***
Gilang segera turun dari mobil, menghampiri dua gadis remaja yang tengah adu argument. Ia sudah bisa menebak jika Elvina pasti akan tetap memaksa istrinya untuk ikut pulang ke rumah orang tuanya. Ia tahu betul bagaimana sikap adiknya yang tidak jauh beda darinya. Sama-sama keras kepala.
*Ehemmmm
Gilang berdehem, kedua tangannya bersidekap di dada. Sedangkan matanya menatap dua gadis remaja tersebut secara bergantian.
Mutiara menunduk, tubuhnya melemas seketika. Bukankah tadi pagi dia bilang jika pak Heru yang akan menjemput dirinya? Tapi kenapa sekarang suaminya ada disini?
"Apa maksud kakak melarang sahabatku untuk berkunjung ke rumah mami, rumah ibu mertuanya sendiri??" selidik Elvina, ia menatap garang pada kakaknya.
"Mutiara boleh berkunjung ke rumah mami, tapi dengan syarat jika ada gue bersamanya!!" ucap Gilang dengan santai.
"Kenapa bisa begitu?? Mutiara juga berhak mendapatkan kebebasannya, dia berhak melakukan apapun selama tidak melupakan kewajibannya sebagai istri" tukas Elvina.
Gilang terkekeh, ia tak menyangka jika adiknya akan mati-matian membela istri kecilnya. Sungguh persahabatan yang luar biasa.
"Adik kecilku yang manis, elo masih bocah jadi tidak tahu menahu soal pernikahan. Jadi tutup mulut elo dan jangan ikut campur dengan urusan rumah tangga kami" Gilang mengacak pelan rambut adiknya yang dikuncir kuda .
Elvina melotot, merasa geram dengan perlakuan kakaknya yang suka seenak jidatnya.
Gilang terkekeh lagi, ia menarik lengan istrinya yang sejak tadi diam mematung. Wajah Mutiara sudah memucat, ia mengetahui apa kesalahannya saat ini.
Gara-gara berdebat dengan Elvina, dia sudah membuat suaminya menunggu lama di dalam mobil.
"Dasar pria sinting!! Diktator pula!!!" teriak Elvina kesal.
Untung keadaan sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa orang murid yang tengah menunggi angkutan umum.
Mutiara menoleh ke belakang, berharap ada sebuah pertolongan dari sahabatnya.
"Masuk!!" seru Gilang.
Mutiara menurut, ia masuk ke dalam mobil. Tatapan sinis Gilang membuat hatinya bergedik ngeri.
🔹
🍁
🔹
Mobil Gilang berhenti di sebuah restoran mewah yang terlihat sepi oleh pengunjung. Hanya ada segelintir orang yang berpakaian formal. Gilang meminta istrinya untuk turun dari mobil dan mengajaknya masuk ke dalam restorant.
Mutiara mencekal lengan suaminya, ia enggan untuk masuk karena merasa risih menjadi pusat perhatian dari para staf dan pengunjung restorant.
"Jangan harap kejadian kemaren bisa terulang lagi" ucap Gilang penuh penekanan.
Mutiara melepaskan cekalannya, ia menunduk dengan pasrah. Gilang meraih tangan Mutiara kemudian menggandengnya. Dan keduanya masuk ke dalam restorant.
Gilang sengaja memesan ruangan VIP, ia menyadari jika Mutiara merasa kurang nyaman menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
"Masuk dan duduklah!!" intruksi Gilang ketika mereka tiba di sebuah ruangan VIP.
Mutiara melongo, ia baru tahu jika sebuah restorant juga memiliki ruangan privasi semacam ini.
"Aku tahu kamu tidak nyaman jika menjadi pusat perhatian, untuk itu aku sengaja memesan ruangan VIP. Jadi kita bisa makan berdua disini dengan tenang dan nyaman" jelas Gilang.
Berdua saja?? Mutiara melemas, ia sadar sebuah hukuman telah menanti di depan mata. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu luas tapi terkesan sangat elit.
"Mas, apa ini tidak terlalu berlebihan??" lirih Mutiara.
"Tidak!! aku memang menyukai tempat yang privat seperti ini, kau pasti tahu mengapa bukan??" ucap Gilang dengan santai. Ia mendaratkan pantatnya di atas sofa yang empuk.
"Duduklah disini! Kamu tidak capek apa berdiri terus" tambahnya sambil menepuk sofa kosong disampingnya.
Mutiara menelan ludahnya, ia mendekati suaminya dengan perasaan ragu. Was-was jika pria itu akan melancarkan aksi yang tak terduga olehnya.
"Cepatlah kemari, aku berjanji tidak akan berbuat macam-macam!! lagi pula sebentar lagi pasti ada pelayan yang datang mengantarkan makanan untuk kita" Gilang mulai geram dengan tingkah istrinya.
Mutiara mengangguk cepat, hatinya terasa plong setelah mendengar pernyataan suaminya. Ia pun duduk disamping suaminya.
Tak berapa lama muncul lah beberapa pelayan yang membawakan aneka menu makanan. Mutiara melirik Gilang, makanan sebanyak itu hanya untuk mereka berdua??
"Kenapa??" Gilang memicingkan alisnya.
"Tidak ada mas, cuma heran aja kenapa mas Gilang bisa memesan makanan sebanyak ini?? Kitakan hanya berdua emang bisa habis??" ujar Mutiara.
"Ya kalau tidak habis ya tinggalin aja, yang penting kan sudah di bayar"
Lagi-lagi Mutiara mendengus sebal mendengar penuturan suaminya.
"Dasar pria sombong!!" gerutu Mutiara dalam hati.
"Tidak usah menggerutu di dalam hati!!" Gilang menyentil kening istrinya.
Mutiara melotot tak percaya, kok bisa sih suaminya tahu jika ia sedang menggerutu. Mutuara menggeleng heran, ia mengusap keningnya yang terasa perih akibat sentilan Gilang.
"Karena kamu sudah membuatku lama menunggu tadi, tadi hukumanmu adalah menyuapi aku makan!!" perintah Gilang setelah para pelayan pergi berlalu.
"A...a....pa...??" Mutiara kaget tak percaya.
" Cepat cuci tanganmu dan suapin aku!!" ucap Gilang sekali lagi.
Mutiara mendengus untuk ke sekian kalinya, ia sudah lega karena pernyataan Gilang yang mengatakan bahwa dia tidak akan berbuat macam-macam tapi nyatanya sekarang malah minta disuapin kanyak bocah.
Mutiara mulai menyendokan makanan dan menyuapi suaminya, tapi di tampis oleh Gilang.
"Suapin aku pakai tangan aja!!" cicit Gilang.
"Tapi mas"
"Tidak ada penolakan!!" Lagi-lagi Gilang menyela.
Mutiara melirik kesal pada suaminya, mau tak mau ia pun mengikuti perintah Gilang.
"Mutiara, kamu harus sabar dalam menghadapi cowok diktator macam dia" Mutiara membathin.
Ia hanya bisa menghela nafas panjang dan pasrah.
Gilang benar-benar menikmati permainan yang sudah ia buat. Hatinya merasa puas ketika melihat wajah cemberut dari istrinya, apalagi saat ia dengan sengaja menjilat jari-jari Mutiara hanya untuk menghabiskan makanan tanpa sisa secuil pun. Mutiara terlihat begitu menggemaskan.
"Akh...ternyata terasa nikmat jika makan kamu yang nyuapin, apalagi pakai tangan" ucap Gilang dengan nada setengah menggoda, ia menyandarkan punggungnya ke sofa.
"Besok-besok kamu harus suapin aku lagi pada saat makan!!" lanjutnya.
"Apa mas??" Mutiara membulatkan matanya
"Iya, mulai besok tugasmu bertambah!! Kamu harus menyuapi aku pada saat makan" Gilang memperjelas perintahnya.
"Emangnya mas Gilang bayi, harus disuapin segala" protes Mutiara tanpa sadar.
Mutiara mulai kesal dengan tingkah laku Gilang yang dari hari ke hari semakin seenaknya saja.
Gilang menggerlingkan mata, hingga membuat Mutiara membekap mulutnya.
"Tuhkan mulut nggak bisa dikontrol lagi" bathin Mutiara, ia hanya bisa meringis dan menggaruk tengkuknya.
"Maaf mas, keceplosan. Mungkin efek perut lapar" cuit Mutiara.
Gilang tak berkementar apa-apa, ia terus menatap manik mata istrinya sambil bersidekap dada.
"Kalau begitu makanlah!!" intruksinya pada sang istri.
Mutiara mengangguk patuh. Ia segera menyendok nasi menaruhnya ke dalam piring lalu mengambil lauk pauk secukupnya. Mutiara mulai makan tanpa menggunakan sendok melainkan tangannya.
Sedangkan Gilang, ia tersenyum melihat gelagat istrinya. Karena di dera rasa gugup yang berlebihan, bahkan istri kecilnya tidak sadar jika makan menggunakan piring bekas miliknya.
"Bagaimana? nikmat?" tanya Gilang.
Mutiara mengangguk, mulutnya masih sibuk menguyah makanan.
"Jelas pasti nikmat, kamu kan makan menggunakan piring bekas suamimu makan" tutur Gilang.
Mutiara kaget, ia sampai menyemburkan makanan yang ada di mulutnya.
"Ya Allah... kegilaan apa lagi yang sudah aku perbuat??" ratuk Mutiara dalam hati.
Gilang tertawa senang, ini merupakan tontonan yang sangat menarik baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Ati Awal
😂😂😂
2021-07-14
0
Devi Winda Wahyuni
😄 😄 😄 😄
2020-08-26
4
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
😂😂😂😂😂
2020-08-08
3