnya. Ia melangkah ke arah tempat tidur, disana sudah ada pakaian untuknya.

"Dia memang gadis yang tahu akan tugasnya" celetuk Gilang kemudian memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh istrinya.

Tak butuh lama, Mutiara pun sudah keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan dress berwarna pink dengan motif bunga yang panjang hingga selutut. Terkesan simple dan sederhana tapi terlihat cantik dipakai oleh Mutiara.

"Cantikkk" lirih Gilang.

Mutiara mendengar, ia menundukan kepala karena merasa malu mendengar pujian yang berasal dari bibir suaminya.

"Dan aku harap kamu akan selalu berpenampilan seperti ini jika keluar bersamaku, dengan begitu aku tidak akan merasa sedang berjalan dengan seorang bocah ingusan" tutur Gilang.

Mutiara mengangkat wajahnya, ia mengambil nafas sebanyak-banyaknya kemudian dihembuskan dengan kasar. Baru saja ia merasa tersipu karena memdengar pujian dan belum ada lima menit sudah dijatuhkan lagi oleh suami mesumnya.

"Dasar pria tidak punya perasaan!!" Mutiara menggerutu dalam hati.

"Sebaiknya kita keluar cari makan sekarang, sebelum aku berubah pikiran untuk lebih memilih memakan dirimu" ucap Gilang seraya melenggang pergi meninggalkan Mutiara.

Mutiara mengerucutkan bibir, ia seakan ingin mencabik mulut suaminya yang suka asal kalau bicara. Dengan langkah malas ia pun mengikuti Gilang keluar dari kamar tempat mereka menginap usai resepsi pernikahan.

🔹

🍁

🔹

Kini, keduanya duduk saling berhadapan di meja ujung dekat dengan pagar pembatas sambil menunggu pesanan mereka datang. Gilang menatap tajam pada istrinya. Ia merasa kesal karena Mutiara terus merengek, memaksa dirinya untuk makan di sebuah restoran kecil yang letaknya di pinggiran jalan. Mutiara sendiri hanya menunduk takut, jantungnya berdegub dengan kencang.

"Kenapa sekarang kamu menunduk seperti ini hmmm... Seharusnya kamu merasa senang bukan? Karena pada akhirnya bisa memaksa seorang Alvian Gilang Dirgantara untuk makan di sebuah restoran kecil" ucap Gilang tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Bibir Mutiara bergetar, lidahnya terasa kelu. Seakan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Ia terus meratuki kebodohan yang baru saja dilakukan olehnya. Entah setan mana yang sudah merasuki dirinya hingga berani beradu mulut dengan Gilang soal tempat dimana mereka akan makan.

"Ma...ma...ma...af Ma..a...ss..." hanya kata itu yang bisa lolos dari bibir Mutiara.

Sekuat tenaga ia berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh karena rasa takut yang berlebih. Namun tetap saja tidak berhasil.

Mutiara semakin menundukkan kepalanya, ia tidak ingin terlihat cengeng di hadapan suaminya.

Gilang bergeming, ia masih sama dengan posisinya. Kedua tangannya bersidekap di depan dada, dan tatapannya...

Terkesan sangat mengintimidasi orang yang berada di hadapannya.

Untung saja pelayan segera datang membawa pesanan mereka hingga bisa sedikit mengalihkan pandangan Gilang.

"Siapa namamu nona cantik?" Gilang menggoda pelayan tersebut.

Ia hanya ingin melihat bagaimana reaksi dari gadis kecil yang baru dinikahi olehnya.

"Santi, tuan" jawab pelayan tersebut.

Gilang tersenyum puas, ia bisa melihat perubahan raut wajah dari istrinya.

"Jangan panggil saya tuan! panggil saja Gilang atau mas, biar lebih enak didengarnya" pinta Gilang dengan kelembutan.

Gilang semakin gencar melakukan aksinya dalam menggoda pelayan tersebut. Ia senang bisa melihat adanya raut kesal di wajah Mutiara.

"Dasar laki-laki hidung belang!!! Di hadapan istrinya saja berani menggoda wanita lain, apalagi kalau dibelakang" Mutiara menggerutu di dalam hati.

Bibir Mutiara maju ke depan, melirik sinis pada Santi yang nyatanya merasa senang digoda oleh Gilang.

"Mbak, bisa cepetan dikit nggak sih?? Saya sudah sangat kelaparan nih, mau saya jadiin santapan??" Mutiara sedikit muak dengan sikap genit yang ditunjukan oleh Santi, si pelayan tersebut.

"Oh...Eh...i...i...ya Nyonya" gugup Santi merasa ngeri dengan perkataan Mutiara.

"Nyonya...Nyonya, memangnya wajah saya terlihat tua apa??" Mutiara semakin kesal.

Gilang terkekeh merasa puas karena berhasil membuat istrinya cemburu.

"Silahkan, selamat menikmati hidangannya. Semoga Mas dan mbaknya cocok dengan masakan di restoran kami" ucap Santi dengan lembut, ia melirik ke arah Gilang sebelum berlalu dari meja mereka.

"Tadi Nyonya, sekarang mba. Padahal umur dia kan jauh lebih tua dariku" Mutiara terus saja ngedumel tak karuan.

Gilang semakin senang, menertawakan istrinya dalam hati. Baru kali ini ia melihat bagaimana sikap Mutiara yang terkesan menggemaskan ketika dilanda rasa cemburu.

*Deg....

"Kok gue bisa bahagia sekali melihat gadis kecil itu merasa cemburu begitu?" Gilang membathin.

Gilsng merasa heran kenapa bisa begitu bahagia ketika mendapati Mutiara cemburu melihatnya tengah menggoda wanita lain. Tidak mungkin kan jika dirinya juga sudah jatuh hati kepada gadis kecil ini?

Gilang melirik Mutiara, mengamati gadis itu. Tidak mungkin! Ini pasti hanya sebatas keisengan hatinya. Ia hanya ingin membalas perbuatan Mutiara yang sudah lancang merengek kepada dirinya agar mau makan di restoran kecil.

Lagi-lagi Gilang menyembulkan senyuman manis di bibirnya, ketika ingat bagaimana istrinya merengek manja agar dirinya bersedia makan di restorant yang ada di pinggir jalan.

####

"Mas, apa bisa kita makan di restorant sederhana yang ada di tepi jalan?" cuit Mutiara dengan nada yang terkesan lembut dan hati-hati.

Gilang mengernyitkan kening, restorant sederhana? di tepi jalan?

"Tidak bisa!!" tegas Gilang. Mendengar kata tepi jalan saja ia sudah tidak berselera.

"Ayolah mas! Aku ingin sekali mengetahui bagaimana rasanya bisa menikmati makanan sambil melihat pemandangan jalanan kota metropolitan ini" bujuk Mutiara.

"Aku bilang tidak ya tidak!! Aku tidak terbiasa makan makanan di restoran kecil yang ada di pinggiran jalan!! kalau sampai ada kolega bisnisku yang melihat bagaimana?? bisa-bisa anjlok harga diriku sebagai CEO besar PT Groub Agung Dirgantara" Gilang tetap menolak.

"Ayo donk mas, please... Aku jamin dech kalau tidak akan ada orang yang tahu kalau mas itu CEO PT Groub Agung Dirgantara" Mutiara terus berusaha melakukan aksinya dalam membujuk suaminya. Berkali- kali ia mengedipkan kedua matanya seperti seorang bocah yang merengek pada orang tuanya.

"Mau ya mas...please..." Mutiara memelas. Dan Gilang tetap acuh dan fokus menyetir.

"Dasar pria angkuh dan sombong!! Papa Bayu aja tidak malu makan di emperan jalan!!" Mutiara menggerutu pelan, bibirnya sedikit maju ke depan.

*Ciiiiitttttttt

Gilang menghentikan mobilnya secara mendadak hingga membuat Mutiara terkejut. Untung saja memakai seatbelt kalau tidak bisa-bisa kepalanya benjol.

"Bilang apa kamu tadi??" Gilang menatap tajam ke arah Mutiara.

"Tidak ada!!" jawab Mutiara dengan nada kesal, ia seolah lupa tengah berhadapan dengan siapa.

"Gadiiisss keciii...llll" Gilang berusaha menahan amarahnya.

"Apa?!!" bentak Mutiara dengan suara yang lantang.

Mutiara menoleh, balik menatap suaminya hingga membuat Gilang merasa takjub karena gadis kecilnya sudah berani membentaknya.

Mutiara membulatkan mata, ia membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan.

"Ya Allah... apa yang sudah aku lakukan? aku yakin kali ini dia tidak akan mengampuniku" bathin Mutiara,

Mutiara ketakutan, apalagi Gilang masih bergeming. Gilang menatapnya dengan tajam. Seakan ia tengah mengincar mangsanya.

"Ma...ma..."

Mutiara kembali membeku sebelum bisa melanjutjan perkataannya. Lagi-lagi Gilang memberikan serangan yang mematikan. Gilang sudah melahap b****nya dengan rakus, bahkan tangannya pun tidak bisa diam. Ia terus bergerilya dengan seenaknya sendiri.

*Emmhhhh

Mutiara melenguh, merasakan ada sesuatu yang akan meledak dalam dirinya. Gilang menyadarinya, ia tersenyum licik. Merasa senang melihat Mutiara sudah terbawa oleh hawa panasnya. Kemudian ia pun melepas tautan b*b*r mereka.

"Itu hukuman karena kamu sudah berani membentakku" bisik Gilang, ia mengusap bibir basah Mutiara yang sudah membengkak karena perbuatannya.

Mutiara membuang wajahnya ke sembarang tempat, ia merasa malu karena sempat menikmati perlakuan Gilang.

"Baiklah kali ini aku akan mengabulkan keinginanmu, kita akan cari restorant sederhana yang ada di pinggir jalan" ucap Gilang kemudian.

Mata Mutiara berbinar, ia benar-benar merasa senang mendengar penuturan dari Gilang.

"Akhirnya apa yang aku impikan sejak kecil bisa terwujud" celotehnya dengan riang.

"Makasih ya mas...aku sudah ingin melakukan hal ini sejak lama, bahkan sejak aku memasuki bangku sekolah. Hanya saja itu mustahil karena kondisi ekonomi yang sulit" jujur Mutiara.

Hati Gilang tersentil, begitukah sulitnya kehidupan yang telah dijalani istrinya selama ini sehingga ingin makan di restorant kecil saja tidak bisa.

Apakah mungkin dirinya akan sanggup untuk mempermainkan keluguan seorang Mutiara. Ia memang membenci para wanita, tapi itu karena mereka yang matrealistis. Sedangkan Mutiara, gadis ini sangatlah berbeda. Dia sudah menjadi seorang istri dari CEO PT Groub Dirgantara, tapi tetap saja menunjukan adanya kesederhanaan dalam dirinya.

"Semoga kamu tetap seperti ini selamanya" ucap Gilang dalam hati.

Gilang melajukan mobilnya lagi, mencari restorant yang diinginkan oleh istrinya.

####

Akhirnya bisa selesai juga, maaf jika lama untuk masalah update.

Harap dimaklumin ya, Author lagi hamil jadi kadang moodnya bagus kadang juga jelek

jangan lupa vote dan tinggalkan kritik atau sarannya ya🙏🙏🙏😘😘😘

Terpopuler

Comments

Shautul Islah

Shautul Islah

agamanya ini yg bener apa thoor, sebelum nikah bilangnya altar, eee tau2 ijab qobul, kok bingung jadinya,

2020-10-29

3

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

sebenarnya gilang sm mutiara ini agamanya apa ya thor 🤔 td katanya nikahnya di altar tp pake penghulu bukan pendeta, terus mutiaranya bilang ya Allah. Bingung reader mah euy 🤦‍♀😇
Lanjut thor tetap semangat 💪💪💪

2020-08-08

6

Hermin Pongdatu

Hermin Pongdatu

critax bagus banget

2020-07-24

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG ( Revisi )
2 #PERNIKAHANBEDAUSIA_01 (Revisi)
3 #PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)
4 #PERNIKAHANBEDAUSIA_03 (Revisi)
5 #PERNIKAHANBEDAUSIA_04 (Revisi)
6 #PERNIKAHANBEDAUSIA_05 (Revisi )
7 #PERNIKAHANBEDAUSIA_06 (Revisi )
8 #PERNIKAHANBEDAUSIA_07 (Revisi )
9 #PERNIKAHANBEDAUSIA_08 ( Revisi )
10 #PERNIKAHANBEDAUSIA_09 (Revisi)
11 #PERNIKAHANBEDAUSIA_10 (Revisi)
12 #PERNIKAHANBEDAUSIA_11 (Revisi)
13 #PERNIKAHANBEDAUSIA_12 (Revisi)
14 #PERNIKAHANBEDAUSIA_13 ( REVISI )
15 #PERNIKAHANBEDAUSIA_14 (Revisi)
16 #PERNIKAHANBEDAUSIA_15 (Revisi)
17 #PERNIKAHANBEDAUSIA_16 (Revisi)
18 #PERNIKAHANBEDAUSIA_17 (Revisi)
19 #PERNIKAHANBEDAUSIA_18 (Revisi)
20 #PERNIKAHANBEDAUSIA_19 (Revisi)
21 #PERNIKAHANBEDAUSIA_20 (REVISI)
22 #PERNIKAHANBEDAUSIA_21 (Revisi)
23 #PERNIKAHANBEDAUSIA_22 (Revisi)
24 #PERNIKAHANBEDAUSIA_23 (Revisi)
25 #PERNIKAHANBEDAUSIA_24 (REVISI)
26 #PERNIKAHANBEDAUSIA_25 (REVISI)
27 #PERNIKAHANBEDAUSIA_26 (REVISI)
28 Pengumuman
29 Pengumuman
30 #PERNIKAHANBEDAUSIA_27 (REVISI)
31 #PERNIKAHANBEDAUSIA_28 (REVISI)
32 #PERNIKAHANBEDAUSIA_29 (REVISI)
33 #PERNIKAHANBEDAUSIA_30 (REVISI)
34 #PERNIKAHANBEDAUSIA_31 (REVISI)
35 #PERNIKAHANBEDAUSIA_32 (REVISI)
36 #PERNIKAHANBEDAUSIA_33 (REVISI)
37 #PERNIKAHANBEDAUSIA_34 (REVISI)
38 #PERNIKAHANBEDAUSIA_35 (Revisi)
39 #PERNIKAHANBEDAUSIA_36 (Revisi)
40 #PERNIKAHANBEDAUSIA_37 (REVISI)
41 #PERNIKAHANBEDAUSIA_38 (REVISI)
42 #PERNIKAHANBEDAUSIA_39 (REVISI)
43 #PERNIKAHANBEDAUSIA_40 (REVISI)
44 #PERNIKAHANBEDAUSIA_41 (REVISI)
45 #PERNIKAHANBEDAUSIA_42 (REVISI)
46 Visual
47 #PERNIKAHANBEDAUSIA_43 (Revisi)
48 Pengumuman
49 #PERNIKAHANBEDAUSIA_44
50 pengumumaman
51 #PERNIKAHANBEDAUSIA_45
52 #PERNIKAHANBEDAUSIA_46
53 #PERNIKAHANBEDAUSIA_47
54 #PERNIKAHANBEDAUSIA_48
55 #PERNIKAHANBEDAUSIA_49
56 #PERNIKAHANBEDAUSIA_50
57 #PERNIKAHANBEDAUSIA_51
58 #PERNIKAHANBEDAUSIA_52
59 #PERNIKAHANBEDAUSIA_53
60 #PERNIKAHANBEDAUSIA_54
61 #PERNIKAHANBEDAUSIA_55
62 #PERNIKAHANBEDAUSIA_56
63 #PERNIKAHANBEDAUSIA_57
64 #PERNIKAHANBEDAUSIA_58
65 #PERNIKAHANBEDAUSIA_59
66 #PERNIKAHANBEDAUSIA_60
67 #PERNIKAHANBEDAUSIA_61
68 #PERNIKAHANBEDAUSIA_62
69 #PERNIKAHANBEDAUSIA_63
70 #PERNIKAHANBEDAUSIA_64
71 #PERNIKAHANBEDAUSIA_65
72 #PERNIKAHANBEDAUSIA_66
73 #PERNIKAHANBEDAUSIA_67
74 #PERNIKAHANBEDAUSIA_68
75 #PERNIKAHANBEDAUSIA_69
76 #PERNIKAHANBEDAUSIA_70
77 #PERNIKAHANBEDAUSIA_71
78 Pengumuman
79 #PERNIKAHANBEDAUSIA_72
80 #PERNIKAHANBEDAUSIA_73
81 PERNIKAHANBEDAUSIA_74
82 PERNIKAHANBEDAUSIA_75
83 PERNIKAHANBEDAUSIA_76
84 PERNIKAHANBEDAUSIA_77
85 #PERNIKAHANBEDAUSIA_78
86 #PERNIKAHANBEDAUSIA_79
87 PERNIKAHANBEDAUSIA_80
88 PERNIKAHANBEDAUSIA_81
89 PERNIKAHANBEDAUSIA_82
90 PERNIKAHANBEDAUSIA_83
91 PERNIKAHANBEDAUSIA_84
92 PERNIKAHANBEDAUSIA_85
93 #PERNIKAHANBEDAUSIA_86
94 #PERNIKAHANBEDAUSIA_87
95 #PERNIKAHANBEDAUSIA_88
96 #PERNIKAHANBEDAUSIA_89
97 #PERNIKAHANBEDAUSIA_90
98 #PERNIKAHANBEDAUSIA_91
99 #PERNIKAHANBEDAUSIA_92
100 #PERNIKAHANBEDAUSIA_93
101 #PERNIKAHANBEDAUSIA_94
102 #PERNIKAHANBEDAUSIA_95
103 #PERNIKAHANBEDAUSIA_96
104 #PERNIKAHANBEDAUSIA_97
105 #PERNIKAHANBEDAUSIA_98
106 Pengumuman
107 #PERNIKAHANBEDAUSIA_99
108 #PERNIKAHANBEDAUSIA_100
109 #PERNIKAHANBEDAUSIA_101
110 #PERNIKAHANBEDAUSIA_102
111 #PERNIKAHANBEDAUSIA_103
112 #PERNIKAHANBEDAUSIA_104
113 #PERNIKAHANBEDAUSIA_105
114 #PERNIKAHANBEDAUSIA_106
115 #PERNIKAHANBEDAUSIA_107
116 #PERNIKAHANBEDAUSIA_108
117 #PERNIKAHANBEDAUSIA_109
118 #PERNIKAHANBEDAUSIA_110
119 #PERNIKAHANBEDAUSIA_111
120 #PERNIKAHANBEDAUSIA_112
121 #PERNIKAHANBEDAUSIA_113
122 #PERNIKAHANBEDAUSIA_114
123 #PERNIKAHANBEDAUSIA_115
Episodes

Updated 123 Episodes

1
PROLOG ( Revisi )
2
#PERNIKAHANBEDAUSIA_01 (Revisi)
3
#PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)
4
#PERNIKAHANBEDAUSIA_03 (Revisi)
5
#PERNIKAHANBEDAUSIA_04 (Revisi)
6
#PERNIKAHANBEDAUSIA_05 (Revisi )
7
#PERNIKAHANBEDAUSIA_06 (Revisi )
8
#PERNIKAHANBEDAUSIA_07 (Revisi )
9
#PERNIKAHANBEDAUSIA_08 ( Revisi )
10
#PERNIKAHANBEDAUSIA_09 (Revisi)
11
#PERNIKAHANBEDAUSIA_10 (Revisi)
12
#PERNIKAHANBEDAUSIA_11 (Revisi)
13
#PERNIKAHANBEDAUSIA_12 (Revisi)
14
#PERNIKAHANBEDAUSIA_13 ( REVISI )
15
#PERNIKAHANBEDAUSIA_14 (Revisi)
16
#PERNIKAHANBEDAUSIA_15 (Revisi)
17
#PERNIKAHANBEDAUSIA_16 (Revisi)
18
#PERNIKAHANBEDAUSIA_17 (Revisi)
19
#PERNIKAHANBEDAUSIA_18 (Revisi)
20
#PERNIKAHANBEDAUSIA_19 (Revisi)
21
#PERNIKAHANBEDAUSIA_20 (REVISI)
22
#PERNIKAHANBEDAUSIA_21 (Revisi)
23
#PERNIKAHANBEDAUSIA_22 (Revisi)
24
#PERNIKAHANBEDAUSIA_23 (Revisi)
25
#PERNIKAHANBEDAUSIA_24 (REVISI)
26
#PERNIKAHANBEDAUSIA_25 (REVISI)
27
#PERNIKAHANBEDAUSIA_26 (REVISI)
28
Pengumuman
29
Pengumuman
30
#PERNIKAHANBEDAUSIA_27 (REVISI)
31
#PERNIKAHANBEDAUSIA_28 (REVISI)
32
#PERNIKAHANBEDAUSIA_29 (REVISI)
33
#PERNIKAHANBEDAUSIA_30 (REVISI)
34
#PERNIKAHANBEDAUSIA_31 (REVISI)
35
#PERNIKAHANBEDAUSIA_32 (REVISI)
36
#PERNIKAHANBEDAUSIA_33 (REVISI)
37
#PERNIKAHANBEDAUSIA_34 (REVISI)
38
#PERNIKAHANBEDAUSIA_35 (Revisi)
39
#PERNIKAHANBEDAUSIA_36 (Revisi)
40
#PERNIKAHANBEDAUSIA_37 (REVISI)
41
#PERNIKAHANBEDAUSIA_38 (REVISI)
42
#PERNIKAHANBEDAUSIA_39 (REVISI)
43
#PERNIKAHANBEDAUSIA_40 (REVISI)
44
#PERNIKAHANBEDAUSIA_41 (REVISI)
45
#PERNIKAHANBEDAUSIA_42 (REVISI)
46
Visual
47
#PERNIKAHANBEDAUSIA_43 (Revisi)
48
Pengumuman
49
#PERNIKAHANBEDAUSIA_44
50
pengumumaman
51
#PERNIKAHANBEDAUSIA_45
52
#PERNIKAHANBEDAUSIA_46
53
#PERNIKAHANBEDAUSIA_47
54
#PERNIKAHANBEDAUSIA_48
55
#PERNIKAHANBEDAUSIA_49
56
#PERNIKAHANBEDAUSIA_50
57
#PERNIKAHANBEDAUSIA_51
58
#PERNIKAHANBEDAUSIA_52
59
#PERNIKAHANBEDAUSIA_53
60
#PERNIKAHANBEDAUSIA_54
61
#PERNIKAHANBEDAUSIA_55
62
#PERNIKAHANBEDAUSIA_56
63
#PERNIKAHANBEDAUSIA_57
64
#PERNIKAHANBEDAUSIA_58
65
#PERNIKAHANBEDAUSIA_59
66
#PERNIKAHANBEDAUSIA_60
67
#PERNIKAHANBEDAUSIA_61
68
#PERNIKAHANBEDAUSIA_62
69
#PERNIKAHANBEDAUSIA_63
70
#PERNIKAHANBEDAUSIA_64
71
#PERNIKAHANBEDAUSIA_65
72
#PERNIKAHANBEDAUSIA_66
73
#PERNIKAHANBEDAUSIA_67
74
#PERNIKAHANBEDAUSIA_68
75
#PERNIKAHANBEDAUSIA_69
76
#PERNIKAHANBEDAUSIA_70
77
#PERNIKAHANBEDAUSIA_71
78
Pengumuman
79
#PERNIKAHANBEDAUSIA_72
80
#PERNIKAHANBEDAUSIA_73
81
PERNIKAHANBEDAUSIA_74
82
PERNIKAHANBEDAUSIA_75
83
PERNIKAHANBEDAUSIA_76
84
PERNIKAHANBEDAUSIA_77
85
#PERNIKAHANBEDAUSIA_78
86
#PERNIKAHANBEDAUSIA_79
87
PERNIKAHANBEDAUSIA_80
88
PERNIKAHANBEDAUSIA_81
89
PERNIKAHANBEDAUSIA_82
90
PERNIKAHANBEDAUSIA_83
91
PERNIKAHANBEDAUSIA_84
92
PERNIKAHANBEDAUSIA_85
93
#PERNIKAHANBEDAUSIA_86
94
#PERNIKAHANBEDAUSIA_87
95
#PERNIKAHANBEDAUSIA_88
96
#PERNIKAHANBEDAUSIA_89
97
#PERNIKAHANBEDAUSIA_90
98
#PERNIKAHANBEDAUSIA_91
99
#PERNIKAHANBEDAUSIA_92
100
#PERNIKAHANBEDAUSIA_93
101
#PERNIKAHANBEDAUSIA_94
102
#PERNIKAHANBEDAUSIA_95
103
#PERNIKAHANBEDAUSIA_96
104
#PERNIKAHANBEDAUSIA_97
105
#PERNIKAHANBEDAUSIA_98
106
Pengumuman
107
#PERNIKAHANBEDAUSIA_99
108
#PERNIKAHANBEDAUSIA_100
109
#PERNIKAHANBEDAUSIA_101
110
#PERNIKAHANBEDAUSIA_102
111
#PERNIKAHANBEDAUSIA_103
112
#PERNIKAHANBEDAUSIA_104
113
#PERNIKAHANBEDAUSIA_105
114
#PERNIKAHANBEDAUSIA_106
115
#PERNIKAHANBEDAUSIA_107
116
#PERNIKAHANBEDAUSIA_108
117
#PERNIKAHANBEDAUSIA_109
118
#PERNIKAHANBEDAUSIA_110
119
#PERNIKAHANBEDAUSIA_111
120
#PERNIKAHANBEDAUSIA_112
121
#PERNIKAHANBEDAUSIA_113
122
#PERNIKAHANBEDAUSIA_114
123
#PERNIKAHANBEDAUSIA_115

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!