"Tapi dia hamil anakmu!"
Kalimat Om Jaka langsung menohok ulu hati Mirza.
Sofia, atau Sofi demikian perempuan muda berperawakan tinggi langsing, kulit putih wajah cantik khas campuran keturunan Indonesia dan Timur Tengah itu biasa disebut, atau juga Husein, demikian Mirza sengaja memberinya nama itu pada nomor Sofi di ponselnya.
"Kok nomorku dikasih nama Husein?" Tanya Sofi malam itu ketika mereka sama-sama nenepi dari hingar bingar pesta para penumpang VVIP yang sedang larut dalam dentuman musik di diskotik DELTA CRUISE.
"Namamu Sofia Alta Husein, bukan?" Mirza balik bertanya.
Senyum manis dari bibir tipis Sofi mengembang, dia agak terkejut juga Mirza tahu nama lengkapnya. "Kamu tahu nama lengkapku?"
"Kan waktu kamu dalam perawatan aku yang mengecek semua kelengkapan dokumenmu." Sahut Mirza santai.
"Ah, ya." Sofi masih menyunggingkan senyum. "Hubungi aku kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan." Imbuhnya.
"Bukannya harusnya aku yang bilang begitu? Aku tenaga medis di sini."
Sofi malah tertawa. Tawanya lepas tak ada yang disembunyikan hingga deretan giginya yang putih dan rapih nampak jelas.
Mirza hanya tersenyum, lalu membuang pandangan jauh ke lautan yang pekat. Terkesan sedikit acuh memang, tapi memang begitulah Mirza jika dengan wanita asing yang belum terlalu dikenalnya.
"Aku akan kembali ke dalam." Ujar Sofia kemudian.
"Oke, silahkan."
Bukannya pergi, Sofia malah masih berdiri di samping Mirza dan ikut memandangi lautan sambil sesekali ekor matanya melirik Mirza yang masih juga tak bergeming.
Sofia menghela nafas berharap Mirza sedikit perhatian padanya. Mirza hanya melihat sekilas, lantas kembali seperti semula. Masih memandang lautan gelap dengan kedua tangan dibenamkan di saku jaket tebalnya.
"Aku yakin suatu saat kamu pasti butuh aku." Ucap Sofia pelan dengan bibir yang sengaja di dekatkan pada telinga Mirza.
Mirza reflek menoleh hingga membuat wajah keduanya sangat dekat.
"Za!" Panggil Om Jaka membuyarkan angan Mirza yang sedang kembali pada saat dimana dirinya dan Sofi bertukar nomor hp malam itu.
Mirza melihat wajah Om Jaka yang menegang.
"Om, aku ... tidak bisa bertanggungjawab atas semua ini." Suara Mirza lirih.
"Apa maksudmu?" Nada Om Jaka sedikit meninggi. "Kamu mau mengelak?" Om Jaka lantas memberi isyarat pada Sofi untuk memperlihatkan test pack bergaris merah muda itu pada Mirza.
Sofi mengeluarkan test pack dari tasnya dan meletakkannya di meja dengan sedikit gemetar.
"Perhatikan baik-baik!" Perintah Om Jaka.
Mirza memandang alat tes kehamilan itu, dan memang garis merah mudanya ada dua, terlihat sangat jelas. Dan itu memang artinya positif.
"Apa perlu dites ulang agar kamu yakin bahwa dia betul- betul hamil?"
Mirza merasa setiap perkataan Om Jaka selalu menyudutkannya. Sebagai keluarga harusnya Om Jaka lebih membelanya bukan Sofi, pikir Mirza.
Mirza tak mengerti bahwa itu semua dilakukan Om Jaka justru karena ingin membela Mirza, karena sebagai seorang laki-laki sejati pantang untuk lari dari masalah. Om Jaka telah menggantikan posisi ayah Mirza sejak ayah Mirza meninggal sepuluh tahun lalu. Dia yang ikut berjuang untuk mendidik Mirza dan selalu siap dimintai tolong apa saja jika Mbakyunya di kampung memerlukan bantuannya.
Meskipun keseharian sifat Om Jaka itu lucu dan bikin kocak tapi jika sudah dihadapkan pada masalah serius dia tak akan main-main.
"Bukan begitu maksud saya, Om ... " Mirza berujar pelan dan ragu.
"Lalu?" Om Jaka tak sabaran.
Mirza memperhatikan Sofi yang masih menunduk dan belum terdengar bicara sejak dia tiba tadi. Nampak Sofi sedang memainkan tisu yang sedari tadi digenggamnya, mungkin untuk mengurangi kecemasan hatinya.
"Aku ... hanya nggak yakin kalau itu anakku." Cetus Mirza akhirnya.
Om Jaka kaget. Sofi pun seketika mengangkat wajahnya dan melihat pada Mirza dengan tatapan seolah tak percaya kalau Mirza akan berkata demikian.
"Mirza, sekarang Om tanya sama kamu dan tolong jawab dengan jujur." Suara Om Jaka datar dan berwibawa. "Apa kamu benar-benar pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan dia?"
Deg!
Jantung Mirza berpacu lebih cepat mendengar pertanyaan Om Jaka yang seperti sedang menguliti dirinya.
Mirza ingin membantah, namun kilasan memori malam itu melintas dalam benaknya.
Mirza bangun dan kaget mendapati dirinya tengah berada di kamar yang bukan semestinya dirinya berada, terlebih lagi ada Sofi yang pulas sambil memeluk lengan kirinya. Dirinya dan Sofi hanya berbalut selimut tanpa aksesoris lainnya.
Astaga! Kenapa bisa seperti ini? Bodoh banget! Seharusnya ini nggak perlu terjadi. Gila! Ini semua sungguh gila!
Mirza blingsatan sambil merutuki dirinya sendiri. Dia coba melepaskan Sofi, tapi Sofi malah terbangun dan semakin memeluknya erat sambil tersenyum tanpa dosa.
"Kamu luar biasa." Bisik Sofi dengan nada manja.
Seketika Mirza bangun dan menyambar pakaiannya di lantai dan buru-buru mengenakannya hingga kemejanya belum sempurna dikancing membuat bulu-bulu dadanya terlihat dan itu membuat Sofi gemas.
"Tunggulah sebentar." Sofi bangun masih dengan mengenakan selimut mencoba menahan Mirza. "Aku akan pesankan kopi untukmu."
Mirza menatap Sofi tajam.
"Pagi ini kamu nggak ada shift kan?" Tanya Sofi tak mempedulikan tatapan tajam Mirza. Jemarinya bahkan kini sudah mendarat di dada bidang Mirza dan memainkan bulu-bulu dada yang tampak mengintip disana.
Mirza cepat menghentikannya sebelum Sofi bertindak lebih jauh lagi. "Tentang kejadian semalam, aku tak ingin lagi kita membahasnya." Ujar Mirza dingin sambil merapikan kancing kemejanya.
Mirza cepat-cepat keluar tak mempedulikan bagaimana ekspresi Sofi saat itu. Baginya semuanya sudah selesai pagi itu juga.
"Mirza, kamu belum jawab pertanyaan Om." Suara Om Jaka menyadarkan Mirza dari memori pahit pagi itu. "Apa kamu benar-benar pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan dia?" Ulang Om Jaka dengan nada penuh penekanan.
"Om, maaf kalau aku ... "
Jawab saja, iya atau tidak!" Potong Om Jaka tak ingin mendengarkan apapun penjelasan Mirza.
Mirza menunduk. "Ya." Jawabnya pelan.
Om Jaka menghela nafas berat. Pikirannya sungguh ikut terbebani dengan masalah ini.
"Baiklah." Putus Om Jaka kemudian. "Saya tinggalkan kalian berdua. Silahkan bermusyawarah terlebih dahulu. " Om Jaka keluar meninggalkan mereka.
Hening untuk beberapa lama. Baik Mirza ataupun Sofi tak kunjung ada yang memulai bicara. Hanya suara detik jarum jam dinding yang terdengar mengisi ruangan tamu yang terlalu besar itu.
Pada saat yang sama, Via bangun dari tidurnya karena terdengar suara orang mengaji dari pengeras suara mushola yang tak jauh dari rumahnya.
"Astaghfirullah, ketiduran aku." Via terkaget-kaget sendiri lantas segera mencari ponselnya.
Setelah ketemu, Via langsung mengecek hpnya khawatir ada pesan atau telpon dari Mirza.
"Kok Mas Mirza belum ngasih kabar ya?" Via bergumam sendiri. "Aku telpon aja lah, udah sore begini kok sepi aja?" Via segera dial nomor Mirza.
Bunyi panggilan whatsapp di ponsel Mirza sedikit membuat ruang tamu bernyawa. Mirza mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
my beloved wife, demikian tulisan yang tertera di layar ponsel Mirza lengkap dengan foto Via yang sedang tersenyum manis.
Mirza hanya memandanginya, dan diam-diam Sofi pun memperhatikan Mirza yang terlihat gamang.
"Kok nggak diangkat-angkat ya?" Keluh Via yang mendapati panggilannya berakhir sendiri tanpa ada jawaban dari seberang.
"Oh, mungkin Mas Mirza masih istirahat kecapekan kali ya." Via mengambil kesimpulan sendiri. "Ntar malem aja deh telpon lagi." Via meletakkan ponselnya lantas membangunkan Ica untuk mandi setelah sebelumnya mengirim pesan untuk Mirza.
*Mas, udah nyampe rumah Om Jaka belum? Kok belum kasih kabar? Mas baik-baik aja, kan? Oya, aku penasaran deh Om Jaka ada perlu penting apa sih? Nanti cerita ya, Mas.
luv U 😘😘
____
____
bersambung dulu ya ☺️
nantikan kelanjutannya, mari saling support dalam berkarya 🙏💪*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Siti Azizah
apakah mirza d jebak sama sofi dkasih obat perangsang gitu..??emang pelajaran bagi para pembaca d kehidupan nyata itu emang ada beneran terjadi.
2021-08-17
0
Pertiwi Tiwi
jg jg jebakan untuk Mirza.
2021-07-28
0
Penulis Jelata
Ujian pasangan yg LDM ya gini nih😉 Sabar yak kalian
2021-06-26
0