Sekali lagi Mutiara menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya lagi lewat mulut. Semuanya pasti akan baik-baik saja, tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Mutiara terus berusaha memberikan sebuah keyakinan pada dirinya sendiri.
Dengan langkah kaki yang sedikit gontai, Mutiara memasuki rumah sakit Medika Putra. Pertama kali yang ia rasakan saat ini adalah bau khas dari rumah sakit itu sendiri yang menyeruak masuk hingga menusuk hidung.
Mutiara melangkahkan kaki menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan sebuah ruangan yang dimaksud oleh seseorang yang telah memberinya kabar mengenai musibah yang terjadi pada sang ayah.
Dan disinilah pada akhirnya Mutiara menghentikan langkah dan berdiri mematung menatap sebuah ruangan yang tertutup dengan rapat, bertuliskan Ruangan Operasi dengan lampu merah yang masih menyala.
"Mutiara" panggil seseorang.
Mutiara segera menoleh ke arah sumber suara yang telah memanggil namanya. Terlihat sosok laki-laki paruh baya dengan penampilan yang kusut tak berbentuk. Pakaiannya saja terlihat dipenuhi oleh warna darah, wajahnya begitu pucat dan lesu seolah mengisyaratkan adanya sebuah rasa kekhawatiran yang cukup besar. Mutiara langsung menghampiri pria paruh baya tersebut.
"Tuan besar, apa yang sudah terjad?? kenapa ayah bisa masuk rumah sakit seperti ini??" tanya Mutiara pada pria tersebut yang tak lain adalah majikan ayahnya sendiri.
"Maafkan saya Mutiara, ayahmu bisa seperti ini karena berusaha melindungi saya dari serangan perampok" majikan ayah Mutiara memberikan penjelasannya.
"Perampok??" Mutiara kaget.
"Iya, saat dalam perjalanan pulang tiba-tiba ada segerombolan perampok yang menghadang mobil kami, mereka menginginkan berkas-berkas penting milik perusahaan. Tapi saya bersikukuh menolak memberikannya hingga terjadi perkelahian, ayahmu berusaha membantu saya... perampok itu mengeluarkan senjata api dan berusaha menembak saya, akan tetapi ayahmu menghalanginya hingga dia yang tertembak" lanjut majikan ayah Mutiara yang memberikan penjelasan secara detail.
"Maafkan saya Mutiara, saya tahu ini adalah kesalahan saya!! kalau saja saya bersedia memberikan apa yang diminta oleh mereka mungkin ayahmu tidak akan mengalami ini semua" tambahnya lagi.
"Ini musibah tuan, jadi bukan kesalahan tuan" ujar Mutiara kemudian.
Mutiara kembali melirik ke arah pintu ruang operasi, lampu merah masih menyala. Kenapa begitu lama tindakan operasinya?? tiba-tiba jantung Mutiara berdebar sangat kencang. Entah kenapa terselip rasa takut yang amat dalam. Mutiara takut jika ayah tidak bisa diselamatkan. Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, hanya ayahnya saja yang ia miliki saat ini.
Sedangkan wanita yang sudah melahirkan Mutiara, pergi entah kemana demi mencapai kesenangannya sendiri.
Lampu ruang operasi telah berganti warna menjadi hijau, tak lama seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana dok dengan keadaan ayah saya??" tanya Mutiara menghampiri dokter.
"Kami sudah berusaha dengan sebaik-mungkin, bahkan peluru yang menyarang di dada pasien berhasil kami keluarkan. Tapi maaf... kami masih tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien" tutur dokter tersebut.
Mendengar hal itu, jantung Mutiara terasa seakan berhenti berdetak. Dunia ini seolah runtuh tanpa sisa. Apa yang ia takutkan benar terjadi, ayahnya meninggalkan Mutiara seorang diri.
Ini sungguh tidak adil. Kenapa orang-orang yang aku sayangi harus pergi meninggalkan diriku?? Pertama ibu, karena tidak bisa hidup serba kekurangan dia memutuskan untuk pergi meninggalkan anak serta suaminya. Dia lebih memilih hidup bersama dengan laki-laki yang lebih kaya dan mampu memenuhi semua ambisinya. Dan sekarang.... ayah juga pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Bathin Mutiara.
"Ayaahhhh..." teriak Mutiara yang kemudian jatuh tersungkur sambil menangis dengan histeris.
Majikan ayah Mutiara pun ikut menangis, ia mengepalkan tangannya kemudian meninjukannya secara berulang-ulang ke tembok hingga mengeluarkan banyak darah. Beruntung keluarganya segera datang. Mereka menghentikan tindakan bodoh dari lelaki paruh baya tersebut.
"Apa yang sudah terjadi?? lalu bagaimana dengan keadaan pak Surya??" tanya seorang wanita paruh baya.
Merasa tidak ada jawaban dari kami, wanita itu langsung bertanya pada dokter. Ia pun ikut duduk tersungkur seketika setelah mendengar jawaban yang diterimanya dari dokter.
Wanita paruh baya tersebut melihat Mutiara yang menangis sesunggukan. Ia berdiri dan menghampiri Mutiara.
"Mutiara, kamu harus kuat ya nak!!" lirihnya.
"Mungkin Allah lebih menyanyangi ayahmu sehingga dia dipanggil lebih cepat" tambahnya lagi.
Mutiara menggelengkan kepala, rasanya berat untuk mengikhlaskan kepergian sang ayah. Wanita itu meraih tubuh Mutiara ke dalam pelukannya, ia tahu bahwa saat ini Mutiara sedang rapuh.
*Aku tahu setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Mereka dilahirkan ke dunia ini hanya untuk kembali kepada-Nya.
Namun apakah aku salah jika berharap untuk bisa hidup lebih lama lagi bersamanya?? Belum pernah sekalipun aku membalas akan semua pengorbanan yang sudah dilakukannya.... merawatku... membimbingku dan selalu mengajarkan tentang kehidupan yang baik di alam semesta ini* Mutiara
🍁🍁🍁🍁
Mutiara menatap nanar ke arah sosok tubuh dari pria paruh baya yang sudah terbujur kaku. Wajahnya terlihat pucat tapi sangat teduh dan damai seakan memancarkan adanya sebuah kebahagiaan yang tidak terkira. Ada senyuman yang mengembang dibibirnya telah menjadi bukti nyata jika dia memang tidak menyesal atas panggilan dari Sang Maha Kuasa.
Mutiara mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. Ia berusaha untuk ikhlas saat ini, ayahnya sudah pergi dengan tenang. Ia tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Mutiara yakin bahwa ayahnya melihat dirinya dari atas sana. Ia tidak ingin membuat sang ayah terus mengkhawatirkan keberadaan dirinya.
Aku ikhlas melepas kepergianmu ayah semoga kau bisa tenang dan bahagia
Aku hanya bisa memanjatkan doa semoga Allah bisa menerima semua kebaikan yang pernah kau lakukan selama hidup di dunia ini, Dan memberikanmu sebuah tempat yang terbaik di sisi-Nya
Kumohon doakan anakmu ini, agar bisa bertahan hidup dan melawan kejamnya dunia
Aku berjanji akan selalu berjalan di atas jalan yang benar, mengingat setiap pelajaran yang pernah kau ajarkan.
Berjuang tanpa mengenal lelah
Aku akan terus mengejar semua mimpi dan cita-citaku
Aku pasti akan menjadi seorang dokter yang sukses di masa yang akan datang
Itu adalah janji anakmu ayah
(Mutiara)
Pemakaman ayahnya telah usai, semua tamu yang datang untuk melayat pun sudah pulang. Kini tinggal lah Mutiara seorang diri, ia duduk termenung di dalam kamar milik ayahnya. Sunyi dan Hampa itu yang dirasakan oleh Mutiara.
Sekilas tampak bayangan dari sang ayah dengan wajah serta senyuman yang begitu menyejukan hati datang melintas di benaknya. Mutiara sudah merasakan adanya sebuah kerinduan yang begitu besar pada ayahnya.
Tok.... Tok.... Tok....
"Mutiara, apakah saya boleh masuk??" tanya wanita paruh baya yang selalu menemani dirinya sejak dari rumah sakit hingga prosesi pemakaman.
"Nyonya besar, silakan masuk!! Maaf saya tidak menyadari jika Nyonya besar masih berada disini" ujar Mutiara.
Wanita paruh baya itu tak lain adalah istri dari majikan ayahnya, seorang pengusaha sukses pemilik dari perusahaan besar PT. Groub Agung Dirgantara, Meisya Ayu Kartika.
Ayah Mutiara memang sudah mengabdikan diri pada keluarga tersebut selama 20 tahun lebih, sebagai seorang sopir pribadi. Selain pekerja keras, dia juga seorang yang memiliki kejujuran serta kesetiaan yang tinggi. Keluarga Dirgantara sangat senang dengan hal, tak mudah mencari sosok orang seperti ayah Mutiara. Untuk mengapreasi kinerjanya yang sangat bagus, pak Dirgantara menjadikan ayah Mutiara sebagai salah satu orang kepercayaannya.
"Mutiara, saya dan suami sudah berencana akan membawa dirimu untuk tinggal bersama dengan kami" ujar bu Meisya dengan sangat hati-hati.
"Kami tidak bisa meninggalkan dirimu seorang diri disini, ayahmu sudah menyelamatkan suami saya. Mulai sekarang kamu adalah tanggung jawab kami, jadi ikutlah pulang bersama dengan kami" lanjut ibu Meisya.
Mutiara terdiam beberapa saat, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ada banyak kenangan di dalam rumah ini, baik suka maupun duka. Mungkinkah ia bisa jauh dari semua ini??
Namun apa yang dikatakan oleh istri majikan ayahnya benar, dia seorang diri sekarang. Sudah tidak ada satupun keluarga yang ia miliki di dunia ini. Nyali Mutiara mendadak ciut, ia sadar bahwa ia tidak bisa hidup sendirian. Ia takut dengan kegelapan jika di malam hari tiba-tiba mati lampu ataupun hujan badai dengan suara petir yang bersautan.
"Bagaimana Mutiara??"
"Iya Nyonya, aku bersedia ikut untuk tinggal bersama kalian" jawab Mutiara.
Wanita itu tersenyum lega, ia membawa tubuh mungil Mutiara ke dalam dekapannya.
Hangat....
Mutiara bisa merasakan adanya kehangatan tersendiri, tak pernah sekalipun dirinya menemukan sebuah kenyamanan yang seperti ini. Jujur saja ia sangat merindukan hadirnya sosok seorang ibu sekarang.
**Maaf apabila masih ada banyak typo bertebaran dimana-mana
Jangan lupa untuk follow, like dan koment ya biar tambah jadi semagat untuk nulisnya**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
anisah_isa
iya allah ikut ke bawa perasaan sampai ikutan nangis... 😭😭😭😭
2023-05-25
0
Har Tini
baru baca sdh banyak bawang😢😢😢
2021-10-20
0
Ati Awal
lanjut 😭😭😭😭
2021-07-14
0