#PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)

Mutiara POv

Ayah memang orang terhebat dalam hidupku, aku selalu menganggapnya sebagai panutan hidup. Setiap kata yang terucap dari mulutnya, adalah perintah bagiku. Tak pernah sekalipun aku berani melawan ataupun membantahnya, karena aku tahu apapun yang dilakukan ayah adalah demi kebaikan diriku.

Akan tetapi saat ini ayah sudah tiada, ia meninggalkan aku sendiri tanpa siapa-siapa. Aku tidak tahu bagaimana nasib akan membawa langkah kakiku. Dunia memang kejam, membiarkan seorang gadis remaja sepertiku kehilangan cahaya hidup.

Meskipun keluarga Dirgantara tidak pernah meninggalkan diriku sendiri, tapi tetap saja aku adalah orang asing bagi mereka. Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Pencipta untuk memberikan secercah harapan menuju jalan bahagia, walaupun itu sangat kecil

Kediaman Dirgantara

*Deg

Jantungku berdegub kencang saat mobil yang aku tumpangi melaju masuk melewati pintu gerbang yang menjulang tinggi ke atas yang disambut oleh beberapa security. Ini bukan pertama kalinya aku datang ke dalam rumah yang seperti istana milik dari keluarga besar Dirgantara, bahkan aku sering menghabiskan masa luangku hanya sekedar untuk membantu pekerjaan yang ada di rumah ini. Tapi kali ini kedatanganku untuk suatu hal yang sangat berbeda, aku akan tinggal bersama mereka entah sampai kapan itu?? Dan mungkin bisa untuk selamanya sampai akhir nafasku yang terakhir.

"Mutiara, kita sudah sampai nak. Ayo kita turun" ajak ibu Meisya, istri dari majikan ayah, Bayu Ahmad Dirgantara.

Aku mengangguk ragu, hatiku dilanda rasa takut yang hebat. Apa nanti tanggapan dari orang-orang yang tinggal di dalam rumah ini?? Mereka pasti akan mencemooh habis-habisan akan maksud dari kedatanganku.

"Mutiara, kamu tidak perlu cemas nak!! semua pasti akan baik-baik saja" ujar Tuan Besar berusaha menyakinkan hatiku.

"Aku hanya takut mereka tidak akan menyukai kehadiranku, tuan" lirihku

"Yakinlah mereka akan tetap bersikap sama padamu, meskipun situasi akan segera berubah" timpal Nyonya besar.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang, berharap apa yang dikatakan oleh Nyonya besar adalah benar. Mereka akan tetap bersikap sama padaku meskipun semua akan berubah nantinya.

"Ayo masuk" ajak Nyonya besar.

Aku melangkahkan kaki dengan berat hati, tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Ini sudah menjadi keputusan yang aku ambil sebelumnya, tidak ada jalan untuk kembali lagi.

"Papi... mami"

Seorang gadis seumuran denganku muncul memberikan sambutan yang sangat hangat kepada Tuan dan Nyonya besar.

"Mutiara... Elo??" cuitnya saat melihat diriku datang membawa koper.

"Iya sayang, mulai sekarang Mutiara akan tinggal bersama kita. Kamu tahukan dia sekarang hanyalah sebatang kara??" timpal tuan besar.

"Gue turut berduka cita ya, Mutiara. Maaf nggak bisa ikut datang ke pemakaman pak Surya, gue lagi nggak enak badan soalnya" cicit gadis itu.

"Iya nggak apa-apa kok, Non. Saya bisa mengerti dan semoga non Elvina bisa lekas

sembuh" jawabku.

Elvina Ayu Dirgantara, dia merupakan putri bungsu dan satu-satunya di keluarga Dirgantara. Dia memang seumuran denganku, bahkan kami satu kelas di SMU Dirgantara. Elvina merupakan gadis periang dan lincah, dia mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan status sosialnya.

"Ayo masuk ke dalam, gue seneng kalau elo mau tinggal disini!! gue jadi punya temen buat melakukan segala hal" cicitnya lagi

"Makasih ya non" ucapku

"Jangan panggil Non lagi!! kitakan sahabat" protes Elvina.

"Iya non... eh... maaf... Elvina" lirihku lagi.

Terlihat Tuan dan Nyonya besar tersenyum, aku sedikit lega. Hanya saja jantungku masih terpacu dengan hebat, membayangkan bagaiman reaksi dari semua orang saat mengetahui tentang keinginan dari majikan ayahnya.

"Mami, bolehkah aku tidur sekamar dengan Mutiara??" tanya Elvina kemudian.

"Pasti boleh dong sayang" jawab nyonya besar.

"Makasih banyak mamiku sayang... Ayo Mutiara kita ke kamarku" Elvina menarikku untuk pergi ke dalam kamarnya.

*

*

Dalam persimpangan menuju kamar Elvina yang berada di lantai 2, tepatnya setelah menaiki tangga. Kami bertemu dengan sosok pria muda. Usianya lebih tua dari aku maupun Elvina, dia adalah putra sulung dari keluarga Dirgantara. Sikapnya tampak acuh dan cuek, dia bahkan sama sekali tidak melirik ataupun melihat kedatangan orang lain. Bisa dibilang sangat dingin.

"Kak" panggil Elvina

"Hmm"

"Mau kemana??" tanya Elvina lagi

"Mau ke kantorlah, emang mau kemana lagi" jawabnya dengan datar masih terlihat fokus dengan ponselnya.

"Oh... kalau begitu selamat bekerja"

"Hmmm"

Pria itu akhirnya menoleh melihat ke arah adiknya kemudian aku. Cukup lama dan

Deg

Jantungku berdetag dengan cepat, tatapan itu seolah mengandung arti yang sulit untuk diartikan. Sangat tajam dan mengandung sebuah kebencian yang begitu besar. Aku sedikit takut kemudian memilih untuk menundukan kepala saja.

"Dia sahabatku, jangan begitu lihatnya!! nggak kasihan sama anaknya sampai menunduk karena takut" protes Elvina

"Ayo Mutiara, jangan hiraukan dia!! memang seperti itulah kak Gilang, dingin kanyak es batu" celetuk Elvina menarikku pergi menjauh dari sang kakak.

Pria itu tak lain adalah Alvian Gilang Pratama, putra sulung dari keluarga Dirgantara. Aku sudah sering melihatnya sejak 1 tahun terakhir ini, tapi belum pernah sekalipun bertegur sapa ataupun bertatap muka dengannya.

Mungkin karena dia memiliki sifat yang berbeda dengan yang lain, lebih pendiam dan dingin. Ia terlihat sangat cuek dengan lingkungan sekitar, sehingga banyak orang merasa segan dan enggan untuk mengajaknya bicara.

🔹

🍁

🔹

Gilang merupakan sosok pria yang memiliki sifat jauh berbeda dari anggota keluarga Dirgantara lainnya, sikapnya terlihat lebih dingin, ketus dan angkuh. Dia sering mendapat julukan sebagai CEO yang arogant. Banyak orang merasa segan terhadap dirinya.

Dulunya Gilang tidak seperti ini. Dia adalah cowok yang berhati baik dan tulus terutama pada kaum wanita.

Akan tetapi setelah ia pergi ke Amerika untuk melanjukan kuliah disana, sikap Gilang berubah drastis. Ia menjadi benci kepada kaum hawa. Menurut Gilang, wanita di dunia ini sama saja. Mereka semua gila akan uang dan harta benda. Dan semua itu bisa terjadi karena ia pernah disakiti oleh seorang gadis.

Dulu saat di Amerika, Gilang pernah jatuh hati pada seorang gadis kecil yang usianya sama seperti adiknya, Elvina. Gadis itu sangat cantik dan energik. Mereka menjalin hubungan selama tiga tahun disana, Gilang sangat mencintai kekasihnya hingga rela melakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Namun tetap saja itu tidak bisa membuat hubungan mereka menjadi langgeng, Gilang terpaksa memutuskan gadis tersebut karena sudah berbuat serong dengan pria lain. Hati Gilang benar-benar sakit dan sejak itulah dia selalu menutup hatinya untuk semua wanita. Bagi Gilang sekarang wanita hanya sekedar teman untuk bermain-main dan pemuas hasrat disaat sedang menginginkannya. Dan menurutnya itu merupakan hal yang biasa bagi pria manapun.

Tapi tidak untuk kedua orang tua Gilang, mereka sudah mendengar bagaimana perilaku hidup bebas putra mereka selama tinggal di Amerika. Tentu saja ada rasa kecewa yang cukup besar sehingga setelah Gilang berhasil menyelesaikan S2 MBA di Columbia University, mereka meminta Gilang untuk segera kembali ke Indonesia dan terjun langsung memegang bisnis keluarga.

Gilang pribadi sich tidak keberatan sama sekali, toh Indonesia maupun Amerika tetap sama. Ia bisa hidup sesuai keinginannya. Tidak seorang pun yang bisa mengatur dan memrintahnya. Termasuk kedua orang-tuanya sendiri. Prinsip Gilang hanya satu, hidup dengan caranya sendiri dan tidak menyusahkan orang lain.

Dan seperti yang menjadi keinginan mereka, sekarang Gilang sudah kembali ke Indonesia dan terjun langsung untuk membantu memegang kendali bisnis keluarga. Semua berjalan dengan baik, bahkan perusahaan yang dipegang olehnya berkembang dengan pesat. Karena hal itu pula pak Bayu merasa sangat senang dan bangga terhadap prestasi yang dimiliki putra sulungnya.

Hanya saja ada satu permasalahan yang selalu mengganggu pikiran Gilang yaitu keinginan dari mamanya. Ibu Meisya ingin mencarikan seorang gadis untuk dijodohkan dengan Gilang.

Menikah...??

Gilang bahkan tidak bisa percaya dengan makhluk yang namanya wanita. Apakah mungkin ia bisa memenuhi keinginan mamanya? Apakah di dunia ini masih ada wanita yang berhati baik seperti mamanya??Entahlah... Gilang sendiri tidak yakin bisa melakukan semua ini atau tidak.

Apalagi setelah ia bertemu kembali dengan gadis itu, hati Gilang semakin terasa sesak dan sakit. Ia menatap gadis itu dengan sorot penuh kebencian.

Dan Gadis itu hanya berdiri mematung serta diam membisu seolah menahan rasa takut yang berlebih. Wajar saja dia takut, kesalahan yang dia lakukan sangat fatal dan Gilang sudah bersumpah untuk tidak memaafkan dia.

"Dia sahabatku, jangan begitu lihatnya!! nggak kasihan sama anaknya sampai menunduk karena takut" protes Elvina saat mengetahui gue tengah memberikan tatapan intimidasi terhadap gadis itu.

"Ayo Mutiara, jangan hiraukan dia! memang seperti itulah kak Gilang, dingin kanyak es batu" celetuk Elvina menarik tangannya untuk pergi meninggalkan gue dalam keterpakuan.

Mutiara?? sejak kapan dia dipanggil dengan nama Mutiara?? Apakah dia sengaja mengganti namanya untuk menghilangkan aura negative yang sudah melekat dalam dirinya agar bisa menggaet dan menipu laki-laki tajir lainnya???

"Ck...dasar gadis jal***, bisa-bisanya berbuat rendah semacam ini dalam mencari seekor mangsa!! gue nggak akan tinggal diam jika elo mau bermain-main dengan keluarga ini" bathin Gilang.

Gilang mengepalkan kedua tangan hingga salah satunya meremas habis ponsel yang ia pegang saat ini.

🔹

🍁

🔹

"Gilang, kamu mau kemana??" tanya bu Meisya pada putra sulungnya.

"Aku harus segera pergi ke kantor Mi, emangnya ada apa??" jawab Gilang

"Mami mau bicara denganmu sebentar, ini sangat penting" ujar bu Meisya.

Gilang mengernyitkan dahinya, ia yakin pasti tidak jauh dari masalah tentang calon pendamping. Dasar maminya... tidak pernah merasa jengah ataupun lelah sedikitpun dalam mencari jodoh untuk dirinya.

"Bicara masalah apalagi sich... Mi?? jangan bilang soal pendamping hidup lagi??" celetuk Gilang

Bu Meisya senyum-senyum sendiri, apa yang dikatakan oleh putranya memang benar. Tapi bedanya kali ini dia sudah menemukan calon yang pas banget untuk Gilang.

"Memang benar sich ini soal pendamping hidup kamu, tapi kali ini mami sudah ada calonnya" ujar bu Meisya.

"Maksud mami??" Gilang memicingkan kedua alis matanya.

"Makanya kamu duduk dulu!! biar enak buat ngomonginnya" ajak bu Meisya penuh semangat.

Gilang hanya bisa mendengus kasar, mau tak mau ia menuruti kemauan dari Maminya.

"Gilang, papi sama mami sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan putri dari alm. pak Surya sopir pribadi keluarga kita" bu Meisya mulai berbicara serius.

"Apa Mi??" Gilang terkejut.

"Gilang, pak Surya meninggal dunia itu karena menyelamatkan nyawa papi kamu. Sekarang putrinya hidup sebatang kara, papi kamu berniat membalas budi kepada almarhum. Itu sebabnya kami ingin kamu menikahi putri almarhum supaya kita bisa selalu menjaga dan melindungi gadis itu" jelas bu Meisya.

"Ini benar-benar sudah tidak masuk akal Mi. Balas budi itu boleh saja, tapi bukan berarti aku harus menikah dengan gadis yang sama sekali belum pernah aku temui" protes Gilang.

"Kita bisa memberikan gadis itu tempat tinggal, pendidikan yang layak serta mencukupi semua kebutuhannya dan aku rasa itu lebih dari cukup tanpa perlu harus menikah dengannya" lanjut Gilang

Bu Meisya terdiam, ia menatap putranya dengan perasaan kecewa. Entah apa yang sudah mengubah putranya menjadi pria angkuh dan sombong seperti ini. Apakah kehidupan bebas di Amerika sudah mematikan naluri putranya.

"Kamu benar Gilang, kita bisa melakukan itu semua untuknya tapi apakah kamu bisa memastikan jika setelah itu dia akan menemukan kehidupan yang lebih baik, calon pendamping yang baik dan masa depan yang baik. Apakah kamu bisa memastikan itu semua?" tanya bu Meisya membuat Gilang hanya bisa diam mematung.

Alm. pak Surya memang sudah berjasa besar dalam kehidupan keluarga Dirgantara. Semua pengabdian dan kesetiaan yang pernah diberikan oleh almarhum memang tidak bisa dibalas dengan uang ataupun harta, Gilang sangat menyadari hal itu. Tapi... apakah ia harus menikahi gadis itu?? ia hanya tidak ingin menjalin hubungan serius dengan wanita manapun.

"Mami tidak mau tahu. Kamu harus tetap menikah dengan Mutiara, anak dari alm. pak Surya!!" tegas bu Meisya, ia meninggalkan putranya seorang diri.

Lagi-lagi Gilang dibuat syok saat mendengar nama Mutiara disebutkan oleh maminya.

Gadis itu tidak mungkin anak dari Almarhum pak Surya?? Mana mungkin anak seorang sopir bisa melanjutkan sekolah di Trinity School Amerika Serikat?? ini pasti salah, siapakah Mutiara yang sebenarnya.

Gilang ingin mencari tahu tentang hal tersebut, ia tidak mau sampai mengambil langkah yang salah.

Gilang beranjak dari kursinya, ia pergi meninggalkan rumah dengan perasaan yang kalut dan kacau.

jangan lupa untuk follow, like and koment

biar bisa follback kembali🙏🙏🙏😘😘😘

Terpopuler

Comments

Yuliana Pila

Yuliana Pila

anak mamah nya mutiara dg suami yg lain ya thor

2020-08-06

8

Nining Satriani Madjid

Nining Satriani Madjid

mungkin mutiara punya kembaran yaa?

2020-07-21

9

Eti Guslidar

Eti Guslidar

mutiara kembar..

2020-07-18

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG ( Revisi )
2 #PERNIKAHANBEDAUSIA_01 (Revisi)
3 #PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)
4 #PERNIKAHANBEDAUSIA_03 (Revisi)
5 #PERNIKAHANBEDAUSIA_04 (Revisi)
6 #PERNIKAHANBEDAUSIA_05 (Revisi )
7 #PERNIKAHANBEDAUSIA_06 (Revisi )
8 #PERNIKAHANBEDAUSIA_07 (Revisi )
9 #PERNIKAHANBEDAUSIA_08 ( Revisi )
10 #PERNIKAHANBEDAUSIA_09 (Revisi)
11 #PERNIKAHANBEDAUSIA_10 (Revisi)
12 #PERNIKAHANBEDAUSIA_11 (Revisi)
13 #PERNIKAHANBEDAUSIA_12 (Revisi)
14 #PERNIKAHANBEDAUSIA_13 ( REVISI )
15 #PERNIKAHANBEDAUSIA_14 (Revisi)
16 #PERNIKAHANBEDAUSIA_15 (Revisi)
17 #PERNIKAHANBEDAUSIA_16 (Revisi)
18 #PERNIKAHANBEDAUSIA_17 (Revisi)
19 #PERNIKAHANBEDAUSIA_18 (Revisi)
20 #PERNIKAHANBEDAUSIA_19 (Revisi)
21 #PERNIKAHANBEDAUSIA_20 (REVISI)
22 #PERNIKAHANBEDAUSIA_21 (Revisi)
23 #PERNIKAHANBEDAUSIA_22 (Revisi)
24 #PERNIKAHANBEDAUSIA_23 (Revisi)
25 #PERNIKAHANBEDAUSIA_24 (REVISI)
26 #PERNIKAHANBEDAUSIA_25 (REVISI)
27 #PERNIKAHANBEDAUSIA_26 (REVISI)
28 Pengumuman
29 Pengumuman
30 #PERNIKAHANBEDAUSIA_27 (REVISI)
31 #PERNIKAHANBEDAUSIA_28 (REVISI)
32 #PERNIKAHANBEDAUSIA_29 (REVISI)
33 #PERNIKAHANBEDAUSIA_30 (REVISI)
34 #PERNIKAHANBEDAUSIA_31 (REVISI)
35 #PERNIKAHANBEDAUSIA_32 (REVISI)
36 #PERNIKAHANBEDAUSIA_33 (REVISI)
37 #PERNIKAHANBEDAUSIA_34 (REVISI)
38 #PERNIKAHANBEDAUSIA_35 (Revisi)
39 #PERNIKAHANBEDAUSIA_36 (Revisi)
40 #PERNIKAHANBEDAUSIA_37 (REVISI)
41 #PERNIKAHANBEDAUSIA_38 (REVISI)
42 #PERNIKAHANBEDAUSIA_39 (REVISI)
43 #PERNIKAHANBEDAUSIA_40 (REVISI)
44 #PERNIKAHANBEDAUSIA_41 (REVISI)
45 #PERNIKAHANBEDAUSIA_42 (REVISI)
46 Visual
47 #PERNIKAHANBEDAUSIA_43 (Revisi)
48 Pengumuman
49 #PERNIKAHANBEDAUSIA_44
50 pengumumaman
51 #PERNIKAHANBEDAUSIA_45
52 #PERNIKAHANBEDAUSIA_46
53 #PERNIKAHANBEDAUSIA_47
54 #PERNIKAHANBEDAUSIA_48
55 #PERNIKAHANBEDAUSIA_49
56 #PERNIKAHANBEDAUSIA_50
57 #PERNIKAHANBEDAUSIA_51
58 #PERNIKAHANBEDAUSIA_52
59 #PERNIKAHANBEDAUSIA_53
60 #PERNIKAHANBEDAUSIA_54
61 #PERNIKAHANBEDAUSIA_55
62 #PERNIKAHANBEDAUSIA_56
63 #PERNIKAHANBEDAUSIA_57
64 #PERNIKAHANBEDAUSIA_58
65 #PERNIKAHANBEDAUSIA_59
66 #PERNIKAHANBEDAUSIA_60
67 #PERNIKAHANBEDAUSIA_61
68 #PERNIKAHANBEDAUSIA_62
69 #PERNIKAHANBEDAUSIA_63
70 #PERNIKAHANBEDAUSIA_64
71 #PERNIKAHANBEDAUSIA_65
72 #PERNIKAHANBEDAUSIA_66
73 #PERNIKAHANBEDAUSIA_67
74 #PERNIKAHANBEDAUSIA_68
75 #PERNIKAHANBEDAUSIA_69
76 #PERNIKAHANBEDAUSIA_70
77 #PERNIKAHANBEDAUSIA_71
78 Pengumuman
79 #PERNIKAHANBEDAUSIA_72
80 #PERNIKAHANBEDAUSIA_73
81 PERNIKAHANBEDAUSIA_74
82 PERNIKAHANBEDAUSIA_75
83 PERNIKAHANBEDAUSIA_76
84 PERNIKAHANBEDAUSIA_77
85 #PERNIKAHANBEDAUSIA_78
86 #PERNIKAHANBEDAUSIA_79
87 PERNIKAHANBEDAUSIA_80
88 PERNIKAHANBEDAUSIA_81
89 PERNIKAHANBEDAUSIA_82
90 PERNIKAHANBEDAUSIA_83
91 PERNIKAHANBEDAUSIA_84
92 PERNIKAHANBEDAUSIA_85
93 #PERNIKAHANBEDAUSIA_86
94 #PERNIKAHANBEDAUSIA_87
95 #PERNIKAHANBEDAUSIA_88
96 #PERNIKAHANBEDAUSIA_89
97 #PERNIKAHANBEDAUSIA_90
98 #PERNIKAHANBEDAUSIA_91
99 #PERNIKAHANBEDAUSIA_92
100 #PERNIKAHANBEDAUSIA_93
101 #PERNIKAHANBEDAUSIA_94
102 #PERNIKAHANBEDAUSIA_95
103 #PERNIKAHANBEDAUSIA_96
104 #PERNIKAHANBEDAUSIA_97
105 #PERNIKAHANBEDAUSIA_98
106 Pengumuman
107 #PERNIKAHANBEDAUSIA_99
108 #PERNIKAHANBEDAUSIA_100
109 #PERNIKAHANBEDAUSIA_101
110 #PERNIKAHANBEDAUSIA_102
111 #PERNIKAHANBEDAUSIA_103
112 #PERNIKAHANBEDAUSIA_104
113 #PERNIKAHANBEDAUSIA_105
114 #PERNIKAHANBEDAUSIA_106
115 #PERNIKAHANBEDAUSIA_107
116 #PERNIKAHANBEDAUSIA_108
117 #PERNIKAHANBEDAUSIA_109
118 #PERNIKAHANBEDAUSIA_110
119 #PERNIKAHANBEDAUSIA_111
120 #PERNIKAHANBEDAUSIA_112
121 #PERNIKAHANBEDAUSIA_113
122 #PERNIKAHANBEDAUSIA_114
123 #PERNIKAHANBEDAUSIA_115
Episodes

Updated 123 Episodes

1
PROLOG ( Revisi )
2
#PERNIKAHANBEDAUSIA_01 (Revisi)
3
#PERNIKAHANBEDAUSIA_02 (Revisi)
4
#PERNIKAHANBEDAUSIA_03 (Revisi)
5
#PERNIKAHANBEDAUSIA_04 (Revisi)
6
#PERNIKAHANBEDAUSIA_05 (Revisi )
7
#PERNIKAHANBEDAUSIA_06 (Revisi )
8
#PERNIKAHANBEDAUSIA_07 (Revisi )
9
#PERNIKAHANBEDAUSIA_08 ( Revisi )
10
#PERNIKAHANBEDAUSIA_09 (Revisi)
11
#PERNIKAHANBEDAUSIA_10 (Revisi)
12
#PERNIKAHANBEDAUSIA_11 (Revisi)
13
#PERNIKAHANBEDAUSIA_12 (Revisi)
14
#PERNIKAHANBEDAUSIA_13 ( REVISI )
15
#PERNIKAHANBEDAUSIA_14 (Revisi)
16
#PERNIKAHANBEDAUSIA_15 (Revisi)
17
#PERNIKAHANBEDAUSIA_16 (Revisi)
18
#PERNIKAHANBEDAUSIA_17 (Revisi)
19
#PERNIKAHANBEDAUSIA_18 (Revisi)
20
#PERNIKAHANBEDAUSIA_19 (Revisi)
21
#PERNIKAHANBEDAUSIA_20 (REVISI)
22
#PERNIKAHANBEDAUSIA_21 (Revisi)
23
#PERNIKAHANBEDAUSIA_22 (Revisi)
24
#PERNIKAHANBEDAUSIA_23 (Revisi)
25
#PERNIKAHANBEDAUSIA_24 (REVISI)
26
#PERNIKAHANBEDAUSIA_25 (REVISI)
27
#PERNIKAHANBEDAUSIA_26 (REVISI)
28
Pengumuman
29
Pengumuman
30
#PERNIKAHANBEDAUSIA_27 (REVISI)
31
#PERNIKAHANBEDAUSIA_28 (REVISI)
32
#PERNIKAHANBEDAUSIA_29 (REVISI)
33
#PERNIKAHANBEDAUSIA_30 (REVISI)
34
#PERNIKAHANBEDAUSIA_31 (REVISI)
35
#PERNIKAHANBEDAUSIA_32 (REVISI)
36
#PERNIKAHANBEDAUSIA_33 (REVISI)
37
#PERNIKAHANBEDAUSIA_34 (REVISI)
38
#PERNIKAHANBEDAUSIA_35 (Revisi)
39
#PERNIKAHANBEDAUSIA_36 (Revisi)
40
#PERNIKAHANBEDAUSIA_37 (REVISI)
41
#PERNIKAHANBEDAUSIA_38 (REVISI)
42
#PERNIKAHANBEDAUSIA_39 (REVISI)
43
#PERNIKAHANBEDAUSIA_40 (REVISI)
44
#PERNIKAHANBEDAUSIA_41 (REVISI)
45
#PERNIKAHANBEDAUSIA_42 (REVISI)
46
Visual
47
#PERNIKAHANBEDAUSIA_43 (Revisi)
48
Pengumuman
49
#PERNIKAHANBEDAUSIA_44
50
pengumumaman
51
#PERNIKAHANBEDAUSIA_45
52
#PERNIKAHANBEDAUSIA_46
53
#PERNIKAHANBEDAUSIA_47
54
#PERNIKAHANBEDAUSIA_48
55
#PERNIKAHANBEDAUSIA_49
56
#PERNIKAHANBEDAUSIA_50
57
#PERNIKAHANBEDAUSIA_51
58
#PERNIKAHANBEDAUSIA_52
59
#PERNIKAHANBEDAUSIA_53
60
#PERNIKAHANBEDAUSIA_54
61
#PERNIKAHANBEDAUSIA_55
62
#PERNIKAHANBEDAUSIA_56
63
#PERNIKAHANBEDAUSIA_57
64
#PERNIKAHANBEDAUSIA_58
65
#PERNIKAHANBEDAUSIA_59
66
#PERNIKAHANBEDAUSIA_60
67
#PERNIKAHANBEDAUSIA_61
68
#PERNIKAHANBEDAUSIA_62
69
#PERNIKAHANBEDAUSIA_63
70
#PERNIKAHANBEDAUSIA_64
71
#PERNIKAHANBEDAUSIA_65
72
#PERNIKAHANBEDAUSIA_66
73
#PERNIKAHANBEDAUSIA_67
74
#PERNIKAHANBEDAUSIA_68
75
#PERNIKAHANBEDAUSIA_69
76
#PERNIKAHANBEDAUSIA_70
77
#PERNIKAHANBEDAUSIA_71
78
Pengumuman
79
#PERNIKAHANBEDAUSIA_72
80
#PERNIKAHANBEDAUSIA_73
81
PERNIKAHANBEDAUSIA_74
82
PERNIKAHANBEDAUSIA_75
83
PERNIKAHANBEDAUSIA_76
84
PERNIKAHANBEDAUSIA_77
85
#PERNIKAHANBEDAUSIA_78
86
#PERNIKAHANBEDAUSIA_79
87
PERNIKAHANBEDAUSIA_80
88
PERNIKAHANBEDAUSIA_81
89
PERNIKAHANBEDAUSIA_82
90
PERNIKAHANBEDAUSIA_83
91
PERNIKAHANBEDAUSIA_84
92
PERNIKAHANBEDAUSIA_85
93
#PERNIKAHANBEDAUSIA_86
94
#PERNIKAHANBEDAUSIA_87
95
#PERNIKAHANBEDAUSIA_88
96
#PERNIKAHANBEDAUSIA_89
97
#PERNIKAHANBEDAUSIA_90
98
#PERNIKAHANBEDAUSIA_91
99
#PERNIKAHANBEDAUSIA_92
100
#PERNIKAHANBEDAUSIA_93
101
#PERNIKAHANBEDAUSIA_94
102
#PERNIKAHANBEDAUSIA_95
103
#PERNIKAHANBEDAUSIA_96
104
#PERNIKAHANBEDAUSIA_97
105
#PERNIKAHANBEDAUSIA_98
106
Pengumuman
107
#PERNIKAHANBEDAUSIA_99
108
#PERNIKAHANBEDAUSIA_100
109
#PERNIKAHANBEDAUSIA_101
110
#PERNIKAHANBEDAUSIA_102
111
#PERNIKAHANBEDAUSIA_103
112
#PERNIKAHANBEDAUSIA_104
113
#PERNIKAHANBEDAUSIA_105
114
#PERNIKAHANBEDAUSIA_106
115
#PERNIKAHANBEDAUSIA_107
116
#PERNIKAHANBEDAUSIA_108
117
#PERNIKAHANBEDAUSIA_109
118
#PERNIKAHANBEDAUSIA_110
119
#PERNIKAHANBEDAUSIA_111
120
#PERNIKAHANBEDAUSIA_112
121
#PERNIKAHANBEDAUSIA_113
122
#PERNIKAHANBEDAUSIA_114
123
#PERNIKAHANBEDAUSIA_115

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!