____
Deg!
Jantung Mirza seolah berhenti mendadak, nafasnya sesak, wajahnya pucat seketika. Inikah awal dari kehancuran rumah tangga yang sudah sekian lama ia bina bersama Livia, seorang istri yang begitu dicintainya.
Mirza menggeleng pelan masih dengan tatapan memohon pada Om Jaka.
"Om pinjam suami kamu dulu ya. Bisnis Om di sini cukup bagus prospeknya, jadi Om pikir Mirza bisa bantu sekalian mau Om ajak investasi." Papar Om Jaka.
PYAAR...
Rasanya perasaan Mirza lega bukan main, semua sumbatan yang sempat menghentikan nafas dan aliran-aliran pembuluh darah hilang sudah. Perasaan seperti ini mungkin hampir sama melegakannya seperti ketika dirinya selesai mengucapkan ikrar ijab qobul di hadapan penghulu. Plong! Segala himpitan perasaan yang membebani sirna seketika.
Tapi Mirza tau perasaan ini hanya sementara, dia tak mungkin membohongi Livia terus menerus.
"Iya, Om. Nggak papa kok, lagian Mas Mirza kalo disini nggak ada kerjaan juga kok Om." Jawab Via dengan senyum hampir memenuhi layar gawai Mirza.
Mirza yang sudah bisa bernafas lega ikut melihat ekspresi istrinya yang ceria itu.
Ah, seandainya kamu tau Vi ... aku di sini bukan untuk hal itu, apa kamu akan terlihat semanis itu? senyummu membuatku semakin merasa bersalah. Maafkan aku, Vi.
"Ya paling cuma beberapa hari lagi kok, nggak lama." Ucap Om Jaka.
"Iya, Om. Kan aku juga udah biasa ditinggal Mas Mirza."
Om Jaka kembali melirik Mirza. "Nanti Om kembalikan Mirza kalau udah beres urusannya di sini."
Via malah tertawa. Tawa yang menyesakkan sebenarnya bagi Mirza. Mirza lantas mengambil ponselnya dari tangan Om Jaka.
"Ya udah ya, sayang. Nanti Mas hubungin lagi. Kamu hati-hati disana ya, jaga diri baik-baik. I love you." Pamit Mirza sekali lagi.
"Iya, Mas. Love you too."
Mereka berdua mengakhiri video call disaksikan Om Jaka yang masih berdiri di samping Mirza sambil memperhatikan Mirza dengan dahi berkerut.
"Kenapa Om ngeliatinnya ampe seperti itu?" Tanya Mirza pada Om Jaka heran.
"Om nggak habis pikir, kamu nampaknya cinta banget sama istrimu. Tapi kenapa bisa terjebak cinta terlarang sama perempuan lain?"
Sekonyong-konyong Mirza melototkan matanya. "Cinta aku cuman buat Via, Om. Bukan buat perempuan lain!"
Om Jaka hanya tersenyum tipis. "Cepetan pake baju, Om tunggu di meja makan buat sarapan." Ucap Om Jaka sambil lalu.
Mirza mendengus kesal, Omnya itu memang terkadang menyebalkan.
__
Via tampak senyam senyum sendiri hingga tak sadar Bu Atun menghampiri sambil menjinjing ember berisi cucian baju.
"Kenapa Mbak, kok senyum-senyum sendiri?" Tegur Bu Atun.
"Eh, nggak papa Bu." Sahut Via salah tingkah.
"Abis nerima telpon dari Mas Mirza ya?" Bu Atun mulai sok tau.
Via cuma senyum, nggak mau Bu Atun makin kepo lagi.
Kroweng kroweng weng ...
Terdengar nada panggilan Whatsapp ponsel Via, terpampang wajah Riri di sana. Bu Atun segera berlalu untuk menjemur baju.
"Ya, halo. Ada apa, Ri?" Sapa Via.
"Mbak, aku bisa pinjam motor Mbak Via nggak? Motorku mogok nih, nggak tau kenapa lagi. Mana aku ada ujian lagi nih Mbak, bentar lagi. Bisa nggak lulus aku kalo nggak berangkat." Oceh Riri penuh kekhawatiran.
"Yah, Ri ... Mbak sekarang malah udah di kota nih lagi di rumah kontrakan."
"Yah ..., terus gimana dong?" Terdengar nada sedih Riri dari seberang.
"Coba kamu minta tolong sama Mas Arya buat anterin. Nanti pulangnya bareng sama Mbak." Via coba memberi saran.
"Oh, iya bener!." Cetus Riri girang. "Ya udah, kalo gitu aku telpon Mas Arya dulu deh. Moga aja bisa nganterin."
"Iya, nanti kalo kamu udah mau pulang kabarin ya. Mbak sampe sore kok."
"Oke." Riri mengakhiri percakapan.
Via lantas keluar untuk melihat tukang yang bekerja membuat kanopi. Via mengambil beberapa foto tukang yang sedang bekerja, barangkali ibu mertuanya menanyakan tentang hal ini sebagai bukti, pikir dalam hati. Via asyik mengamati para tukang tak menghiraukan Bu Atun yang lagi jemur baju sambil cuap-cuap.
"Kalo udah dipasang kanopi gini kan enak, Mbak. Aku jemur bajunya jadi aman gitu. Soalnya bentar lagi kan musim hujan, jadi kalo aku tinggal pergi arisan, kondangan atau ke salon gitu jemuran aman nggak kehujanan. Kan sayang udah capek-capek nyuci eh bajunya malah kehujanan. Nah kalo udah ada konopi begini kan aku bisa pergi dengan tenang. " Bu Atun terus saja nyerocos.
Hah, Bu Atun nggak sadar barusan dia bilang pergi dengan tenang. Udah kayak orang mau mati aja, wkwkwkkk.
___
Di meja makan rumah Om Jaka sudah terhidang soto betawi menu sarapan yang sengaja dipesan Om Cakra dari tetangga yang tinggal di depan komplek. Sarapan yang agak kesiangan memang, tapi tak apalah daripada tak sarapan sama sekali.
"Duduk, Za." Om Jaka menarik kursi di sampingnya untuk Mirza lantas mengambilkan soto untuk keponakan kesayangannya itu.
Jaka Sutrisna, laki-laki 48 tahun yang belum lama jadi duda karena ditinggal mati istrinya ini memang baik dan perhatian orangnya. Pernikahannya selama 15 tahun dengan almarhumah istrinya tak dikaruniai seorang anak pun. Jaka sudah menganggap Mirza seperti anaknya sendiri.
"Jadi gimana, kamu akan ke klinik hari ini?" Om Jaka memulai obrolan.
Mirza cuek saja makan tak berminat menjawab. Karena melihat Mirza diem aja, Om Jaka pun melanjutkan sarapannya tanpa kata.
Tin ... tin ...
Bunyi klakson mobil dari halaman rumah Om Jaka. Nampaknya seorang teman sudah menunggu Om Jaka di dalam mobilnya.
"Om pergi dulu. Pikirkan perkataan Om tadi, semoga kamu tak memilih untuk pulang dulu." Om Jaka menepuk bahu Mirza lantas segera pergi setelah mengelap mulutnya dengan tisu.
Kegelisahan kembali melanda hati Mirza. Ditutupnya pintu kamar rapat-rapat seusai sarapan.
Fibromyalgia
Kata kunci yang dia ketik di mesin pencarian google.
Fibromyalgia merupakan penyakit yang dapat dialami oleh siapa saja. Namun penyakit ini lebih sering menyerang wanita. Sampai saat ini belum diketahui penyebab dari fibromyalgia.
Gejala utama fibromyalgia adalah rasa sakit di banyak bagian tubuh. Rasa sakit ini dapat berupa nyeri yang tumpul, sensasi terbakar atau seperti ditusuk-tusuk dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
Tingkat keparahan gejala fibromyalgia berbeda-beda pada tiap penderita, titik perbedaan tersebut dipengaruhi oleh aktivitas, tingkat stres yang dialami penderita, serta perubahan cuaca.
Nyeri pada beberapa bagian tubuh seperti kepala, leher dan punggung dapat terasa lebih parah dibandingkan bagian tubuh lain. Kondisi ini juga membuat penderita sangat sensitif terhadap rasa sakit. Penderita fibromyalgia yang sudah parah bahkan dapat merasa nyeri saat disentuh dengan lembut sekalipun.
Mirza membaca dengan seksama huruf demi huruf dari penjelasan yang dia dapat di mesin pencarian Google. sejenak dia memejamkan mata mencoba mengingat apakah Sofi pernah mengalami itu semua.
___
"Za, apa yang terjadi dengan orang yang meninggal di kapal pesiar?" Tanya Sofi.
"Kenapa nanya kayak gitu?" Mirza malah balik tanya.
Sofi menyisihkan spaghetti yang sedari tadi cuma diaduk-aduknya tak dimakan sama sekali. Mirza sendiri tak memesan makanan, dia sebenarnya hendak menggunakan waktu luangnya yang lagi nggak ada shif hari itu untuk beristirahat. Namun karena Sofi sedikit memaksa, jadilah dia menemani Sofi makan.
"Jawab aja." Kata Sofi.
Mau tak mau Mirza mengalihkan matanya yang sedari tadi menatap layar gawai karena sedang membalas chat ibunya.
"Kalau masih lama nyampe daratan, jenazahnya akan disimpan di morgue."
"Kamar mayat, maksudnya?"
Mirza mengangguk, dalam hatinya aneh juga kenapa Sofi bertanya seperti itu. Lagian ini kan bukan kali pertama dia berpesiar, mengapa dia nggak tau.
"Za, temani aku keluar, yuk." Sofi bangkit tanpa menunggu jawaban.
Suasana restoran di Delta Cruise malam itu cukup ramai. Sofi berjalan menuju lift, Mirza dengan setengah hati mengikutinya. Mereka menuju lantai 8, disana ada cafe outdoor yang tidak begitu ramai di malam hari. Di dalam lift Sofi beberapa kali memijat tengkuknya sendiri, namun Mirza mengacuhkannya.
Perempuan ini menyita waktu istirahatku malam ini. Batin Mirza kesal.
Mereka lantas menuju posisi paling tepi. Delta Cruise memiliki area terbuka seperti di lantai 8 ini. Meskipun suasananya tak selengkap dan semegah kapal pesiar-kapal pesiar yang dimiliki Royal Carribean International, tapi di sana sangat nyaman. Sofi beberapa kali ke sana untuk melepas gundah.
Rambut pirang bergelombang Sofi menari tertiup angin. Wajah cantiknya semakin menawan diterpa sinar rembulan, namun raut kegelisahan tak bisa disembunyikannya.
"Kamu ada masalah?" Tanya Mirza akhirnya setelah beberapa lama mereka hanya saling diam.
Mirza tak sabar diri karena mulai bosan, ditambah lagi tadi kesal dengan ibunya yang terus saja mengeluhkan Via yang jarang berkunjung ke rumah ibu mertuanya itu kalau Mirza tak ada. Mirza berdebat dan ribut kecil melalui chat dengan Bu Een.
Sofi menatap Mirza, "aku boleh curhat nggak?"
Mirza hanya mengangkat tangan untuk mempersilahkan. Sofi diam lagi tak kunjung bicara. Dia malah membuang pandangannya jauh. Mirza semakin bosan.
"Kalo belum mau cerita, mendingan kamu istirahat. Ini udah malam." Ucap Mirza datar.
Entah mengapa Sofi kemudian merasa begitu melow. Kemudian dia mendesis kecil sambil memegangi kepalanya lalu kembali memijat tengkuknya sendiri.
"Kamu sakit?" Mau tak mau Mirza yang coba acuh bertanya juga.
Sofi berpaling melihat Mirza lagi, "cuma agak kurang enak badan aja."
"Besok mungkin bisa ke medical center." Ucap Mirza.
Sofi tersenyum tipis. "Nggak usah, aku cuma perlu istirahat aja."
"Aku antar kamu ke kamar."
Sofi reflek menggandeng lengan Mirza. Mirza agak kaget, namun dibiarkannya karena Sofi kelihatan benar-benar sakit. Badannya juga terasa dingin.
Mereka sampai di depan kamar Sofi, Mirza membantu membukakan pintu karena tangan Sofi sedikit gemetar. Mirza mengantar sampai ke dalam.
Kamar Sofi luas, ada sofa dan TV cukup besar di depan bed queen size dengan sprei warna putih bersih itu. Sofi duduk di sofa menyandarkan punggungnya.
"Kamu mungkin punya obat yang biasa diminum?" Tanya Mirza mulai khawatir.
Sofi mengangguk. "Hanya ada dari dokter Steve."
"Aku ambilkan."
Sofi menunjuk ruangan di sebelah tempat tidur yang hanya terpisah oleh gorden. "Ada di dressing room." Ucap Sofi pelan.
Mirza mengambilnya dan langsung kembali dengan segelas air. "Ini obatmu."
Sofi meminumnya, lantas kembali bersandar pada sofa yang empuk. Mereka saling diam, Mirza ingin segera beranjak namun timbul rasa tak tega. Diperhatikannya Sofi yang tampak tenang kini.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Mirza lagi.
"Iya, tapi masih kerasa dingin."
"Biar ku atur suhu ruangannya." Mirza berdiri hendak mencari remot AC, Sofi ikut bangun menuju lemari bermaksud mencari syalnya namun tangannya tak sengaja menyenggol gelas di atas meja hingga jatuh ke lantai.
Prang!
Reflek Mirza menoleh terkejut dan menarik Sofi yang akan membungkuk mengambil pecahan gelas.
"Jangan!" Sergah Mirza menarik pergelangan tangan Sofi hingga membuat Sofi terdesak ke dalam dada Mirza.
Mereka saling tatap dengan wajah yang hanya beberapa centi jaraknya. Mereka sama-sama merasakan jantung yang berpacu lebih capat. Kesunyian terasa namun mereka tak melepaskan satu sama lain.
Sebagai laki-laki normal, Mirza tentu tak menyangkal bahwa Sofi begitu cantik. Sementara Sofi, dalam beberapa kali kebersamaannya dengan Mirza merasa bahwa selain keren, Mirza juga adalah laki-laki yang tulus dan mengundang penasaran jiwa petualangnya untuk menaklukannya. Dan kini mereka hanya berdua di kamar itu. Selanjutnya, tentu sudah bisa dipastikan apa yang terjadi diantara mereka.
___
"Sialan!" Mirza terbelalak memaki dirinya sendiri yang teringat kenangan di kamar Sofi itu.
Detik berikutnya dia langsung menyambar kunci mobil bergegas menuju klinik bersalin Cahaya Hati Bunda.
Setelah bertanya pada suster jaga kamar rawat Sofi, Mirza menuju ke sana dengan langkah-langkah lebar.
Anggrek B06.
Tulisan yang ada di papan kecil tembok kamar tempat Sofi dirawat.
BRAK!
Mirza membuka pintu dengan kasar. Sofi yang terbaring sontak kaget namun bibir pucatnya langsung menyunggingkan senyum begitu tahu siapa yang datang.
"Mirza ... " Panggilnya seraya bangkit perlahan
______
bersambung, 😉
Terima kasih sudah setia baca tulisanku. Jangan lupa like, komen, rate dan vote ya biar aku tambah semangat lanjutin ceritanya. 🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
angga bule
panggulan suara tlp ny lucu2 ih
2021-06-25
0
Taufik Ernayanti
pelayaran yg br layar obral cinta
sebel sm mirza
gk sukak akuh
2021-02-07
0
Zia Azizah
Iya ini aku kak, hehhehe, 🤭
2020-12-24
1