Aku terbangun disebuah tempat yang sangat asing bagiku , tak tau dimana itu namun disana aku melihat Ayah mengenakan pakaian serba putih dan sedang berjalan berdampingan dengan seorang bidadari.
"Ayah... Ayah..." panggilku kemudian ayah melihat kearahku.. Ayah tersenyum padaku sebelum akhirnya melambaikan tangan dan ayah semakin jauh semakin jauh bahkan tak terlihat lagi.
"Ayahhhh!" teriak ku yang ternyata aku hanya mimpi.
"Ella..." suara Mas Dedi yang ternyata menemani ku di sebuah ranjang rumah sakit.
Ternyata aku pingsan dan dirawat disalah satu ruangan, untung saja aku pingsan hanya karena shock bukan masalah lain jadi tak ada alat alat dokter yang menempel di tubuhku.
"Mas Dedi, ayah... Bagaimana ayah ku?" Tanyaku kala mengingat Ayah, terakhir aku ingat sebelum pingsan Ayah dalam keadaan kritis.
"Kamu yang sabar ya Ella, Mas tau kamu pasti bisa melewati ini semua." kata Mas Dedi padaku yang membuatku langsung memikirkan hal yang tidak tidak.
"Tidak Mas, jangan bercanda.. Aku tau Ayah kuat, Ayah nggak mungkin ninggalin aku, aku mau ketemu Ayah." kataku sambil menangis aku mencoba bangkit dan berjalan keruangan Ayah dan diikuti oleh mas Dedi dibelakangku.
"Ayah kemana mas? Kenapa tidak ada?" tanyaku kala melihat ruangan ayah yang sudah bersih tak ada apapun disana hanya ranjang yang sudah berganti seprai.
"Kamu harus sabar , Kamu harus kuat , Mas yakin kamu bisa ngadepin ini Ella, Ayah sudah tenang disana , Ayah sudah tak sakit lagi disana jadi kamu harus ikhlas Ella.'' kata Mas Dedi sambil memeluk ku.
"Nggak Mas... Ella bahkan belum sempet bahagiain Ayah." Aku menangis dipelukan Mas Dedi.
..
Malam ini kampungku diributkan oleh mobil ambulan yang masuk, sirine mobil ambulan membuat orang orang serentak keluar, mungkin mereka pensaran dengan siapa yang meninggal itu.
Mobil ambulan sudah masuk kepekarangan rumah yang sudah banyak para pelayat disana, ya mungkin Ayah akan dimakamkan malam ini juga.
"Sabar ya ndukkk." kata Bude ku yang tiba tiba memeluk ku kala aku turun dari mobil ambulan dan Aku hanya bisa menangis.
"Kenapa nggak ngabarin Pakde kalau dirumah sakit?" tanya Pakde, Kakak dari Ayahku yang baru tau karena dikabari oleh mas Dedi.
"Maaf pakde... Ella belum sempet ngabarin Pakde tapi Ayah udah nggak ada." ucapku kembali terisak.
"Sudah nduk sayang, yang sabar .. Ayah kamu sudah tenang disana, kita doain aja yaa." Kata Budeku yang hanya kuangguki.
Selama ini yang kerap membantuku dan Ayah memang hanya Pakde dan Budhe ku saja yang lainnya seperti tutup mata dan telingga, ya mungkin karena Aku ini orang miskin jadi mereka tak menganggap ku dan Ayah saudara.
Suasana pemakaman ayah berjalan lancar dan penuh hikmat. Aku masih setia berada dipusara makam ayah walaupun hari sudah gelap karena pemakaman memang malam hari.
"Sudah ndukk... Kita pulang dulu yaa besok kesini lagi." ajak Bude yang berada disampingku setia menemaniku bersama pakde dan juga masih ada mas Dedi disana.
"Iya Ella, benar kata Budhe kita harus segera pulang kita doakan saja dirumah." kata Mas Dedi yang berada didepanku.
"Tapi aku masih pengen disini nemenin Ayah." ucapku.
"Sudahlah Ella, ikhlaskan Ayahmu, kamu pikir kalau kamu terpuruk kayak nggak bakal bikin Ayah kamu tenang disana." kata Pakde terdengar tegas.
"Benar kata Pakde mu nduk... Yuk kita doakan dirumah saja." ajak Budeku dan aku pun menurut pergi dari sana.
"Ayah .. Ella pulang dulu...besok Ella jenguk Ayah lagi." batinku sebelum akhirnya aku keluar dari pemakaman.
Didepan rumah ku masih banyak orang yang mungkin akan begadang disini, kebiasaan kampungku jika ada yang habis meninggal pasti muda mudi disana pada begadang ditempat orang yang meninggal itu.
"Ella..." panggil mbak Ani yang sepertinya baru pulang kerja karena masih mengenakan seragam namun ditutupi oleh jaket.
"Mbak Ani kok baru pulang, Lembur yaa.?" tanya ku yang langsung diangguki oleh mbak Ani.
"Sana kamu dikamar istirahat biar ditemenin sama Ani biar Bude sama Pakde yang nemuin tamu.'" kata Budeku yang kuangguki karena jujur aku juga harus menceritakan apa yang tadi kualami pada mbak Ani.
"Aku nggak nyangka Ella, padahal baru tadi pagi kita pinjem uang buat Ayah sekarang malah Ayah nggak ada." sedih Mbak Ani yang kini duduk diranjang bersamaku.
"Mbak tadi pas kita misah dijalan uang yang aku bawa dijambret sama orang mbak." curhatku kembali menangis mengingat kejadian siang tadi.
"Ya Allah Ella, kenapa bisa gitu? Trus jambretnya ketangkep nggak?" tanya Mbak Ani dengan raut wajah yang sangat shock.
"Enggak mbak, uangnya ilang mbak." ucapku.
"Trus aku kerumah sakit ternyata bapak sempet kritis trus sampai meninggal." Aku tak kuasa menahan tangisku.
"Sabar Ella, aku tau kamu pasti kuat dan soal uangnya kita ikhlasin aja mungkin nanti bakalan dikasih ganti sama Tuhan." kata Mbak Ani padaku.
"Ya mbak setelah ini aku mau fokus kerja biar segera lunas hutangnya." ucapku penuh semangat dan langsung diberi hadiah pelukan dari mbak Ani.
"Kamu hutang siapa Ella?" tanya mas Dedi yang entah kapan dia sudah berada didepan pintu membuat aku dan mbak Ani terkejut.
"Mas .. Aku cuma pinjem sama .."
"Jangan bilang kamu pinjem uang sama rentenir tua itu hah ." kata mas Dedi terlihat marah sekali.
"Maaf mas , aku yang menyarankan Ella karena aku kasian sama Ella." jelas mbak ani membelaku.
"Gila kalian, apa kalian nggak tau gimana licik nya tua bangka itu!" mas Dedi terlihat frustasi.
Aku dan mbak Ani hanya diam melihat kemarahan Mas Dedi.
"Berapa yang kamu pinjem?" tanya mas Dedi.
"20 juta mas." jujurku sedikit takut.
"Gila kamu Ella, bisa bisa dia minta ke kamu 50 juta." Mas Dedi kini berteriak.
"Enggak mas, perjanjianya dibayar setiap bulan." ucapku membela diri.
"Cihh semoga si tua bangka itu menepati janjinya , kalian tak tau saja bahkan si tua bangka itu bisa melakukan apapun untuk mencapai keinginan nya dan dengan cara apapun." jelas mas Dedi yang membuatku takut sekali dan kulihat wajah Mbak Ani juga merasa sangat bersalah.
"Maafkan aku...ini salahku Ella, seharusnya aku tak mengajakmu kesana tadi pagi." kata Mbak Ani dengan raut bersalahnya.
"Nggak apa apa mbak, aku.malah makasih banget kok." Aku merasa tak enak dengan Mbak Ani.
"Lalu dimana uang itu sekarang?" tanya mas Dedi.
Mati lah aku harus menjawab apa batinku.
"Uang nya... Uangnya dijambret sewaktu aku mau masuk angkot tadi pagi Mas." kataku sambil gemetar takut.
"Apaa!" teriak Mas dedi dengan nada keras dan terlihat matanya memerah, baru kali ini aku melihat mas Dedi semarah itu.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewa Pratama
rentenir ini akal akal mu
2022-02-21
0
Erina Munir
itu yg jambret anak buahnya si tua Bangka itu kan....
2021-12-19
0
Yulianti
Rekayasa rentenir biar Ella g bisa ngebalikin uang trs jadi istri ke5 nya😇🤣🤣🤣🤣
2021-12-10
0