Tia masuk rumah dan langsung menuju dapur dengan perasaan senang, tak disadarinya Arya yang menatapnya dengan tajam.
Tia membereskan dapur tanpa menyadari Arya yang masih memperhatikannya.
"Ngomong apa dia?" Tanya Arya membuat Tia kaget.
"Mas?"
"Ngomong apa dia sama kamu?" Ulang Arya sekali lagi.
"Maksud mas? Mirza?"
"Ya siapa lagi kalo bukan mantu kesayangan ibumu!" Dengus Arya kesal.
"Mirza cuma minta maaf kalau membuat Mas Arya tersinggung." Ucap Tia hati-hati.
Arya melengos, Tia tak berkata apa-apa lagi karena takut suaminya menjadi semakin emosi. Namun kemudian Arya mendekati Tia dan melihat Tia memegang uang yang diberikan Mirza.
"Uang dari siapa itu?" Tanya Mirza pada Tia dengan nada curiga.
Tia diam, dia berfikir apakah suaminya akan marah kalau dia berterus terang bahwa Mirza memesan kue padanya.
"Kembalikan uang itu!" Perintah Arya.
Tia hanya diam, dia bingung harus menuruti suaminya atau tidak. Di satu sisi dia perlu uang itu agar bisa mendapatkan pemasukan tambahan, tapi di sisi lain dia juga takut jika tidak menurut maka suaminya akan semakin marah padanya.
"Kamu dengar kataku kan? Kembalikan uang itu sekarang juga padanya!" Arya semakin emosi.
"Tapi mas, Mirza pesan kue untuk besok. Dan aku nggak mungkin menolaknya. Lagi pula kita kan memang sedang butuh uang buat beli beras. Mas tolong ngerti lah keadaan kita ... " Tia memohon dengan suara memelas berharap hati suaminya terbuka.
"Aaarrrgh!" Arya menggeram kesal lantas pergi dengan langkah lebar meninggalkan rumah.
____
Keesokan harinya untunglah Tia bisa menyelesaikan semua kue pesanan Mirza meskipun agak siang. Setelah mengantar pesanan ke rumah Via, Tia bergegas pulang karena tak mau salah paham lagi dengan suaminya.
"Mana Mbak Tia?" Tanya Mirza yang baru muncul.
"Langsung pulang."
"Buru-buru amat? Tapi kurangan uangnya udah dikasihin kan, sayang?"
"Udah kok."
"Ya udah, yuk siap-siap ke tempat Firman.'
"Jadi ke tempat Firman beneran?" Via heran.
"Ya ..., gitu deh. Habisnya mau diapain kue sebanyak ini?" Mirza memandangi kue di hadapannya. "Kebetulan Firman juga lagi free kok."
Via memijit-mijit jidatnya sendiri. "Aku agak pusing nih, Mas. Capek juga nanti pulangnya pasti lama."
Mirza membelai rambut Via. "Ya udah, istirahat aja. Biar nanti malam kita bisa lembur ya?"
Kontan saja Via melotot, "ih, mas nih ya!"
Mirza tertawa senang karena berhasilnya menggoda istrinya, setelahnya Via menjerit karena Mirza membopongnya menaiki tangga menuju kamar. Belum sempat kejahilan Mirza berlanjut, ponsel di saku celananya berbunyi. Mirza segera merogohnya.
"Siapa, Mas?"
Mirza meperhatikan nama Husein di layar ponselnya dan melirik Via sekilas. Memang tak ada foto profile, yang nampak hanya foto sebuah boneka Tedy Bear.
"Ya, halo." Sapa Mirza, kemudian ia keluar kamar.
Via tak ambil pusing, baginya bersantai ria tanpa keusilan Mirza sangat melegakan.
Matahari sudah mulai bergeser ke barat. Via menggeliat, rupanya dia langsung terlelap tadi. Mirza pasti sudah pergi dan tak tega berpamitan padanya.
Via turun ke lantai bawah untuk mengecek isi kulkas. Dia ingin memastikan apakah masih ada persediaan makanan untuk nanti malam. Diraihnya sebotol air mineral dingin.
Telinga Via seperti mendengar orang sedang bercakap dari halaman belakang. Via melongok, "Mas Mirza ternyata belum pergi?" Via bertanya sendiri.
Mirza duduk di gazebo dekat kolam kecil yang air mancurnya mengeluarkan suara gemericik menenangkan namun ternyata tak mampu menyamarkan suara Mirza.
"Mas? Kok belum pergi?" Tegur Via.
Mirza kaget, terlihat dengan jelas raut wajah Mirza menampakan keterkejutan karena tak menyangka Via tahu-tahu berada di belakangnya.
"Oh, iya. Ini, eh ... ini udah mau pergi kok." Mirza sedikit gugup. "Ya udah, nanti aku kabari lagi." Mirza mengakhiri percakapannya di telpon dengan terburu-buru.
Via mengernyit. "Siapa sih yang telpon, Mas?"
"Bukan siapa-siapa. Cuman temen, sayang." Sahut Mirza mencoba bersikap tenang.
"Husein yang telpon?"
"Iya."
"Husein itu cewek apa cowok sih, Mas? Kayaknya sering banget nelpon kamu."
Raut kecurigaan terlihat pada wajah manis Via. Mirza diam.
"Mas? Kamu nggak mungkin selingkuh sama cowok kan?"
Mirza terkesiap. Wajah kaku Mirza membuat Via terbahak. Senang sekali dia bisa balas menjahili suaminya.
"Aku laki-laki setia dan tak mungkin berpaling darimu." Ujar Mirza sambil menatap Via dalam.
Via malah tertawa. "Hahaaa ... serius banget sih!"
"Aku pergi dulu ya. Jaga diri baik-baik, istirahat dan jangan terlalu lelah. Aku nggak mau melihatmu sakit, karena kau adalah cahaya dalam hidupku. Satu-satunya wanita yang mampu membuatku berarti di dunia ini."
Via geli dengan gombalan suaminya. "Lebay ih, kaya ABG!"
"Aku bersungguh-sungguh. Lihat mataku, apa aku kelihatan berbohong?" Mirza menarik Via ke dalam pelukannya. Mata mereka saling tatap dalam dekat. "Kamu segalanya dan satu-satunya." Lanjut Mirza.
Via berusaha melepaskan diri perlahan. "Iya, Mas. Aku percaya."
Mirza tersenyum lega dan membelai lembut pipi istrinya. didekatkannya bibirnya ke wajah Via, lalu ...
"Tapi bo ong!" Sambung Via sambil berkelit cepat membuat bibir Mirza kepleset mencium udara hampa. "Hahahaaa .... " Via tertawa puas dan berlari ke dalam.
Mirza segera mengejarnya. Wanitanya itu betul-betul menggemaskan. Mirza akhirnya pergi dilepas lambaian tangan dan beberapa kali kiss bye dari Via.
Via segera masuk dan mengunci pintu. Dibenamkannya tubuhnya di hamparan karpet empuk di ruangan tengah. Lepas dan bebas perasaannya, tubuhnya terlentang, matanya menerawang ke langit-langit ruangan berhias awan berarak. Tapi kemudian dia teringat sesuatu.
"Kamu tau aku nggak mungkin ngelakuin itu! Urus dirimu sendiri dan jangan buat masalah baru!" Via teringat perkataan Mirza saat dia sedang berbincang di telpon beberapa saat lalu.
Via melangkah perlahan dan coba meyakinkan kalau itu benar suara Mirza. Tapi kenapa kedengaran agak emosi? Apa sedang berdebat dengan seseorang? Bukannya dia sudah pergi ke tempat Firman? Berbagai keheranan akhirnya membuat Via menegur Mirza juga.
Via mengusap wajahnya sendiri. Membalikkan tubuhnya memeluk bantal empuk di sampingnya. Kenapa aku jadi curigaan kayak gini?
Sementara itu di mobil Mirza tampak gundah hingga ia tak sadar salah mengambil jalan.
CIIITT....!
Mirza menginjak rem seketika, untunglah tak ada mobil lain di belakangnya.
"Sial!" Geram Mirza seraya memukul setir mobilnya kesal.
Mirza lantas mengambil ponselnya dan memblokir sebuah nomor. "Seharusnya udah dari kemarin-kemarin aku block nomernya." Gerutu Mirza.
Setelah perasaannya berangsur membaik, Mirza kembali melajukan mobilnya perlahan, memutar arah menuju rumah Firman.
Tapi tak bisa dipungkiri perasaannya gamang kini. Sekali lagi dia meraih ponselnya, kali ini dia menekan mode non aktif.
Expander putih Mirza memasuki gerbang sebuah perumahan. Rumah Firman hanya dua blok dari gerbang depan. Perjalanan dari rumah ke tempat Firman ternyata dilaluinya dengan tak karuan hingga tak sadar Mirza hampir saja menabrak pengemudi motor ketika mobilnya akan berbelok dengan serampangan di gang pertama.
Tiiiin ... !
Suara klakson panjang menandakan emosi si pengemudi motor.
"Astaga!" Mirza kaget bukan main.
Beruntung pengemudi motor sigap. Mirza lekas menurunkan kaca mobilnya.
"Maaf. Maafkan saya, Mas." Mirza meminta maaf dengan sopan.
Pengemudi motor membuka helmnya, terlihat rambut ikalnya tergerai. "Hati-hati dong! Bisa nyetir mobil nggak, sih?"
Melihat pemotor emosi, Mirza langsung turun dari mobil.
__
__
_bersambung
nantikan kelanjutannya ya Kak ☺️
*jangan lupa like, komen, rate dan vote.
Mari kita saling support dalam berkarya 💪💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
NinLugas
10 like mndrt lagi ka smngt
2021-06-27
0
Penulis Jelata
Mirza selingkuh ya?🤔
2021-06-20
0
Neti Jalia
10 like untukmu🤗🙏
*hujan dibalik punggung
*Suamiku ceo ganas
2021-05-30
0