Terdengar mobil memasuki halaman rumah, Via setengah berlari menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Jantungnya berirama tak karuan karena akan bertemu seseorang yang sudah lama ia rindukan.
Mirza meninggalkan Via untuk berlayar enam bulan lalu. Mirza bekerja sebagai tenaga ahli medis disebuah kapal pesiar mewah dari Inggris, DELTA CRUISE. Jangan ditanya berapa gajinya. Nggak percuma lima tahun jadi Popaye jauh dari keluarga, Mirza sudah dapat membeli dua rumah di sebuah perumahan yang ada di kota kabupaten sebagai investasi. Mirza juga sudah membangun sendiri rumah impiannya yang kini ditinggali Via. Tak ketinggalan dia juga merenovasi rumah dan toko kelontong milik ibunya yang kampungnya bersebelahan dengan rumah keluarga Via.
"Assalamualaikum." Mirza langsung mengucap salam begitu menginjakkan kaki di teras depan.
Via yang belum sempat menggapai handle pintu makin dag dig dug mendengar suara bariton itu.
"Mas Mirza ... " Senyum manis Via merekah di bibirnya yang mempesona seiring dengan pintu yang terbuka. "Wa alaikumussalam." Via menyongsong lelakinya dan lansung mencium tangannya.
Mirza balas mengecup kening Via hangat dan memeluk Via erat. "Gimana kabar kamu sayang? Sehat kan?"
Via mengangguk-angguk cepat, matanya mulai beekaca-kaca haru. Kerinduannya begitu besar, enam bulan bukanlah waktu yang sebentar. Meski mereka selalu intens komunikasi, tapi perjumpaan ragawi nyatanya lebih membangkitkan emosi.
"Kamu pasti kangen banget ya sama aku?" Mirza memeluk sekali lagi istrinya dan menciumi kedua pipi Via.
"E ehm!" Bu Endang yang sedari tadi berdiri di dekat pintu mobil menyadarkan Mirza dan Via kalau di situ ada orang lain selain mereka berdua.
"Ibu?" Via baru ngeh kalau ada ibu mertuanya. "Ada Om Jaka juga?" Via langsung menyalami mereka berdua.
"Harusnya Ehemnya nanti dulu, Yu. Lagi seru-serunya tadi itu." Seloroh Om Jaka.
"Bersambung, Om." Mirza tersenyum lebar sementara Via tersipu.
Lantas Via mengajak mereka masuk dan mengambil alih koper besar yang dibawa Om Jaka.
"Ibu mau minum apa? Om Jaka ngopi atau ngeteh?" Via menawari mereka minum.
"Nggak usah. Om tadi udah ngopi di rumah Yu Een."
"Iya sayang. Tadi aku sama Om mampir ke rumah ibu dulu. Om Jaka pingin istirahat sebentar katanya capek nyupir dari Jakarta nggak ada yang gantiin."
Via manggut-manggut.
"Sini sih, duduk sama suamimu yang ganteng ini." Mirza menarik pergelangan tangan Via untuk duduk didekatnya. "Katanya kangen .... ?" Goda Mirza sambil merangkul bahu Via.
Mirza emang gitu, dia nggak sungkan pamer keromantisan dan bermanja ria di depan keluarga.
Via agak canggung. "Itu ... aku mau masukin koper Mas Mirza dulu ke kamar." Via menunjuk koper besar yang teronggok tak jauh darinya.
"Nanti aja." Tahan Mirza.
"Sekalian aku siapin peralatan mandi Mas Mirza."
"Aku udah mandi di rumah ibu kok." Mirza tak mau melepaskan tangannya.
"Ibu bikinin teh anget, Vi." Ujar Bu Endang kemudian.
"Lho, kamu ini apa-apaan sih, Yu? Jarak rumahmu sama sini cuman deket kok masa haus?" Protes Om Jaka.
"Nggak papa, biar Via bikinin."
"Nggak usah." Sergah Om Jaka. "Mertuamu ini ada-ada aja. Udah, ayok pulang!" Ajak Om Jaka pada Bu Een yang tak lain kakak kandungnya sendiri.
Dengan berat hati Bu Een menuruti Om Jaka.
"Aku tinggal lho kalo nggak mau pulang sekarang." Seloroh Om Jaka.
"Nggak papa kalau Ibu mau di sini dulu. Nanti biar diantar Mas Mirza pulangnya." Ujar Via karena melihat raut keengganan di wajah ibu mertuanya.
"Apa kamu nggak liat sedari tadi si Mirza nyosor melulu udah kaya soang yang gak makan-makan tujuh bulan?" Bisik Om Jaka pada Bu Een sambil melirik ke arah Mirza.
"Enam bulan, Om." Ralat Mirza.
"Nah tuh!" Om Jaka bangkit mengambil kunci mobilnya. "Cepetan kita pulang aja. Katanya kamu pingin cepet punya cucu?"
Om Jaka emang suka sekali becanda. Meski usianya terpaut cukup jauh dengan Bu Een, tapi tak membuatnya sungkan pada kakaknya itu. gaya bicaranya suka ceplas ceplos.
Mirza dan Via cuma senyum-senyum. Om Jaka dan Bu Endang alias Yu Een pamit pulang.
"Sekarang tinggal kita berdua deh." Mirza mengerling genit seraya mendekatkan wajahnya.
"Mas itu pintunya belum ditutup!" Sergah Via membuat Mirza mengurungkan niatnya. Terpaksa dia pergi untuk menutup pintu tak lupa pula menguncinya.
Via mengambil koper menuju tangga.
"Mas, aku ke kamar dulu ya naruh koper."
Mirza mengejar Via dan kembali menggodanya. "Udah nggak sabar ya, mau cepet-cepet ke kamar aja?"
Via cemberut pura-pura marah. "Apaan sih, Mas?" Dicubitnya lengan kiri Mirza yang menonjol berotot kekar.
"Aduuuh ... " Mirza pura-pura kesakitan.
Aroma khas kamar tidur mereka yang berada di lantai dua langsung menyeruak begitu Via membuka pintu.
Mirza menghirup nafas dalam lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur busa yang empuk dan lebar.
"Akhirnya aku pulang juga ... " Gumamnya sambil memejamkan mata dan terlentang bebas di atas kasur itu.
"Mas nggak makan dulu?" Tawar Via sambil memasukkan baju Mirza yang masih bersih ke dalam lemari. "Aku udah masakin sayur lodeh kesukaan Mas lho." Lanjut Via tapi tanpa menoleh.
Mirza pun tak menyahut.
"Aku juga bikin peyek udang sama urap daun singkong." Sambung Via masih memilih-milih dan memisahkan perlengkapan Mirza di koper tanpa menoleh ke arah Mirza.
Mirza masih tak menyahut.
"Ibu pasti nggak masak kan, Mas? Ibu kan emang jarang masak, lebih praktis beli katanya." Via terus ngomong sendiri. "Kalo mau makan sekarang biar aku siapin ya?"
Masih tak ada jawaban, Via yang asyik sibuk tak menyadari kalo Mirza sedang memperhatikannya dari belakang.
Via berjinjit meletakkan beberapa kaos Mirza yang masih bersih di sekat lemari bagian atas.
Terlihat kaki Via yang jenjang dan mulus. Rambut lurus digulung ke atas, dress warna maroon membuat penampilan Via makin menggoda Mirza yang sudah tak sabaran.
Hup!
Mirza tau-tau memeluk Via dari belakang. Tak ayal Via memekik kaget tertahan.
"Yang mau makan itu siapa sih, sayang ...?" Mirza lebih erat lagi mendekap Via, bibirnya menempel di tengkuk Via dan terasa hangat. "Aku tuh maunya ... "
"Nanti dulu dong, Mas. Aku kan belum selesai." Potong Via seolah sudah paham maksud hati suaminya.
"Nanti aja nyeleseinnya. Ada yang lebih penting." Bisik Mirza sambil membalikkan tubuh Via dan matanya lurus menatap mata indah Via.
Via merasa lebih deg-degan dari beberapa waktu yang lalu ketika akan membuka pintu depan untuk Mirza.
"Kamu nggak lagi dapet kan, sayang ...?" Kedua tangan Mirza kini melingkar di pinggang ramping Via.
Via menggeleng pelan sambil senyum, lantas menunduk malu-malu. Mirza membelai lembut pipi istrinya dan mengangkat dagu Via, mendekatkan bibirnya dan ...
to be continue ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Senajudifa
salken dr kutukan cinta dn mr.playboy like dan langsung kufavoritkn thor
2022-08-23
0
Whiteyellow
hadir..feedback
2021-07-18
0
Penulis Jelata
Haha enam bulan terombang-ambing, auto buka puasa dong😄
2021-06-18
0