TERPAKSA SELINGKUH
Ponsel Via sedari tadi menjerit-jerit di dalam saku jeans dongkernya. Mana ponselnya pake getar lagi, jadi kerasanya kan geli-geli sedap gitu deh. Kedua tangan Via repot menjinjing kantung belanja yang sudah terisi penuh.
"Halo. Apaan si? Bentar lagi aku nyampe situ! Cerewet banget telpon Mulu!" Tak ayal Via jawab juga telpon Yana sahabatnya meski dengan kerepotan sambil berjalan cepat menuju parkiran. "Apa? Disebelah mana kedai kopinya? shareloc aja deh!" Pungkas Via.
KLIK!
Via langsung matiin ponsel tanpa nunggu jawaban Yana.
Sejak kapan si Yana suka ngopi-ngopi? lama tak ketemu makin aneh aja tuh orang, mentang-mentang mau merit sama manager hobinya sekarang nongkrong sambil ngopi-ngopi. Via membatin sepanjang perjalanan.
Motor matic Via melesat menuju kedai kopi yang dimaksud Yana. Cukup sering juga Via lewat jalan itu tapi nggak gitu merhatiin kalo ada kedai kopi baru di sana.
NOSTALGIA, Nama kedai kopi itu. bangunannya semi permanen dan tak terlalu luas tapi tampak asri dari luar.
"Mbak, belanjaannya dibawa aja!" Seru tukang parkir pada Via. "Kemarin soalnya ada yang ilang." lanjutnya sambil mendekati Via.
Duh! mana berat lagi. Via menggerutu sambil mengambil belanjanya dari cantolan motor. Ini gara-gara si Riri resek nitip macem- macem jadi penuh deh bagasi motor nggak muat lagi.
"Nggak usah dikunci stang, Mbak." Sergah si tukang parkir yang melihat Via hendak mengunci motornya.
Tapi belum sempat Via mau protes, benda di dalam saku celananya bergetar lagi.
Via gemas si Yana telpon Mulu. "Halo!" Sahut Via ketus sambil jalan cepat.
"Nyampe mana, Vi? Lama amat?" Tanya suara Yana dari seberang nggak sabaran.
Via nggak nyahut karena mendadak jinjingan plastik yang dibawanya putus dan isi belanjaannya berserakan di depan pintu masuk kedai kopi. Beberapa jeruk menggelinding tak tentu arah.
Haduuuh.... Via panik cepat mengambil belanjaannya takut ada yang liatin. Kan sama sekali nggak lucu kalo ada perempuan muda berparas menawan lagi lari kejar-kejaran sama jeruk. Tak dihiraukannya panggilan Yana yang terus berhalo-halo ria.
Hup!
Seorang pria menangkap jeruk yang menggelinding ke arah kakinya.
"Ini buah jeruk punya kamu? Kok bisa sih sampe pada ngguldung begitu, lagi main akrobat ya?" Ujar pria itu pada Via yang masih sibuk dengan belanjaannya yang berceceran.
Via mendongak. Pria tinggi berambut ikal diikat seadanya itu sok akrab banget menurutnya.
"Makasih" Sahut Via datar.
Lalu tanpa diminta si pria ikut bantuin Via. Tangannya repot menampung buah dan sayur yang dibeli Via.
"Yok, masuk!" Ajak pria itu dengan isyarat kepalanya.
Kok dia tau sih kalo aku mau masuk ke dalem? Via heran tapi nurut aja ngekor sama si cowok gondrong itu.
"Vi!" Panggil Yana agak nyaring dari bangku di pojokan dekat lukisan besar.
Yana melambaikan tangan lantas bangkit ke arah Via karena heran melihat laki-laki yang datang bersama sahabatnya itu.
"Ini siapa?" Todong Yana tanpa basa basi sambil merhatiin laki-laki di samping Via dengan tatapan kepo.
Si pria meletakkan buah dan sayur ke atas meja di sampingnya. "Ri, Ari ... !" Cowok itu memanggil pelayan yang lagi bersihin meja.
Yang dipanggil segera mendekat. " Ya? Ada apa Mas Danar?"
"Bisa minta katong plastik nggak yang besar? Buat wadah itu tuh." Si pria yang bernama Danar menunjuk buah dan sayuran dengan dagunya.
"Oh, oke. Bentar ya, Mas." Si Ari pergi.
"Oya, kenalin. Gue Danar." Danar mengulurkan tangan setelah terlebih dulu membersihkannya dengan mengelap pake ujung kemeja kotak-kotaknya.
Via dan Yana menyambutnya agak ragu.
"Kamu yang punya kedai kopi ini?" Lagi-lagi Yana bertanya tanpa tadeng aling-aling.
"Oh, bukan."
"Ini plastiknya, Mas." Ari datang membawa dua kantung plastik hitam besar.
"Makasih ya."
Ari berlalu, Danar mengemas belanjaan Via.
"Biar aku aja." Sergah Via, namun Danar lebih cekatan.
"Nah! udah selesai."
Via jadi nggak enak. "Maaf ya, ngerepotin. Makasih banyak atas bantuannya."
Danar cuman senyum. "Gue duluan ya. Ati-ati jangan sampe nggulundung lagi jeruknya." Danar pergi ke ruangan kecil di belakang mini stage kedai itu.
Via balas senyum tapi agak ragu dan malu. Yana mengajak Via menuju mejanya.
"Jadi kalian tadi baru kenal?" Yana masih kepo.
"Aduh, udah deh nggak penting." Via mengibaskan tangan kanannya lalu sroooott.... sroooott... Via menandaskan mocalatte ice milik Yana tanpa sisa.
Yana mendelik kesal.
"Sori, Yan. Haus banget, hehe ... "
"Haus sih haus, tapi jangan minuman orang juga diserobot seenaknya gitu dong."
"Kan tadi aku udah minta maaf. Sekarang cepetan bilang ada apa dan kenapa kamu ngajakin aku ketemuan di sini?" Via nggak sabar dengar alasan Yana.
Yana malah diem, dia malah mainin cincin yang melingkar di jari manis kirinya.
"Kamu mau cerita apa nggak? Keburu sore nih, kerajaanku banyak harus kelar semua. Mas Mirza mau pulang soalnya"
"Jadi si Popaye mau pulang?" Mata Yana membulat antusias. "Aduuuh, senengnya kamu Oliv si Popaye mau pulang .... " Goda Yana sambil mencubit pipi Via.
"Hiiiy ... apaan sih, Yan?" Via menghindar risih. "Kok jadi bahas yang lain?"
"Ya kan aku ikut seneng kalo suami kamu Popaye si pelaut itu pulang. itu berarti kamu nggak kesepian lagi, kamu pasti hepiiii ... terus bakalan cepet punya momongan, aku punya keponakan deeh ...."
Via mendengus, dasar aneh. suami orang yang pulang malah dia yang happy.
"Jadi kamu mau cerita apa nggak?" Celetuk Via jengah membuat keceriaan Yana hilang.
"Cerita nggak ya?" Yana ragu.
"Terserah!" Via mengangkat bahu cuek.
"Kok kamu jahat banget sih Vi, nggak perhatian sama aku?" Yana pasang tampang sedih.
Drama queen banget si Yana, hadeeeh ... bakalan sampe sore deh kalo dia udah begitu.
Jam makan siang sudah lewat sedari tadi, pantes aja perut Via mulai lapar. Via baru saja beranjak mau minta daftar menu ketika tiba-tiba Yana terisak.
"Loh, kok nangis, Yan?" Via heran dan urung memesan makanan.
"Reno ... mutusin aku, Vi ... hu ... hu... hu ..." Tangis Yana akhirnya tumpah.
Via sibuk menenangkan sahabatnya. Dia tak berani banyak tanya takut Yana makin histeris. Yana itu kalo lagi meluap suka nggak liat sikon. Wajar kalo Via celingak celinguk takut kalo ada yang merhatiin mereka.
"Reno ngaku terang-terangan udah pacaran sama cewek lain, hu ... hu ... hu ... " Bahu Yana berguncang- guncang menahan tangis. "Selama ini dia udah hianatin aku, Vi ... , huhu .... "
"Sabar, Yan. Sabar ... "
Yana menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Tega banget dia, Vi. Tegaa ... "
Via bingung mau bilang apa, dielusnya pundak sahabatnya dan ikut merasakan perihnya luka Yana. Betapa tidak, dua tahun mereka pacaran dan akhirnya mantap melangkah untuk menikah dengan segala persiapan yang sangat rumit karena Reno yang seorang manager di perusahaan ekspor impor itu menginginkan pesta yang mewah dan mengesankan bagi para tamu. Tapi nyatanya Reno sendiri yang mengacaukannya.
Beberapa saat kemudian Yana mengangkat wajahnya dan menyeka air matanya dengan tisu. Terlihat Yana sudah bisa menguasai emosinya.
"Tapi nggak papa kok. Reno pasti bukan jodohku. Tuhan perlihatkan keburukannya sebelum aku menjadi istrinya."
Via lega mendengar keoptimisan dalam nada suara Yana. Via menggenggam erat tangan sahabatnya itu untuk menguatkan.
Via senyum sambil merapikan rambut Yana yang agak berantakan.
"Ya udah, kamu pulang aja gih. Siap-siap nyambut si Popaye."
"Baru besok dia pulangnya kok." Sahut Via malah nggak jadi buru-buru pulang karena tak tega meninggalkan Yana sendiri. "Mas Mirza masih di Jakarta, mampir tempat Pamannya katanya.
"Ya kalo gitu kamu ke salon dulu kek, mandi-mandi susu apa luluran gitu biar makin kinclong."
kedua sahabat itu tertawa renyah. Lega hati Via melihat Yana kembali ceria.
"Permisi, Mbak ... " Seorang pelayan datang membawakan dua matchalatte ice dan dua roti bakar selai kacang dengan aroma yang sungguh menggelitik para cacing di perut.
"Kamu yang pesan, Vi?" Tanya Yana.
"Nggak." Via menggeleng. "Mas, tapi kami nggak pesan ini. Mungkin salah orang." Lanjut Via pada pelayan.
"Ini dari Mas Danar, Mbak." Si pelayan lantas pergi setelah mengangguk sopan.
Via dan Yana saling pandang keheranan. Via celingukan mencari orang yang bernama Danar.
to be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
tina yusuf
via rajin amat belanjanya
2023-02-28
0
Mama Ita
semangat Thor 😃
2022-03-03
1
Mama Ita
kepo nih ..
2022-03-03
1