Ica akhirnya jadi ikut ke rumah Bu Endang. Sementara Via dan Mirza cukup repot membawa oleh-oleh, Ica sudah berlari masuk ke toko dan memanggil Bu Een dengan suara renyahnya.
"Eh, ada Ica?" Sambut Bu Een yang duduk di balik meja kasir.
"Iya, sama Om Mirza, Tante Via juga."
Bu Een menjulurkan lehernya dan bergegas menyambut anak kesayangannya, sedangkan Ica berlari mengitari toko Bu Een yang mirip mini market Apla Maret luasnya, dimana barang-barang berjejer rapi dan berderet-deret.
Beberapa pembeli yang kebetulan juga para tetangga langsung ikut menyapa Mirza.
"Wah, Mas Mirza lagi pulang ya?"
"Makin klimis aja."
"Mbak Via pasti seneng banget dong suaminya pulang?"
Mirza dan Via cuman senyam senyum.
"Mas, bawain oleh-oleh nggak buat saya?" Celetuk Udin pelayan toko.
"Pasti dong!" Mirza memberikan plastik besar berisi beberapa kaos bergambar icon-icon negara yang disinggahi selama pelayaran.
Udin langsung menyambutnya senang.
"Kok kita nggak dikasih, Mas?" Protes satu tetangga.
"Itu ada banyak. Pilih aja."
Seketika toko jadi ribut karena berebut kaos dari Mirza. Hadeh, si Mirza udah kaya orang mau nyalon anggota dewan aja ya pake acara bagi-bagi kaos.
"Hey ...., kok malah pada rebutan gitu? Ini jadi pada mau belanja nggak kalian, hah?" Bu Een kesal berkacak pinggang.
"Jadi dong, Bu." Sahut mereka hampir berbarengan.
"Makasih ya Mas, oleh-olehnya. saya doain moga lancar rejekinya dan cepet punya momongan." Ucap satu tetangga dan diaminkan tetangga yang lain.
Bu Endang datar aja. "Sudah, mana belanjaannya. Bawa sini, Din!" Perintah Bu Endang pada Udin.
Ica tau-tau muncul dengan aneka jajanan dan tak lupa permen juga coklat ditangannya. "Eyang Ndang, Ica boleh minta ini nggak?" Tanya Ica dengan polosnya.
"Ica? Kok bawa kue banyak banget?" Via kaget. "Ica kan udah punya coklat dari Om Mirza."
"Nggak papa, kok. Semuanya boleh buat Ica." Jawab Bu Een berhenti sejenak dari melayani pembeli.
"Tapi, Bu ... "
Mirza menyentuh bahu Via pelan sambil mengangguk samar memberi isyarat harus menyetujui perkataan ibunya.
Via sebetulnya nggak enak hati karena Ica tiap kali diajak kesitu pasti mengambil sesuka hati kue atau permen yang diinginkannya, dan Bu Een tak pernah keberatan.
"Bu Een baik bener sama Ica? Kode tuh Mas Mirza, Mbak Via, udah pingin punya cucu.
Bu Een." Celetuk satu Ibu yang masih milih mie instan.
"Iya bener. Cepetan bikin, gercep gercep ah! Mumpung Mas Mirza lagi ada kan, Mbak?" Timpal Ibu yang berdiri dekat meja kasir yang disambut tawa yang lain.
Mirza ikut tertawa sambil merangkul Via yang cuma senyum kecil.
Emak-emak itu kalo ngomong emang suka asal njeplak aja. Bikin anak disamain kayak bikin bakwan apa ya, lima menit langsung jadi?
"Oya, Bu. Ini ada makanan dari rumah buat Ibu. Ini Riri yang masak." Ujar Via kemudian.
"Taroh aja di meja makan."
Bu Een selalu datar menanggapi Via. Tapi Via tak pernah kecil hati. Mirza pun selalu membesarkan hati istrinya.
"Ibu pasti berubah kalo udah punya cucu." Begitulah Mirza menghibur istrinya.
"Tapi kenapa kita belum punya anak juga ya, Mas?" Keluh Via kala itu.
"Mungkin kita harus tambah dosisnya, sayang! Bisa 3x atau 4x sehari biar cespleng!"
"Iihhh!" Via mencubit pinggang suaminya kesal.
"Aaawww .... sakit!" Mirza meringis. "Lagi dong, hehe ..."
"Jangan becanda, aku lagi kesal! Masa disamain kayak orang minum obat?" Via pasang tampang cemberut kala itu.
Mirza selalu santai menanggapi komentar orang-orang tentang kehidupan pribadinya. Pun tak dihiraukannya Bu Een yang kala itu gondok banget gara-gara disindirin terus sama teman-teman arisannya.
"Za, pokoknya Ibu nggak mau tau kamu harus cepetan punya anak! Ibu nggak tahan jadi bahan ejekan kalo arisan!"
"Apaan sih, Bu? Orang belum rejekinya kok!"
"Kamu itu udah 3 tahun nikah, masa istri kamu belum hamil juga? Itu si Minah nikah kemarin sore, besok lusanya udah brojol melahirkan!"
Mirza malah terkekeh, emang kalo orang lagi kalut itu suka hilang akal sehatnya. "Terus Ibu mau nyuruh aku kawinin si Minah biar bisa cepet brojol juga punya cucu?"
"Ya nggak lah! Ibu nggak sudi punya mantu tukang ngelayab malem-malem sama banyak laki-laki."
"Nah itu Ibu tau kenapa si Minah bisa langsung brojol padahal baru nikah kemarin sore?"
"Udah ah, kenapa jadi ngomongin aib orang?"
"Kan Ibu yang mulai duluan?"
Sore itu wajah Bu Een sangat tak bersemangat. Obrolan itu terjadi pada kepulangan Mirza setahun lalu.
"Atau kamu nikah lagi aja, Za!" Celetuk Bu Een tiba-tiba.
Mirza langsung melotot. Hampir saja dia meloncat dari tempat duduknya tak mengira ibunya punya pemikiran seperti itu.
"Sumpah demi bajak laut yang nggak pernah aku temui, Bu. Kenapa Ibu ngomong kayak gitu?"
"Ah, kamu ini. Emangnya kamu sendiri nggak pingin punya anak?" Bu Een enteng aja.
"Ya pengen, Bu."
"Ya cepetan kasih Ibu cucu kalo gitu."
Mirza terdiam seolah sedang berpikir keras.
"Baiklah, Bu." Ujar Mirza kemudian. "Mirza berhenti aja kerjanya kalo gitu. Biar Mirza selalu sama Via nggak pergi lama sampai berbulan-bulan. Siang malam pokoknya Mirza akan giat berusaha membuatkan cucu sama Via."
Bu Een langsung menjewer kuping Mirza merasa geregetan.
"Kalo kamu berhenti kerja siapa nanti yang bakal beliin Ibu mobil lagi, sawah sama kebon jati? Ibu kan masih pingin nambah buat bekal hari tua kalo ibu udah nggak bisa usaha lagi?"
"Ya makanya Ibu yang sabar, ya. Gusti Allah masih menunggu waktu yang tepat buat ngasih amanah itu ke Mirza dan Via, Bu. Mbak Tia aja sama Mas Arya harus menunggu lima tahun baru punya anak."
"Iya itu karena ekonomi mereka belum mampu, bisa saja sengaja menundanya." Bu Een tak mau kalah. "Kamu kan lain. Via itu mau nikah sama kamu pasti karena kamu udah mapan. kamu kan udah sukses dari sebelum nikah. Harusnya Via tau diri lah bisa ngasih yang terbaik buat Ibu yang udah relain kamu nikah sama dia dengan cara cepet ngasih keturunan." Bu Een semakin menjadi-jadi.
Mirza tau betul jika ibunya sudah begitu tak ada gunanya didebat, maka dia ambil solusi sendiri.
"Mirza punya ide yang lebih cemerlang Bu."
"Apa?" Bu Een antusias
"Daripada Mirza yang disuruh kawin lagi, kenapa nggak Ibu aja yang nikah? Biar punya bayi sendiri."
Bug!
Spontan Bu Een menimpuk kepala Mirza dengan tas cangklongnya.
"Sembarangan aja! Masa Ibu yang sudah tua disuruh nikah lagi!"
Mirza malah ketawa puas melihat ekspresi ibunya yang menahan jengkel.
_bersembeng ye,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Senajudifa
betul bu nikah aj sana lg...kutukan cinta dn mr.playboy mampir thor
2022-08-26
0
ria
bu een terxta berbisa mulutx
mentang2 mapan
2021-09-03
0
syafridawati
5 like mampir saling dukung ya
2021-08-17
0